LOtS (14)

33.3K 2.8K 198
                                    

Hamil? Sisi Hamil? Digo tau gundahnya Sisi sama dengan gundahnya sekarang. Hamil diluar nikah. Masih muda pula. Orang tua tak ada. Apakah yang harus mereka lakukan? Menyesal saja tak cukup. Mereka harus mencari jalan keluar. Tragis memang.

"Gimana ini Digo? Gimanaaaa??" Sisi menangis dipelukan Digo yang terdiam tanpa suara, dan hanya bisa mengelus-elus kepala Sisi. Kepanikan Sisi beralasan. Dan buat Digo sendiri ini kabar yang sangat sangat sangat mengejutkannya. Bagaimanapun menghindari kehamilan, kalau sudah berbuat, resiko itulah yang harus diterima dan ditanggung.

"Digooo aku takutttt...." Sisi makin menangis ketika Digo mengeratkan pelukannya.

"Sttttt...tenang ya..." Digo berpikir keras. Apakah dia harus menjadi suami dan ayah dalam usia yang begitu muda?

"Aku belum siap jadi ibu, Digoo ... " Sisi mengungkapkan kegundahannya sejak malam kemarin ketika melihat hasil test pack dan ada garis dua tanda positif hamil. Sisi merasa tak cukup umur untuk menjadi ibu. Dia baru hampir 17tahun. Bagaimana mungkin menjadi isteri dan ibu dalam usia yang begitu muda? Sisi kemana saja selama ini? Bukankah harusnya ketika melakukan hubungan suami isteri dalam usia yang belum genap 17 tahun dan belum menikah itu juga harusnya tak pantas? Sisi mengutuk dirinya sendiri.

"Sttttt...Please kamu tenang dulu Sisi, ini sekolahan, jangan sampai ada yang dengar, nanti kita bicarakan diluar aja ya, aku minta ijin dulu nganterin kamu pulang," Digo melirik kearah Sri yang baru saja memasuki ruangan Uks. Untung saja Sisi bisa dibujuk untuk tidak menangis lagi. Digo menghapus airmata Sisi dan melepaskan pelukannya.

"Bentar ya, sayang..." Digo mengelus rambut Sisi dan memundurkan langkahnya meninggalkan Sisi dengan tatapan gundah.

"Sri, titip Sisi bentar ya, gw mau minta ijin sama ambil tasnya dulu dikelas." Digo pamit pada Sri dan Sri mengangguk.

Sisi menatap punggung Digo sampai menghilang dari balik pintu Uks.

***

Digo dan Sisi sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Mereka bingung apa yang harus dilakukan sekarang?

"Aku gak siap jadi Ibu, Digo..." Berkali-kali Sisi berkata seperti itu karna dirinya benar-benar tidak siap. Mau mengadu pada siapa? Bibi Joana? Om Julian? Mom? Dad? Mereka semua pasti akan menyalahkannya. Akan memarahinya. Akan menghukumnya. Tidak, Sisi takkan sanggup bilang kalau dia sedang hamil. Pasti Mom akan kecewa. Pasti Dad akan menyakiti Digo.

"Lalu kita harus apa, Si? Menggugurkannya?" Digo meremas rambutnya sendiri. Dia sendiri bingung sekarang. Bukan tak ingin bertanggung jawab. Mereka masih muda. Masih sekolah. Digo tak tau Orang tuanya dimana? Apa yang harus dilakukan? Apa Digo harus menelpon Mamanya sekarang? Menceritakan kalau dia menghamili Sisi, pacarnya. Bagaimana perasaan Mamanya kalau tau Digo menghamili anak orang? Apa yang akan dilakukan Papa padanya. Menamparkah? Atau membanting Digo karna memiliki Anak sesat seperti dirinya?

Sayang sekali ketika remaja yang memiliki persoalan seperti Digo dan Sisi ini tak memiliki tempat untuk mengadu dalam usaha untuk mencari solusi. Seandainya ada yang bisa membantu memberikan jalan keluar yang terbaik.....

"Gw punya kenalan yang tau dimana ada dokter yang biasanya melakukan praktek aborsi, apa lo mau mencoba?" Seorang teman Digo memberikan solusi yang sebenarnya bukan solusi yang benar tetapi cukup membuat para remaja yang kebablasan serasa mendapatkan jalan keluar tebaik.

"Tapiii..." Digo menggantung kalimatnya ragu.

"Dulu cewek gw juga diaborsi disana, mau lo?" Bima meyakinkan Digo.

"Apa gak berbahaya buat Sisi?," Digo menoleh kearah Bima. "Gw gak mau dia kenapa – kenapa, seandainya gw siap gw akan nikahi dia, tapi kami ini masih sekolah, masih muda, Bim, gw gak mau Sisi disakiti orang tuanya, gw juga gak mau disudutkan orang tua gw..." Digo meremas kepalanya. Tiba-tiba saja kepalanya sakit.

LOVe On The StreetWhere stories live. Discover now