The Mission: 24

9.8K 739 112
                                    

Aku bisa melihat semuanya—lagi. Masa laluku. Masa lalu dunia ini. Masa-masa yang sudah terlewati. Waktu-waktu yang sudah kulewati. Aku mencoba untuk tidak memikirkannya lagi. Tapi semuanya percuma, masa-masa mengerikan itu kembali berkecamuk dalam pikiranku. Entahlah, aku tidak tau dimana aku berada sekarang.

     Semuanya terasa seperti film yang terulang kembali. Seperti film yang tidak ada akhirnya.

          Kejadian di pinggir pantai itu. Kejadian yang terakhir kulihat. Beckley, Matt, helikopter, Mouse dan... Ayah. Itu adalah hal yang paling mengejutkanku. Ayahku—yang kukenal hanya seorang arsitek—adalah seorang penjahat yang membuat dunia ini berubah 180 derajat. Orang yang terkenal dengan perusahaannya, yang memicu peperangan.

          Aku masih tidak percaya. Aku seakan-akan sedang bermimpi—mimpi paling buruk dalam hidupku. Dan saat terbangun aku akan melihat keluargaku kembali utuh, aku, Em, ibu dan ayah. Semuanya berpelukan seperti yang ada di foto terakhir kulihat saat pengusiran gedung itu.

       Dan aku juga masih tidak menyangka, kalau selama ini aku hidup dengan penuh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Namun kini aku mengetahui semuanya. Mungkin.

          "Matahari berganti bulan, saatnya pergi dari dunia nyata ke dunia mimpi."

       Kata-kata itu. Kata-kata yang membuatku semakin tidak bisa menerima kenyataan. Kata-kata yang terlontar dari mulut ayahku, ucapan selamat malam padaku dan Em. Namun, kini ia sudah tiada. Ia tak akan pernah kembali lagi.

    Aku membuka mataku dengan terkejut. Mungkin efek dari ingatan-ingatanku barusan. Aku menyipitkan mataku karena cahaya lampu yang berada tepat di atasku sangat terang.

       Samar-samar aku melihat sebuah kepala yang sedang menatapku.

     Setelah kuperjelas, itu adalah Poppy. Ia sedang tersenyum padaku. Senyumannya hangat seperti biasa. Dan dia adalah orang pertama yang kulihat saat aku terbangun dari mimpi buruk.

          "Napasmu memburu. Tidak nyenyak, ya?"

          Aku hanya mengangguk, tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Seperti ada sesuatu yang mengikat tenggorokanku. Dan badanku sungguh sangat sakit dan pegal.

          Saar kulihat sekeliling, aku menyimpulkan kalau tidak lain ini adalah rumah sakit.

          "Kau pingsan hampir 2 hari."

          Suara baru datang dari sudut ruangan yang cukup luas ini. Mr. Nellist. Oh, betapa senangnya aku melihatnya dengan keadaan yang baik. Ia menutup korannya dan berjalan kearahku.

          "Kau melewati hari-hari yang berat, Hannah."

        Itu sudah pasti. Mungkin lebih dari pada kata berat. Aku ingin sekali berbicara pada mereka menanyakan apa yang terjadi setelah Ayah sudah hancur, namun tenggorokanku sakit. Seandainya ada Colin, ia pasti sudah menceritakan apa yang ada di pikiranku.

          Oh, Colin. Aku belum melihatnya sedari tadi.

          "Kami tau kalau kau bisa. Kami sangat bangga padamu, kau telah berhasil menghancurkan White Horizon."

      Aku bingung dengan kata 'kami' yang ia ucapkan. Apa maksudnya ia dan Thesa atau masih ada orang lain lagi?

   Tiba-tiba saja pintu ruangan ini terbuka. Lalu 3 orang memasukinya. Mereka mengenakan setelan formal. Dan 1 diantara mereka adalah seorang wanita yang tidak terlalu tua. Ia menyambut seisi orang disini dengan senyumannya yang mempesona.

The MissionWhere stories live. Discover now