LOtS (3)

31.4K 3.1K 122
                                    

"Wuuuuwwwwww...." Sisi berteriak sambil berdiri diboncengan Adit. Adit menang. Ekspresi Sisi mendapatkan sorakan riuh dari penonton balapan liar disekitar jalan.

"Yuhuuuu....!" Adit ikut berdiri sebentar lalu duduk kembali bersamaan dengan Sisi yang menepuk- nepuk bahunya girang.

"Sial!!!" Digo memukul stang motornya geram dengan motor yang masih melaju.

"Kenapa bisa kalah ..??" Digo menggenggam tangannya kuat-kuat karna merasa panas melihat aksi Sisi dan Adit yang seperti memanas-manasi. Padahal tadinya Digo sudah berada didepan tetapi dibelokan terakhir konsentrasi Digo terpecah karna teriakan Sisi menyemangati Adit yang hampir mengalahkan suara motor. Digo meremas rambut yang hampir menutupi matanya. Selama bertanding mereka memang sepakat tidak memakai helm agar lebih menantang.

"Yahhh, kalahhhh..." Keluhan Cindy dibelakangnya membuat Digo bertambah panas.

"Diemm looo!!" Digo menoleh kebelakang membuat Cindy memundurkan kepalanya kaget.

"Ihh Digo kok gitu sih??" Cindy memukul punggung Digo.

"Kenapa? Gak suka? Ilfil lo sama gw??" Digo tak peduli reaksi Cindy.

"Digooo..!" Cindy berteriak tak suka sikap Digo diantara suara motor yang masih menderu.

Brummmmm...

Motor Adit dan Digo parkir bersamaan . Digo mengepalkan tangannya dan mengarahkannya pada Adit tanda mengakui kekalahannya dan disambut Adit dengan bangga dengan kepalan yang hanya sesaat menyentuh kepalan Digo. Adit berbalik kearah Sisi dan mengangkat telapak tangannya disambut Sisi yang tertawa riang.

"Thank you, beb, gak salah gw milih lo..." Adit menyelipkan jarinya kejari Sisi dan mengecup punggung tangan Sisi. Digo benar-benar seperti kebakaran karna panas didadanya kian menjadi sampai terasa berasap dikepala.

"Lebay lo!!" Sisi merauk wajah Adit dengan sebelah tangannya sambil tertawa. Adit terbahak kegirangan diiringi dengusan Digo tanpa mereka sadari.

***

"Ck. Kempes lagi?" Sisi menghentakkan kakinya ketanah. Kesal sekali. Sudah tiga hari berturut-turut Ban motornya bocor. Kemarin untung saja ada Adit yang menunggunya pulang dan Adit membantu mendorong motor dengan cara sama-sama naik sepeda motor masing-masing lalu Adit memijakkan kaki diknalpot motor Sisi dan mendorongnya sampai kebengkel. Meskipun agak susah dan akhirnya Sisi harus ganti usus karna bannya udah gak ada angin dinaikin pula.

"Mimpi apa gw berapa malam ini?" Sisi menarik nafas sebelum mendorong motornya. Adit hari ini gak masuk karna sakit. Entah sakit apa tuh anak, pagi tadi sempat menelpon Sisi kalau gak masuk hari ini karna sakit. Dia bilang sakit cinta ditolak. Kalau mau jengukin dia bawain cinta aja. Sisi terbahak mendengarnya. Benar-benar Lebay si Adit.

Sisi mendorong motor dari parkiran yang sudah sepi. Karna tadi saat dia mengganti rok ditoilet agak lama, tiba-tiba dia sakit perut dan harus dibuang segera gak bisa ditahan menunggu sampai dia dirumah. Coba saja tadi gak dibuang, disuruh dorong motor kaya gini bisa berceceran ditanah seisi perutnya. Sisi bergidik.

Sepuluh meter meninggalkan SMA Bumi Pertiwi sekolahnya, Sisi dikejutkan dengan sekelompok pelajar dari SMA Anak Bangsa yang saling serang dengan SMA Putra Negara . Kebetulan memang sekolahnya satu arah dan berdekatan dengan sekolah – sekolah itu. Sisi meminggirkan motornya karna puluhan pelajaran lalu lalang disampingnya dan hampir saja Sisi tersenggol anak-anak yang membawa balok . Sisi begidik takut. Sejago-jagonya bela diri kalau menghadapi massa yang demikian anarkis ini Sisi gak bisa sok mampu. Sisi terjebak didalam tawuran pelajar yang benar-benar membuatnya sedikit kalut. Sisi mengusap wajahnya. Sisi terlihat demikian frustasi rasanya tak bisa keluar dan menerobos dari tempat kejadian.

