"L--Luke?! Yatuhan tidak. Jangan sekarang!"

Dan satu hal yang aku tau selanjutnya, Luke sudah pergi.
Dia sudah tidak ada disini bersamaku.
Dia benar-benar pergi dari kehidupanku untuk selama-lamanya.

***

"N--no, Luke!!!"

"Lacey? Are you ok? Hey hey i'm here," aku mengerjapkan mataku beberapa kali ketika aku merasakan ada tangan yang mengelus pucuk kepalaku pelan. Dan ternyata itu Luke.

"Y--ya, aku baik-baik saja. Aku hanya bermimpi tentang—"

Tok tok tok

"Permisi Mrs. Lacey, Dokter Lou ingin menemui anda di ruangannya sekarang," ucap seorang perawat tiba-tiba memanggilku dari ambang pintu.

"Ah baiklah," kataku sambil mengangguk dan membenarkan rambutku yang sedikit berantakan. "Luke aku pergi dulu sebentar, jika kau membutuhkan perawat atau apapun tinggal tekan bel ini. Mengerti?"

"Iya sayang aku mengerti. Aku bukan anak kecil lagi," timpal Luke lemah sambil terkekeh pelan.

"Ya ya ya aku tahu," aku langsung mencium Luke sekilas kemudian langsung berjalan mengikuti perawat tadi.

Di sepanjang perjalanan menuju ruangan dokter, hatiku gundah. Rasanya ada yang tidak beres.

"Dok, permisi. Mrs. Lacey sudah berada disini," ucap perawat tadi sopan kemudian mempersilahkanku untuk masuk ke ruangan Dokter Lou.

"Apa yang terjadi dengan Luke?" tanyaku tanpa basa basi kepada dokter yang menangani Luke itu.

"Saya tidak tahu harus memulai darimana. Tapi, dilihat dari perkembangannya Luke mengalami penurunan yang sangat drastis. Obat kemo yang kami berikan tidak bisa di cerna oleh badannya dengan baik, seakan akan badan Luke menolaknya."

"La--lalu bagaimana? Apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya?"

Dokter Lou mengangguk pelan, "Satu satunya cara adalah dengan mengoperasi tumor yang ada di otaknya. Aku rasa hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang."

"Jika operasi ini berhasil, berapa lama dia akan bertahan?" tanyaku seraya menelan ludah. Tenggorokanku kering, air mataku masih terus mengalir dan dadaku terasa sangat sesak.

"Mungkin bisa 1-3 bulan, itu tergantung kondisi dari badan Luke sendiri."

"Dan, bagaimana jika ini tidak berhasil?"

"Kita semua harus merelakannya pergi."

Mendengar apa yang dokter ucapkan barusan aku langsung menunduk dan menangis sesegukan disana. Ini seperti bencana dan mimpi buruk di siang bolong. Aku bahkan sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi sekarang.

Aku kalut, benar-benar kalut.

Apa mimpiku akan segera jadi kenyataan?

Apa Luke sebentar lagi akan meninggalkanku?

"Kau harus kuat dan jangan pernah putus berdoa," ucap Dokter Lou pelan diiringi dengan anggukan kepalaku.

Dari arah luar aku bisa mendengar suara gemuruh kaki yang sedang berlari-lari, dan tak sampai semenit kemudian perawat yang memanggilku tadi berbicara dengan suara terengah-engah," Dok pasien Luke mengalami sesak nafas dan detak jantungnya menurun!"

Tanpa berpikir panjang, aku dan Dokter Lou langsung berlari ke kamar Luke.

"Lacey, kau tunggu di luar. Aku akan menanganinya," dengan perasaan berat hati aku hanya bisa melihat Luke dari sela sela pintu kamar dan mulai menghubungi orang tua Luke, Gemma, Niall dan juga the boys.

Meant To BeWhere stories live. Discover now