LOtS (23)

24.9K 2.6K 92
                                    

Sisi terkejut dengan kedatangan Dad Soni, Ayahnya.
'Kenapa Dad bisa tiba - tiba berada disini?' Sisi membatin sambil menatap Digo dan ayahnya bergantian.

"Dad?" Sisi mengulang memanggil ayahnya.

"Kamu sudah tau, dia orang yang menghancurkan hidup kamu, Si?" Dad bersuara berat menunjuk Digo. Sementara Mom yang berada disamping Dad hanya terdiam dengan wajah yang susah diartikan.

"Kenapa Dad bilang begitu?"

"Lalu apa sebutan bagi orang yang membuat kamu hamil diluar nikah?"

"Dad?," Sisi menggeleng perlahan tak percaya ucapan Dad harus menyakiti Digo. "Bukankah Digo ingin bertanggung jawab tapi Dad menolaknya?" Sisi berucap dengan suara yang serak.

"Tapi tetap saja tak akan membuatmu bahagia Sisi, kamu kira menikah muda itu gampang?"

"Kenapa Dad berpikir sekerdil itu? Apa Dad tau yang apa yang aku rasakan?" Sisi menatap Dad yang sepertinya merasa lebih tau apa yang dirasakannya. Sepertinya dad meyakini apa yang diyakininya.

"Dad, sudah lebih banyak makan asam dan garam kehidupan Sisi," Dad berkata tegas didepan Digo dan Sisi. Mom terlihat memeluk lengan Dad dan mengusapnya.

"Bagaimana Dad bisa tau, sebelum kami mencobanya Dad?" Sisi tetap berusaha mematahkan serangan ayahnya.

"Dad sudah banyak tau anak sekolahan dikawinkan itu gimana jadinya, usia perkawinannya tak panjang..." Dad menyimpulkan sendiri.

"Jadi Jordy 28 dan aku 20 lebih cocok maksud Dad?" Sisi menyahut lagi.

"Kamu lebih cocok sama Jordy, dia lebih dewasa dan dapat mengerti kamu, tidak seperti anak seusia kamu yang akan sama mencari tempat untuk mendapatkan kasih sayang, ujung ujungnya nanti juga selingkuh..." Ayah Sisi sepertinya langsung memvonis.

"Om.." Digo tak tahan untuk tetap berdiam diri mendengar perdebatan antara ayah dan anak yang melibatkan dirinya.

"Biarkan saya menikahi Sisi untuk membuktikan cinta saya bukan main - main, Om ." Digo berucap tegas didepan Dad yang langsung menatapnya dengan tatapan garang.

"Saya takkan membiarkan anak saya dinikahi seseorang yang merusak hidupnya..."

"Om, beri kesempatan pada saya untuk memperbaiki semuanya bersama Sisi, sudah cukup selama tiga tahun saya dihukum tak bersamanya bahkan dia melupakan saya,"

"Apa kamu tak tau, Sisi akan segera menikah dengan Jordy?"

Seiring dengan ucapan Om Soni yang berakhir, Jordy keluar dari kamar dengan mengucek matanya.

"Benarkan Jordy?" Om Soni langsung menodong Jordy.

"Be..benar, Om...!" Jordy menyahut tergagap membuat Digo dan Sisi tercengang menatapnya.

"Jordy?? Apa maksut lo?" Sisi melebarkan matanya menatap kearah Jordy. Om Soni kelihatan tersenyum puas. Sementara Digo juga menatap Jordy dengan rahang keras. Tak disangka, Jordy akan menikung ternyata.

"Benar, Sisi akan segera menikah, tapi dengan Digo, Om, bukan dengan saya ... " Jordy membetulkan jawabannya.

"Maksud kamu apa Jordy?" Om Soni tersentak sambil menarik travel bag yang dibawanya. " Kamu jangan mempermainkan orang tua, kamu sudah berjanji bukan hanya pada Om dan tante tapi juga didepan orang tuamu." Om Soni meletakkan tasnya dan duduk diSofa depan Tv yang hanya berjarak beberapa meter dari Sofa yang diduduki Digo dan Sisi diiringi Tante Widya yang sedari tadi diam dan menghela nafas terus terusan.

