8

175 4 0
                                    

Aroma cokelat dan kue-kue menyerbu masuk ke dalam indra penciuman Kemala begitu membuka pintu Chocoliciuous. Besok adalah ulang tahun Kencana —kakak satu-satunya- dan mereka sudah berencana untuk menyisihkan waktu agar bisa menggunakan Skype sebagai penghubung mereka. Sebuah kebiasaan semenjak Kencana kuliah di UGM dua tahun yang lalu, masing-masing akan membeli kue dan lilin dengan angka sesuai umur yang berulang tahun.

Kemala memilih Oreo Choco Cake sebagai kue ulang tahun untuk Kencana tahun ini, ia masih melihat-lihat kue-kue yang lain begitu seseorang menyapanya. Kedua alisnya terangkat begitu menemukan Langit yang masih mengenakan baju batik sama seperti dirinya, bedanya kaki baju batik Langit sudah keluar dari balik celana abu-abunya berbeda dengan Kemala yang kaki bajunya masih berada di balik rok dengan bagian rim yang tak terlihat. Kemala selalu punya cara untuk tetap menaati peraturan tanpa harus terlihat culun.

"Beli kue juga?" tanya Langit.

Kemala mengangguk mengiyakan dan kembali memandang deretan kue yang di pajang, "Kue buat siapa?" tanyanya.

"Buat perempuan paling cantik," jawab Langit sembari tersenyum lebar.

Kemala lagi-lagi menaikkan kedua alisnya, merasa kecewa dengan fakta yang tiba-tiba diberikan oleh otaknya, "Pacar?"

"Perempuan paling cantik kan belum tentu pacar. Bantuin buat pilih kuenya dong, bingung perempuan sukanya yang kayak gimana."

Kemala memalingkan wajah dan lebih memilih untuk memandangi deretan kue dihadapannya, mencari-cari mana yang paling tidak menarik diantara kue-kue yang menarik itu.

"Dia ngga terlalu suka manis."

"Seperti ibu-ibu saja," gumam Kemala.

"Memang ibu-ibu," ujar Langit. Geli.

Kemala memalingkan wajah dengan wajah terkejut dan merasa paling bodohnya, "Ibumu?" tanyanya.

Langit mengangguk, "Kan sudah ku bilang, perempuan paling cantik belum tentu pacar. Lagian aku belum punya pacar, jadi tentu saja gelar Perempuan Paling Cantik masih disandang oleh ibuku."

Tiba-tiba saja senyuman telah terukir diwajah Kemala, ia kembali memalingkan wajah dan memandang deretan kue. Lalu memilihkan satu yang menurutnya cocok untuk perempuan dewasa yang tak terlalu suka manis, Mocha Cashew Cake. Dalam hati ia berharap semoga pilihannya tak salah.

Kemala dan Langit sama-sama keluar dari Chocolicious, masing-masing menenteng kantongan yang berisi kotak kue. Tambahan bagi Kemala yang membeli beberapa Pia Super Coklat, cemilan untuk dirinya dan teman-temannya yang masih ada di sekolah.

"Kesini naik apa, Kak?" tanya Langit. Kemala menggerutu dalam hati, lagi-lagi kata ganti Kakak dengan nada yang aneh. Kemala tak tahu apa maksud dari nada itu, tapi itu sangat terasa tidak enak di telinganya.

"Mobil, mau balik ke sekolah lagi." jawabnya.

Langit mengangguk dan memandang sejenak pada keramaian jalan Pettarani, lalu kembali memandang Kemala. Senyuman terukir di wajah tampannya, "Duluan kalau gitu, bye Kak."

Kemudian Langit berjalan ke sebuah sepeda motor matic, membuka sadel motor dan memasukkan kantongan berisi kue kedalam bagasinya. Senyuman masih terukir di wajah Langit dari balik kaca helmnya sebelum melajukan motor dan bergabung di arus jalan yang ramai.

Kemala masih terdiam, matanya melirik awan-awan putih yang berarak dengan langit yang mulai sedikit menguning. Ia kembali melangkah masuk ke dalam Chocolicious dan membeli beberapa pia untuk dirinya dan orangtuanya, ia butuh mengunyah sesuatu dalam jumlah banyak.

***

Awan duduk diam di mimbar bersama beberapa temannya dan mengawasi latihan baris berbaris para anggotanya, matanya sedikit memicing begitu melihat masih ada satu dua anggota yang gerakannya terlihat kurang sempurna. Ayunan tangannya ogah-ogahan dan jaraknya terlalu dekat dengan orang yang ada di depannya.

Perhaps.Where stories live. Discover now