Ciiittttttt...!!!

Suara decitan ban sepeda motor membuat ngilu telinganya. Sisi menoleh kearah pengendara motor yang berhenti tepat didepannya.

"Naik!!" Pengendara motor itu membuka helmnya.

'DIGO?' Sisi mengeryitkan dahi membatin.

"Mo..motor gw?" Tergagap Sisi teringat motornya yang sekarang tak bisa dinaiki karna bocor.

"TINGGALIN!! BURUANNN!!" Digo berteriak karna sekelompok pelajar yang menyerang pelajar dari sekolahnya semakin mendekat dan menggugurkan keraguan Sisi untuk menerima pertolongan Digo dan meninggalkan motornya.

"Wooyyy....SINI Looooo!!!" Teriakan pelajar dari anak-anak sekolah Anak Bangsa semakin mendekat dengan balok kayu yang terangkat dengan wajah beringas.

HAPPP....Sisi melompat keboncengan Digo.

Bug!!

"Aww...Aduhhh...shhh"

Sebuah Balok yang dilempar pelajar kalap itu mengenai bahu Sisi sesaat setelah ia menghenyakkan tubuhnya dibelakang Digo.

Digo melesat membawa motornya dengan kecepatan tinggi menghindari lemparan balok berikutnya dan berhasil kabur segera sebelum pelajar beringas itu sampai didekat mereka.

Sisi mencengkram bahu Digo dengan menahan sakit dibahunya. Gila memang anak-anak yang pikirannya sudah dipenuhi dengan amarah. Membabi buta, siapapun bisa menjadi korban asal berada ditempat kejadian.

"Digooo...."

Digo merasakan cengkraman dibahunya mulai melemah. Digo memperlambat laju motornya dan menoleh kebelakang. Wajah Sisi pucat menahan sakit dan akhirnya kepalanya terkulai kebahu Digo. Digo sedikit panik melihat keadaan Sisi. Meskipun bukan karna dia penyebabnya tapi saat ini Sisi bersamanya.

Entah kenapa tadi ketika Digo melihat Sisi ditengah tawuran dengan wajah Frustasi ada perasaan ingin membantu Sisi menjauh dari tempat kejadian. Kebetulan. Ya menurut Digo kebetulan dia ada disana, bukan karna apa-apa. Padahal kalau dipikir dengan kejadian dua malam lalu dimana Adit mengalahkannya, Digo punya dendam tersendiri pada Adit dan Sisi. Tapi Digo merasa itu persoalan lain. Dan dia hanya spontan saja mengikuti pikiran dan raganya bertindak ditengah kepanikan.

Digo menarik tangan Sisi agar melingkari perutnya. Meskipun kesulitan Digo berusaha melajukan motornya menuju tempat yang lebih aman.

"Ck. Kenapa jadi begini sih?"

***

Sisi membuka matanya perlahan. Memandang langit-langit kamar yang berwarna kream. Mengumpulkan jiwa dengan tubuh seperti tercabik. Sisi menggeliat. Pandangannya nanar mengitari seluruh ruangan. Nuansa maskulin jelas terasa dan terlihat dengan cara menata kamar dan pernak-pernik yang ada. Sprei bermotif Barca lengkap dengan bed cover yang menutup tubuhnya. Sisi menyadari ini kamar tak dikenal. Mata Sisi melebar ketika menyadari dia tak tau dimana dia berada.

"Dimana ini?" Sisi tersentak dan berusaha duduk.

"Auwhhh..." Sisi meremas bahu kanannya yang terasa sakit dengan tangan kirinya. Sekali lagi mata Sisi melebar menyadari telapak tangannya bertemu dengan kulit yang artinya bahunya tak tertutup apa-apa.

"Whatt?? Kenapa gw gak pake baju??" Sisi panik melihat keadaannya yang sekarang tanpa pakaian. Sisi melihat baju seragamnya tergeletak diujung tempat tidur dibawah kakinya.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?" Sisi seketika ingin menangis.

"Digoooo.....!"

***********************************
Jeng jeng......

Jangan lewatkan lanjutannya ya..

Thank you so much udah semangatin aku dengan vote dan komen...

22 November 2015



LOVe On The StreetOnde as histórias ganham vida. Descobre agora