"Om, saya sudah bilang sama Om, saya akan menikahi Sisi jika Sisi bisa mencintai saya, tapi kenyataannya dia tidak pernah mencintai saya, Om .. " Jordy duduk disamping Om Soni.

"Saya meminta dengan sangat, Om.." Digo masih saja berusaha untuk meluluhkan hati Dad. Digo meraih tangan Sisi dan menggenggamnya. Sisi mengartikan sikap Digo akan seperti terakhir ketika mereka dibandara yaitu membawanya pergi jika tetep tak direstui. Mompun terlihat pias memandang Digo yang meraih tangan Sisi dengan rasa takut Digo akan membawa Sisi pergi lagi.

Digo menoleh kearah Sisi yang tersenyum pasrah.

"Bawa aku pergi dari sini, Digo!" Sisi berkata lirih. Mom dan Dad melebarkan mata bersamaan, sementara Jordy menghela nafas sebetulnya tak setuju kalau Digo dan Sisi memutuskan untuk pergi tanpa restu lagi. Sebuah pengulangan sejarah yang harusnya tak pernah dilakukan lagi. Tetapi Jordy juga memahami dengan melihat sikap Om Soni yang keras hati membuat Digo tak mempunyai pilihan lain.

Digo menatap Sisi yang memintanya dengan tatapan yang sangat berharap. Tetapi Digo justru menggelengkan kepala dan menarik tangan Sisi mendekati kedua orang tua Sisi. Apa yang akan dilakukan Digo diluar perkiraan Sisi dan Jordy bahkan Mom dan Dad. Digo berlutut didepan mereka, bahkan yang mengejutkan Digo meraih tangan Dad yang tadinya menepis tetapi Digo berkeras menggenggam dan menciumnya.

"Saya tak bisa membawa Sisi tanpa restu Om dan Tante, kami ingin nemperbaiki diri apa tak bisa diberi kesempatan?" Digo menatap Om Soni dengan pandangan mata memohon. Tak peduli dia akan dianggap apa. Bukan karna didunia ini tidak ada gadis lain yang dengan suka rela ingin bersamanya tanpa halangan seperti ini. Tetapi lebih kepada ingin membuktikan ketulusan cinta yang ia punya untuk Sisi dan kesungguhannya untuk hidup bersama dengannya didepan orang yang selama ini meragukan cinta yang mereka miliki.

"Dad, apa Dad tak bisa memberi kesempatan?" Sisi ikut bersimpuh didepan kedua orang tuanya. "Apa Dad tak mau melihat aku bahagia?" Sisi meraih tangan Dad dan menciumnya bahkan ingin mencium kakinya tapi Dad dengan cepat memegang bahu Sisi agar tak menunduk dibawah kakinya.

Mom terlihat berkaca menyaksikan dua orang yang tiga tahun lalu meminta hal yang sama tetapi dulu tetap ditolak suaminya dan sekarang dengan gigih meminta restu pada mereka kembali. Mom meneteskan air mata ketika Sisi menangis dipangkuannya. Mom hanya bisa mengelus kepala puterinya dan menoleh kearah Dad dengan tatapan kali ini sama memohon.

"Om....."

"Sudah jangan meneruskan drama ini, ini bukan sinetron ... " Suara Dad yang berat memecah ketegangan memotong ucapan Digo.

"Tapi, Om ... "

"Jangan terlalu banyak bicara Digo, lelaki itu yang dipegang adalah janjinya, terlalu banyak bicara akan mengeluarkan banyak janji, lebih baik sebagai lelaki kita harus banyak membuktikan. BUKTI Digo bukan JANJI!!"

"Jadi menurut Om, dengan cara apa saya harus membuktikan keseriusan saya pada Sisi? Bagaimana saya bisa  membuktikan saya tidak main - main dan benar - benar berharap Om dan tante bisa merestui kami berdua?" Digo bertanya dengan hati yang tak menentu. Kenapa sesulit ini meraih hati orang tua Sisi? Tak semudah menaklukan hati gadis - gadis yang mudah terpesona dengan ketampanannya meskipun dengan pembawaan yang tengil bahkan cuek sekalipun.

"Bawa orang tuamu besok kesini!!"

*************************
18 Desember 2015,
Thanks ya sudah memberi vote dan komen. 


LOVe On The StreetOnde as histórias ganham vida. Descobre agora