LOtS (21)

30K 2.8K 158
                                    

"Digo, kamu gak apa-apakan? Kita jadi pergikan? Kamu jadi bawa aku pergikan? Kita akan hidup bersama-sama anak kita, hanya bertiga ....iya Digo?"
Sisi mendongakkan kepala menatap Digo yang terkesiap saat mengusap airmata Sisi.

"Digo?" Sisi melihat tatap sedih Digo. Digo menghela nafas sambil mengatup  kelopak matanya yang dihiasi bulu lentik.

Tak letih Digo mencoba mengingatkan Sisi dengan mengulang kembali peristiwa yang dialami bersamanya. Dan masihkan semuanya sia-sia? Spontankah lagikah kalimat Sisi?

Sisi ikut memejamkan mata. Menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba mengumpulkan kesadaran lagi dan akhirnya menyadari semuanya. Kecelakaan bersama Digo yang membuatnya dibawa ke Singapura dalam keadaan tak sadar. Selama tiga tahun Sisi melupakan impian bersama Digo dan bayi mereka.

Sisi seketika menangis menyadari bayi mereka sudah tak ada. Pantas saja selama baru sadar ada yang lain dengan perut dan selangkangannya. Sisi tak boleh bergerak dan mengangkat yang berat. Sisi pikir waktu itu hanya karna kecelakaan yang menimpanya parah hingga ia harus total beristirahat. Anehnya Mom dan Dad yang mengaku ikut menjadi korban kecelakaan saat bersamanya tidak memiliki tanda bekas kecelakaan.

Sisi menatap Digo lagi yang sekarang sudah membuka mata didepannya. Dengan tetesan air yang mengaliri pipinya Sisi memegang perut dengan pandangan terhalang butiran kristal bening dimatanya. Sisi merasa Kehilangan seketika. Dadanya sesak.
Sesaknya sampai keseluruh rongga dada melewati jantung langsung keperut naik lagi kekepala dan keluar dimata berupa air mata dan kalimat dengan nada bergetar menahan tangis....

"Jadi kita kehilangan anak kita, Digo?"

Digo tersenyum tegar sambil mengangguk berat menatap Sisi yang sendu, sesendu dirinya yang sedih mengingat mereka kehilangan buah cinta mereka karna mereka  mengalami kecelakaan pada saat itu.

Digo menarik Sisi kembali kepelukannya. Mereka menangis bersama - sama mengingat kembali kejadian naas itu. Merasakan kehilangan yang sama. Beberapa saat mereka hanya saling memeluk erat. Sisi dengan bahu terguncang menangis dengan perasaan sedih.

"Jadi dia ninggalin kita, gak mau hidup sama kita?" Bahu Sisi terguncang dalam pelukan Digo.

"Gak papa, sayang, artinya dia gak mau ikut kita karna dia tau waktu itu kita tidak siap dengan kehadirannya, " Digo mengeratkan pelukannya.

"Tapi sebenarnya kita tidak siap juga dipisahkan.." Sisi masih menyesali perpisahannya dengan Digo, bahkan selama tiga tahun ia melupakannya. Sisi semakin berderai airmata dipelukan Digo.

"Kamu lupain aku selama tiga tahun, sementara aku gak bisa lupain kamu, Sisi." Digo berbisik ditelinga Sisi menahan gejolak dalam dadanya.

"Tapi bayangan kamu selalu ada, Digo," Sisi melepas pelukan Digo dan menatapnya. Digo menghapus airmata Sisi.

"Kangen..." Digo mengelus pipi Sisi dan menundukkan wajah mencium keningnya.

Digo memejamkan mata untuk menyalurkan rindu yang teramat dalam selama tiga tahun menunggu. Setelah lama menunggu harus menerima kenyataan Sisi lupa segalanya. Menyalurkan sesak didada yang sekian lama terpendam selama mencari jalan untuk membuat Sisi ingat masa lalu mereka kembali. Digo tak rela Sisi melupakan semua kisah yang mereka lewati. Kepahitan perjalanan cinta yang mereka lalui diantara kemanisannya. Sisi memejamkan mata merasakan hal yang sama. Rasanya rindunya yang terpendam hingga bertahun lamanya kini tumpah tak terbendung.

Digo mencium ujung hidung Sisi dan mempertemukan dahi mereka. Sementara Sisi dengan mata yang sama tertutup lalu merasakan bibir Digo menyentuh sudut bibirnya. Sejenak mereka terdiam. Dada mereka turun naik dipacu perasaan rindu yang sedikit tersalurkan karna ingatan Sisi kembali.

LOVe On The StreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang