Chapter 20

5.6K 170 3
                                    

Sejam kemudian aku dan Jalal keluar dari pub saling bergandengan tangan, jari-jari kami bertautan erat serta mata kami tidak berhenti saling melihat satu sama lain, senyum di wajahku bisa dibilang senyum kebahagiaan yang bercampur geli sedangkan senyum di wajah Jalal adalah senyum nakal penuh ancaman

"ehmmm Jalal apakah hukuman yang kau maksud masih berlaku? Tanyaku ragu-ragu sekaligus bersemangat

"tentu saja princess" jawabnya singkat sambil mengangkat tanganku kebibirnya untuk dikecup dan digigit-gigit lembut

"jadi kau meloloskan proposal kehamilanku?" tanyaku sedikit tidak yakin apa kira-kira hukuman dari suamiku, aku takut kalau Jalal melakukan sesuatu diluar harapanku, bisa saja dia tetap menggunakan pengaman atau melakukan cara lain untuk menyalurkan gairahnya tanpa resiko kehamilan, kalau sampai dia melakukan itu aku tidak akan tinggal diam

"belum bisa aku putuskan sayang" jawabnya lagi sambil merangkul bahuku dan mengecup kepalaku kemudian membukakan pintu mobil untukku, aku menolak masuk dan menahan pintu mobil sambil melihatnya dengan mata yang membesar

"apa maksudmu Jalal" tanyaku pelan  penuh penekanan sedangkan Jalal semakin tersenyum senang melihat emosiku yang mulai membuat pipiku terasa panas

"artinya aku akan mencintai tubuhmu sampai kau memohon untuk berhenti tapi untuk membuatmu hamil kau masih harus menunggu tiga bulan lagi" kata Jalal dengan nada yang sama sambil mendorong lembut tubuhku agar duduk di dalam mobil, seketika badanku lemas dan otakku kosong  sehingga tidak memberikan perlawanan sama sekali

"jangan mulai mendramatisir keadaan seperti itu Jodha, aku tidak ingin bercinta hanya karena menginginkan seorang bayi, aku ingin bebas tanpa tekanan" kata Jalal datar mulai menjalankan mobil, kami pulang dengan mobil Bentleynya sedangkan mobilku akan di ambil oleh supir keluarga .

kata-kata Jalal membuatku sadar bahwa jiwaku masih belum pulih seratus persen, aku terlalu terobsesi untuk mendapatkan bayi tanpa memikirkan perasaan suamiku sendiri, pantas saja Tuhan belum mempercayakan sebuah kehidupan untuk aku jaga. Kenyataan ini menamparku keras dan membuatku malu, aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan lalu menangis tersedu-sedu

"Jodha sayang...jangan menangis dong...maafkan aku ya..." kata Jalal sedikit terkejut karena aku tiba-tiba menangis, mobil yang sudah melaju pelan-pelan berhenti , kemudian aku merasakan tangan Jalal menarik tubuhku dalam pelukannya setelah membuka seatbelt yang tadi dia pasangkan untukku, aku tidak bisa menjawabnya dan hanya menggerakkan tanganku memeluk tubuhnya erat

"aku tidak bermaksud menyakiti atau membuatmu menangis princess, aku juga sangat menginginkan seorang anak tapi aku tidak ingin kita tertekan dengan pemikiran tersebut, anggap saja kita memang kurang beruntung untuk menjadi orang tua tapi bukan berarti hidup kita tidak bisa seindah yang kita harapkan karena kita saling memiliki, untuk mendapatkan anak kita juga bisa mengadopsi bila memang itu adalah jalan terakhir" kata Jalal membujukku agar berhenti menangis, aku melepaskan pelukanku dan menangkup wajahnya

"tidak Jalal, aku menangis bukan karena salahmu, aku menangis karena aku sadar jiwaku belum stabil sehingga terkadang melakukan sesuatu yang cukup bodoh, maafkan aku Jalal karena sangat menyusahkanmu belakangan ini" kataku sambil tersenyum walau air mata masih mengalir di pipi, Jalal menyeka airmataku dengan tangannya kemudian mencium kening dan kedua mataku yang terpejam meresapi sentuhan bibirnya, hatiku merasa lega setelah sekian lama merasa kacau dan tak menentu akibat terlalu  memikirkan kejadian yang sudah berhasil kami lewati.

Jalal benar kita harus bebas dan tidak perlu terlalu mengharapkan sesuatu, segalanya akan terjadi pada waktunya sesuai kehendak yang kuasa dan kita manusia hanya bisa berdoa, berusaha dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar kata menyesal tidak masuk dalam kamus kita. tiba-tiba Jalal  mencium bibirku dengan sangat lembut dan pelan, aku membuka mulutku menyambut gerakan lidahnya yang menjanjikan kenikmatan, rasa bibirnya mengirim getaran-getaran indah dihatiku merambat turun keperut dan kewanitaanku, ciuman yang mellow berubah sedikit cepat , gairah kami tertahan di tenggorokan masing-masing, membuat napas terasa sesak sehingga kami mengeluarkan erangan terengah-engah, mulut kami saling mencari, terbuka dan tertutup , lidah bergumul merasakan gairah satu sama lain, tangan Jalal menggerayangi tubuhku dan menetap di payudaraku, dia meremas dan memainkan puncaknya dari balik bajuku, gairahku semakin membuncah begitupun dengan Jalal, napas kami semakin berat karena menahan hasrat yang begitu besar, setelah beberapa menit berciuman panas , kami saling melepas kemudian menatap sambil tersenyum bahagia satu sama lain

You Love Me Even When You Dont Know Me (Anthony Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang