The Mission: 10

5.9K 344 4
                                    

Sesuatu yang dingin, mengalir di bagian belakang tubuhku. Aku mencoba membuka mataku perlahan, disekelilingku hanya ruangan putih polos yang sepertinya ku kenal. Setelah pandanganku sudah agak jelas, aku menoleh kesekeliling. Aku tengkurap di sebuah ranjang.

          "Oh, kau sadar!"

          Aku mencoba menelentangkan badanku, namun tidak bisa. Sekujur tubuhku sakit, begitu pula kepalaku.

          "Jangan banyak bergerak, Hannah. Kau masih dalam pemulihan."

          "Aku dimana?"

          Sesaat setalah aku berbicara seperti itu, sesuatu menyetrum bagian belakangku.

          "Aw!"

          "Kau berada di ruanganku, Hannah. Jangan khawatir."

          "Apa yang terjadi?"

          "Kau terjun dari lantai 2, dan bagian belakangmu membentur aspal cukup keras. Beruntung aku menemuimu lebih cepat, dan segera mengobatimu. Jika tidak kau—lupakanlah. Tapi saat ini kau sudah sadar, tapi aku harus masih mengobati tulang belakangmu."

          Sekarang aku mengingatnya, kejadian lompat itu. Dan aku juga mengingat Beckley memandangiku melalui jendela yang kulompati itu, aku sempat melihat wajahnya yang sedang tersenyum licik dan seseorang disampingnya. Tapi siapa orang itu?

          "Hai, apa kau baik saja?"

          Suara baru mengisi ruangan ini. Aku mencoba memutar kepalaku, untuk melihat siapa yang memiliki suara itu, tapi tidak bisa. Aku hanya bisa melihat ke kanan dan ke kiri dengan posisi tengkurap seperti ini.

          Tiba-tiba tangan seseorang menggenggap tanganku yang berada di depan wajahku. Aku menoleh ke atas dengan susah payah, lalu tersenyum.

          "Hai."

          Aku bisa merasakan dia mengelus-elus punggung tanganku dengan ibu jarinya. Aku tidak habis fikir, bagaimana dia bisa berada disini?

          "Sedang apa kau disini, Matt?"

          "Tadi aku mengunjungi rumahmu, namun sepi. Jadi aku kesini, apa kau baik-baik saja?"

          Aku mengangguk pelan dan tersenyum. Lalu Matt duduk menjajarkan wajahnya dengan wajahku. Dia memberikanku senyuman hangatnya. Aku merasa baikkan melihatnya. Lebih baik lagi kalau aku bisa melihat Emily.

          "Aku merindukanmu."

          "Ya, aku juga."

          Matt mengelus rambutku dengan lembut. Aku sangat senang dia bisa datang. Dia bisa membuatku lebih baik dan tidak merasakan sakit di punggungku.

          "Kapan-kapan, aku ajak kau bersenang-senang lagi."

          Wajah senyumanku memudar, aku hanya menatap Matt datar. Aku jadi teringat ketika dia membawaku ke club malam itu, dan Matt bertengkar dengan seorang lelaki yang mencoba menggodaku.

          "Aku tidak akan membawamu ke club lagi."

          Aku agak terkejut, Matt seperti bisa membaca pikiranku. Lalu aku mengangguk dan memberikannya senyuman.

          "Aku rindu dengan adikku." Gumamku.

          "Apa?"

          Oh tidak. Aku lupa kalau aku berbohong pada Matt kalau aku adalah anak tunggal.

The MissionWhere stories live. Discover now