The Mission: 8

6.2K 394 7
                                    

Sedaritadi, aku hanya terdiam merenung di teras belakang. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan. Aku masih terkejut dengan kepergian Thesa. Kini, sarapan, makan siang dan makan malam, aku hanya sendiri. Biasanya ada Thesa yang menemani dan bercerita tentang pengalaman dan hidupnya selagi dia muda.

          Aku ingat saat dia bercerita saat umurnya masih 10 tahun, dia pernah ikut berperang. Entah benar atau tidak, aku percaya. Dulu masih jamannya sulit, dan peperangan dimana-mana. Perang dunia kedua terjadi dengan sangat mengerikan. Nuklir dan bom dijatuhkan dimana-mana. Aku tau ini dari ayah.

          Ayah selalu bilang kalau suatu hari aku dan Em sudah besar, aku harus sudah bisa mandiri. Dan itu sudah kulakukan. Aku berusaha mandiri selama setahun terakhir ini. Em juga.

          Aku juga teringat, setiap malam sebelum tidur, ayah selalu bilang dengan nadanya yang lembut, "Matahari akan berganti Bulan, saatnya untuk pergi dari dunia nyata ke dunia mimpi. Selamat malam, Hannah."

          Bisikan ini masih terus kuingat, walaupun waktu itu umurku sudah 15 tahun, tapi ayah masih memperlakukanku dan Em bagai putri kecilnya.

          Seandainya aku bisa melihat ayah lagi...

 ***

            "Aku hanya tinggal dengan nenekku sekarang, orang tuaku menghilang entah kemana. Nenekku sudah berumur, ya.. sekitar 80 tahunan. Tapi dia masih bisa jalan seperti orang sehat."

          "Itu bagus, Matt."

          Entah apa awal dari topik pembicaraan kami, Matt tiba-tiba bercerita tentang keluarga dan hidupnya. Sejauh pendengaranku, keluarga Matt terlihat baik-baik saja. Tidak sulit mengalami hidup ini. Tidak sepertiku.

          "Dan, bagaimana denganmu, Han?"

          Aku masih terdiam, apa aku harus jujur padanya? Apa aku harus memberitahunya kalau Thesa bukanlah tanteku? Lalu aku teringat dengan perkataan Thesa, "Kau adalah Hannah Roseen sekarang."

          "Hannah?"

          "Hah? Ya?" aku tersadar dari lamunanku, ketika Matt menyenggol pundakku.

          "Bagaimana denganmu?." Ia mengulangi perkataannya lagi.

          Matt masih memakan es-krimnya dengan tenang dan juga, wajahnya masih menunggu jawabanku.

          "Jadi, hidupku, ya?"

          "Ya, ceritakan semua tentangmu,"

          Senyuman kecil mengembang di sudut bibirku. Aku suka saat Matt merasa peduli padaku, saat di pemakaman Thesa, pelukannya hangat dan lembut bagaikan kain sutra. Dan tatapan mata hijaunya yang lembut. Membuat siapa saja langsung luluh.

          "Namaku Hannah Roseen, aku tinggal di Los Angeles, dan berumur 16 tahun—"

          Matt terkekeh, mungkin karena dia sudah tau tentang itu.

          "Aku tinggal bersama tanteku—dulu—dan sekarang aku tinggal bersama pelayan dirumah. Orang tuaku, meninggal karena perang ras itu, dan selesai."

          "Hanya itu?"

          "Memangnya apa lagi?"

          "Ceritakan, apa kau punya adik atau kakak?"

          Aku tidak tau harus jujur atau bohong. Kalau aku bilang padanya, aku mempunyai adik, lalu dia ingin bertemu, apa yang akan kulakukan nantinya? Thesa melarang untuk membawa adikku mengikuti misi ini. Jadi aku tidak mungkin membawa Em denganku.

The MissionWhere stories live. Discover now