The Mission: 16

5.2K 339 5
                                    

Sesampainya dirumah, aku langsung ke kamar dan menemukan Poppy yang sedang membereskan tempat tidur yang belum kurapihkan tadi pagi. Dengan tiba-tiba aku memeluk Poppy yang sedang terduduk di kasur. Aku yakin Poppy pasti terkejut mengapa aku memeluknya tiba-tiba.

Aku membayangkan reaksi Poppy akan seperti apa. Apakah dia akan melepaskanku dan memarahiku karena tidak membereskan tempat tidur. Atau ia kan memarahiku karena tidak memakan sarapanku.

Tapi semua itu salah, aku merasakan tangannya bergerak mengelus kepalaku, dan membalas pelukanku. Ia membiarkanku menangis di dalam pelukannya.

 ***  

          "Sudah lebih baikan?"

          Aku mengangguk perlahan dan menatap rerumputan hijau di belakang rumah Thesa. Poppy membawaku kesini, katanya agar aku merileks-kan pikiranku.

          Aku sudah menceritakan semuanya pada Poppy. Dan dia mengerti tentang permaasalahanku. Poppy bilang, perasaan yang kualami adalah jatuh cinta. Ya, aku sudah terjebak oleh yang namanya jatuh cinta. Tapi aku tidak tau kapan aku merasakan perasaan itu.

          "Jatuh cinta bisa datang dengan sendirinya tanpa kita sadari, dan terkadang tanpa kita inginkan. Itu biasa terjadi di umurmu." Ucapnya bijak.

          Poppy adalah orang yang benar-benar tepat kapanpun dan apapun permasalahanku. Ia bagaikan seperti tanteku.

          "Baiklah, aku akan kembali bekerja."

          Saat Poppy hendak bangkit aku menahan lengannya. Ia pun berbalik.

          "Poppy, terimakasih."

          "Kapanpun."

          Poppy pergi meninggalkanku sendiri. Rambutku berantakan dan aku belum sarapan dan makan siang. Perutku lapar, tapi aku malas untuk makan saat ini. Kalau saja Thesa masih ada, mungkin aku sudah di pecat, karena aku tidak bekerja sesuai dengan permintaannya.

          Aku tidak dibayar untuk jatuh cinta dan mengeluh atas perasaanku. Ini bukan yang Thesa inginkan.

          "Lupakan dia." Ucapku pada diriku sendiri.

          Aku mengusap wajahku, lalu hendak kembali kedalam. Namun langkahku terhenti. Aku menabrak sebuah tubuh yang agak besar dariku.

          "Mr. Nellist."

          "Aku sudah mendengar semuanya dari Poppy."

          Aku hanya menunduk, menunggu apa yang akan Mr. Nellist lakukan padaku.

          "Hannah. Dengar, kau boleh jatuh cinta atau semacamnya. Tapi jangan abaikan tugasmu disini. White Horizon masih disana."

          "Mengapa kita melakukan ini semua? Kau tau kalau White Horizon itu kuat dan besar! Sudah pasti ia sulit di hancurkan!"

          Mataku kembali berair, dan sedetik kemudian aku tersadar atas ucapanku barusan. Aku memang bodoh. Bertindak ceroboh disaat aku sedang emosi.

          "Jangan membentak."

          "Ma-maaf, Mr. Nellist. Aku tidak bermaksud, maaf."

          Saat usai berbicara itu, aku berjalan cepat meninggalkan Mr. Nellist yang masih terdiam.

          Ada apa denganku?

 ***

            Aku sudah kembali dirumah ini lagi. Baru tadi pagi aku kesini, dan malam ini aku disini lagi. Colin memintaku untuk kerumahnya, katanya ia ingin membicarakan sesuatu. Wajahnya berantakan dan rumahnya sudah agak mendingan, yang berarti agak rapih. Tapi tetap saja, botol alkohol kosong masih ada di atas meja.

The MissionWhere stories live. Discover now