LOtS (16)

28.3K 2.7K 183
                                    

"Bawa aku pergi dari sini, Digo!!" Sisi terisak dipelukan Digo.

Digo terdiam sesaat. Kabur sama saja tak gentle. Digo ingin meminta Sisi pada orang tuanya dengan baik-baik karna Sisi ingin bersamanya dan sedang mengandung buah cinta mereka. Jadi pantas kalau Digo mempertanggung jawabkan perbuatannya meskipun mereka harus putus sekolah karna menikah. Atau meskipun menikah diam-diam, mereka akan tetap sekolah untuk menyelesaikan ujian nasional tigabulan mendatang.

Sisi yang mungil pasti akan bisa menutupi perutnya dengan pakaian yang longgar. Dan mereka akan mendapatkan Ijazah SMA yang akan dipergunakan untuk melanjutkan kuliah atau mencari pekerjaan untuk menghidupi mereka selain berharap transfer uang dari orang tua Digo yang tak menentu kapan mereka mengisi debit card Digo.

Digo sudah memikirkannya. Pemikiran remaja berusia belum 17tahun yang cukup dewasa sebelum waktunya karna keadaan. Digo tak mengerti kalau hidup tak semudah itu.

"Sisiii..." Suara Mom membuat Sisi makin erat memeluk Digo dan tak ingin Digo melepaskannya.

"Sisi mau ikut Digo, Sisi gak mau ikut Mom dan Dad Ke Singapore." Sisi berkata terisak dan makin tenggelam dalam pelukan Digo.

"Si, ayolah sayang, jangan memperburuk keadaan.." Mom ingin menarik tubuh Sisi dari dekapan Digo dengan lembut agar tak menimbulkan keributan ditempat umum.

"Tolong Mom, jangan paksa Sisi." Sisi semakin mempererat pelukannya pada Digo. Sisi tak peduli banyak pasang mata melirik ingin tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Sisi kita harus pergi..." Mom tetap membujuk.

"Kenapa Tante? Kenapa harus pergi? Bukankah saya mau bertanggung jawab dan Sisi ingin bersama saya?" Akhirnya Digo membuka suara setelah mencoba mengumpulkan keberanian sejak tadi.

"Kami tak perlu tanggung jawab darimu, ingusan..." Suara Dad membuat Sisi semakin ketakutan dan menenggelamkan kepalanya didekapan Digo. Dengan susah payah Digo menghilangkan rasa gugup dan gentarnya ketika melihat ayah Sisi yang mendekati dengan wajah keras.

"Kenapa, Om? Bukankah ada darah daging saya ditubuh Sisi?"Digo berusaha tetap tenang walaupun jantungnya seperti berkejaran karna tegang.

PLAAKK...!

"Kau pikir tanggung jawabmu penting buat kami? "

Tangan Dad melayang kewajah Digo membuat Sisi bergidik dan Digo terhuyung kebelakang. Pelukan mereka menjadi longgar hingga Dad dengan mudah menarik Sisi. Sisi terpekik tak rela ditarik paksa hingga pelukan mereka terlepas dan tangan kanannya digenggam erat Dad.

"Digoo.." Sisi menggapaikan tangannya kirinya pada Digo yang mengulurkan tangannya meraih Sisi.

Ketika tangan mereka saling menggenggam akhirnya Digo menariknya dengan kuat dan itu tak disangka oleh Dad hingga genggamannya ditangan Sisi terlepas dan Sisi dikuasai Digo kembali.

"Maaf Om, saya minta dengan segala hormat, biarkan Sisi bersama saya..." Digo masih mencoba meluluhkan hati Dad.

"TIDAK akan!!" Dad menggeretakkan giginya dengan marah.

Entah apa yang dipikirkan Dad tentang Digo. Mungkin baginya Digo hanyalah remaja yang telah merusak putrinya. Yang takkan bisa membuat hidup Sisi nyaman. Takkan bisa memenuhi keinginan Sisi dalam hal memiliki kesenangan duniawi tanpa embel cinta. Atau juga Dad merasa mereka belum waktunya berumah tangga dalam usia yang begitu muda dan merasa tanggung jawab Digo hanya karna menghamili Sisi tak lebih dari itu. Menurut Dad mereka takkan bahagia dan Dad murka pada Digo karna Digo yang membuat masa depan Sisi hancur berantakan.

"Kalau begitu, saya minta maaf Om..."
Diakhir kalimat dengan nada penyesalannya Digo menarik tangan Sisi dan bergerak cepat pergi dengan cara melarikan diri dari hadapan mom dan dad Sisi. Ya, terpaksa Digo melarikan Sisi.

LOVe On The StreetWhere stories live. Discover now