[1] PROLOG

4.9K 264 11
                                    

Sinar matahari yang terang dan hangat menyeruak masuk melalui celah-celah jendela kamar. Keisha membuka kedua matanya yang terasa berat, lalu ia mengangkat tangan menutupi mata dan mengerang pelan.
Sinar matahari yang menembus jendela kamar tidur menyilaukan matanya. Ia menguap lebar sambil merenggangkan lengan dan kaki dengan posisi yang masih terbaring di tempat tidur. Lalu ia memaksa diri bangun turun dari tempat tidur, berjalan dengan langkah diseret-seret ke meja tulis di depan jendela untuk mematikan lampu meja yang masih menyala dan memandang ke luar jendela.

Langit di luar terlihat sangat cerah. Gadis itu membuka jendela dan menarik napas dalam dalam, mengisi paru-paru dan seluruh tubuhnya yang masih lemas. Tapi karena udara masih terasa dingin,ia cepat-cepat menutup jendela dan menggosok-gosok kedua tangannya.

Setelah merasa seluruh energinya terkumpul. Keisha segera bersiap untuk melakukan rutinitas yang menurutnya sangat membosankan, yaitu sekolah.

W i n t e r  M e m o r i e s

Kring!

Bel tanda pelajaran berakhir berdering, suaranya menyeruak ke seluruh penjuru sekolah.

Keisha Jane Lindsey. Gadis itu berjalan gontai menyusuri koridor yang sudah ramai oleh murid yang berlalu-lalang. Dia bosan, suasana hatinya sedang tidak baik hari ini.

Sebagai remaja SMA, dia lelah jika terus-menerus berkutat dengan buku dan pena sepanjang waktu. Keisha butuh sesuatu untuk menyegarkan pikiran.

Saat berbagai argumen berkecamuk dalam pikiran, ponsel dalam sakunya tiba-tiba berdering. Keisha segera merogoh benda panjang itu dari dalam saku.

Cameron Dallas is Calling..

Melihat nama itu tertera dalam layar ponsel, seulas senyum langsung merekah, menggantikan raut malas yang sebelumnya menghiasi.

"Cameron!!" Teriak Keisha antusias. Jeda sejenak, dia melanjutkan, "Ada apa kau menelponku?"

"Hello Kei? Aku ingin mengajakmu Hiking bersamaku dan teman-temanku. Sebentar lagi libur musim dingin kan?" Ucap Cameron dari seberang sana, terdengar ceria dan bersahabat.

"Kau serius? Ya..yaa.. Tentu saja aku mau. Kau datang disaat yang tepat Cam," jawab Keisha dengan penuh semangat, sampai-sampai dia menjadi pusat perhatian karena suaranya yang sangat keras.

"Kau tidak usah sesenang itu karena diajak oleh lelaki tampan sepertiku Kei." Cam terkekeh.

"Dasar kau ini. Dimana Hikingnya? Kapan?"

"Rencananya kita akan Hiking di Canadian Rokies. Kita pergi hari sabtu, Oke?".

"Oke," jawab Keisha singkat.

Sambungan telpon terputus, percakapan berakhir sampai disitu. Keisha melirik benda bulat yang melingkar di tangan, dia menghembuskan napas panjang, lalu memutuskan untuk segera pulang ke rumah.

Gadis itu berjalan menuju halte bus yang jaraknya tak jauh dari sekolah. Sesampainya disana, dia duduk sambil menunggu. Kei memang terlahir di tengah keluarga yang berkecukupan, namun ia lebih memilih naik bus setiap hari dengan alasan malas terjebak macet bila menggunakan mobil pribadi.

Selang beberapa menit, bus yang ditunggu-tunggu pun datang. Keisha bangkit dari duduk, dia berjalan lalu menaiki satu persatu anak tangga bus. Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari bangku kosong yang mungkin bisa ia duduki.

"Oh my god!" seru seoarang pria tak jauh dari tempat Kei berdiri, samar-samar ia masih dapat mendengar perkataan itu. Tak menanggapi, merasa sudah terbiasa.

"Damn! She's So beautiful," bisik Nash kepada Matthew, Mata mereka berbinar penuh kekaguman saat melihat kei berjalan melengang.

Rambut panjang hitam gadis itu terkena angin semilir, yang entah dari mana datangnya. Kei memang seorang gadis yang sangat cantik. Tak heran jika banyak orang terhipnotis dengan kecantikannya itu.

Dengan sepasang mata biru emerald dan tubuhnya yang ramping, kulitnya yang putih, pipinya yang merah merona, juga senyumannya yang sangat menawan, Seolah dapat membuat wanita manapun berkecamuk iri melihat kecantikan yang dimilikinya.

Hanya satu bangku belakang di dekat jendela yang kosong. karena tak ada pilihan lain, dia pun duduk di bangku itu. Disampingnya terdapat seorang pria dan semua temannya yang sedang sibuk memperhatikan gerak-geriknya.

"Hai!" sapa Nash.

"Umm.. Hi!" jawab Kei ragu.

"Kau tidak mengenal kami?" Tanya Jack & Jack bersamaan.

"Hmm," dia berpikir, "Sepertinya tidak."

"Wahh.. Sepertinya kita belum terkenal Tay," ucap Aaron sambil menepuk bahu Taylor.

"Memang kalian ini siapa?" Tanya Kei bingung. Semua pria di dekatnya memang terlihat tak asing, namun otaknya seakan sudah terlalu lelah jika harus dipaksa untuk berpikir.

"Kami adalah MAGCON BOYS! Kau tidak tahu?" Sahut mereka bersamaan sambil menunjukkan ekspresi kesal yang lucu.

Kei hanya terkekeh kecil melihat tingkah laku sekumpulan pria disekelilingnya. Dia terdiam sejenak karena menyadari sesuatu "Ohhh.. Cameron Dallas?"

"Yes.. Thats true!" ucap Matt, dia melanjutkan, "Uhh, Rasanya air mataku tidak dapat dibendung lagi. Kau hanya mengenali Cam?" Matthew menunjukkan ekspresi sedih layaknya seorang anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh ibunya.

"Haha Maaf. Sebenarnya Cam adalah se---"

"Baiklah gadis cantik, kita harus berpisah disini. Bye." Kei tak meneruskan, ucapannya terpotong oleh perkataan Nash.

Para Magcon langsung bergegas turun dari bus. Bus itu terasa sepi dan hening setelah mereka tidak ada. Sebenarnya Kei merasa sangat terhibur dengan keberadaan mereka, rasanya mereka seperti teman baru baginya.

***

Hope you enjoy guys!

[WARNING!! INI ADALAH CERITA PERTAMA YANG GUE BUAT. EBI, PEMILIHAN KATA, DLL, MASIH JAUH DARI KATA NORMAL. MOHON DIMENGERTI 😂] -Muffins93 di tahun 2017 menjelang 2018

Winter MemoriesTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon