The Mission: 12

5K 341 4
                                    

Aku harus bisa beradaptasi dengan kembalinya Annie ke rumah. Dia sangat pendiam. Setiap sarapan, makan siang ataupun makan  malam, dia selalu sudah siap di meja makan, bahkan dia sudah memakannya sendiri tanpa menungguku datang.

          Kali ini, aku dan Annie sedang makan malam berempat. Poppy dan Mr. Sean ikut makan bersama. Dengan begini, aku bisa memastikan kalau Thesa hanya mempunyai 2 orang pelayan saja.

          "Hey, Annie. Apa kau suka Omelette kesukaanmu?"

Annie tersenyum dan menjawabnya dengan anggukan. Aku masih tidak mengerti, apa Annie memang sependiam ini, atau memang dia belum bisa beradaptasi kembali dengan rumahnya.

"Dan aku juga membuatkanmu Chocofish, loh!" ujar Mr. Sean yang sangat pandai memasak apapun.

Chocofish. Em. Oh, sudah lama sekali aku tidak melihatnya atapun menjenguknya. Tidak seharusnya aku begini. Sebagai kakak, aku harus menjaga adikku itu, tidak peduli apapun yang terjadi.

          "Mm, Mr. Sean, bisakah aku meminta Chocofishnya?"

"Silahkan, Hannah."

Setelah makan malam itu, tanpa berpamitan aku langsung pergi untuk menjenguk Em.

 ***

            Sesampainya di gedung yang sudah lama tidak kukunjungi, aku melihat sekitar yang sangat sepi. Bahkan dari gedung itu sendiri juga tidak ada tanda-tanda yang tinggal. Aku mencoba memasuki gedung itu, dan hanya keheningan yang menghampiriku. Biasanya, baru masuk saja, sudah ada lampu yang menyala dari orang-orang yang tinggal disini. Tapi ini tidak.

          Setelah kuinjakkan kakiku di lantai 2, aku melihat pintu diujung sana tertutup rapat. Biasanya, dari tangga saja, aku sudah bisa mendengar suara Em. Tapi aku tidak mendengarkan apapun, aku hanya bisa mendengarkan detak jantungku.

          "Em?"

          Tidak ada jawaban.

          Aku menghampiri, lalu membuka pintunya. Tidak ada siapapun.

          Kemana perginya Em? Tiba-tiba saja perasaanku menjadi tidak karuan. Aku panik dan khawatir. Kemana perginya semua orang-orang disini?

          Aku kembali turun, dan melihat sekeliling. Tidak ada seorang pun disini. Angin malam yang dingin melewati kulitku, dan sekeliling yang gelap tanpa lampu juga membuatku semakin khawatir.

          "Emily?!" Aku berusaha berteriak.

          Tapi percuma, tidak ada yang akan mendengarku. Mungkin, mereka sudah diusir dari gedung ini.

          Lalu aku kembali memasuki mobil dan berjalan dengan lambat, melihat sekitar. Bisa jadi ada gedung dekat-dekat sini. Sesaat kemudian aku melihat sesuatu dari kaca spion dalam. Ketika aku menyadari siapa disana, jantungku semakin tidak karuan. Aku semakin panik.

          Pemberontak.

          Oh tidak, terakhir aku bertemu dengan mereka juga saat aku mencari gedung yang Em tinggali—dengan berjalan kaki—tapi kali ini berbeda. Saat mereka melihat mobilku, mereka langsung berlari dengan cepat menuju ke arahku. Saat salah satu dari mereka sudah menaiki kap belakang mobil, aku langsung menginjak gas sekencang-kencangnya. Membuat pemuda itu terjatuh. Dan pemuda itu bangkit dan aku bisa melihat dia mengeluarkan kata-kata kotor khas jalanan.

          Saat sudah agak jauh dari pemberontak itu, aku berhenti sebentar. Di jalan ini, terdapat satu lampu jalan. Aku harap aku bisa menemukan seorang pun disini. Tapi hasilnya nihil. Aku melihat jam di dashboard mobil, sudah menujukkan hampir 10 malam. Pasti Em sudah tidur di suatu tempat.

The MissionWhere stories live. Discover now