Karena keasikan menanam Leona lupa akan kesehatannya. Tiba-tiba pandangannya kabur dan kepalanya mulai sakit lagi. Leona sedikit bersandar ke salah satu batang pohon dan berusaha mengembalikan pandangannya. Leona merasa sepertinya dia akan mimisan lagi,sebelum Rafael mengetahuinya Leona berlari ke dalam rumah. Sampai di toilet seperti dugaannya darah kembali keluar dari hidungnya. Leona membersihkannya dan Rafael mengetuk pintu toiletnya.

"Leona.. Leona. Kau kenapa??"
"Aku enggak apa-apa Raf. Tenang aja."
"Kau sakit?"
"Enggak kok. Kamu tunggu aja di taman bentar lagi aku keluar."
"Oke. Aku tunggu."

Tidak berapa lama setelah Rafael keluar. Leona mendapat telepon dari Simon.

"Halo Simon."
"Leona. Maksud ku Nona Leona. Hasil DNA akan keluar besok. Saya harap anda bisa datang ke rumah."
"Sim.."
"Iya Nona?'
"Enggak. Terima kasih aku pasti datang besok. Untuk memastikannya sendiri."
"Baiklah. Selamat siang."

Leona keluar dan menuju kembali ke taman. Dari kejauhan Leona melihat Rafael sedang berbincang dengan orang lain. Leona pun berjalan mendekati mereka. Ternyata seorang laki-laki dan perempuan, mungkin usia mereka sekitar 70-an tahun,yang sedang berbicara dengan Rafael.

"Ohh Leona. Sini... Kenalkan ini tuan and nyonya White."
"Halo Leona. Senang berkenalan dengan mu." Kata Nyonya White.
"Kalian suka menanam juga ternyata.", kata Tuan White sambil berkeliling taman.
"Enggak tuan. Saya dan Leona baru akan memulai hobi baru kami ini sama-sama."
"Loh. Ini kurang rapi. Rafael tolong bawakan sekop itu kemari."
"Kamu sama nona ini duduk saja. Biar kami yang melanjutkannya."

Sambil memperhatikan Rafael dan tuan White, Leona dan nyonya White meminum teh hijau sambil berbincang.

"Kalian datang dari kota?"
"Iya nyonya."
"Aduh. Jangan panggil saya nyonya kamu bisa panggik saya nenek. Saya lebih suka anak-anak memanggil saya nenek."
"Baiklah nenek."
"Kalian benar-benar cocok."
"Kami?"
"iya kamu dengan si tuan muda itu."
"Kami tidak pacaran. Hanya sekedar teman saja."
"Benarkah? Sayang sekali."
"Tadi kakek bilang kalian juga suka berkebun."
"mmm. Saat kamu masih muda, dia suka membelikan ku Bunga. Bahkan demi membelikan bunga untuk saya,dia rela menyimpan uangnya dan enggak makan. Akhirnya dia sempat sakit dan aku memarahinya."
"Lalu?"
"Lalu kami sama-sama mencari jalan keluarnya. Dan akhirnya karema bunga-bunga itu kami bisa hidup berdua sampai sekarang."
"berdua?"
"Tuhan masih belum mempercayakan kami untuk memiliki seorang anak. Sampai usia segini hanya cinta sejati yang terus menyatukan kami. Hanya kematian yang akan memisahkan kami."
"Nenek sangat mencintai kakek?"
"Aku sudah enggak bisa menghitung seberapa besar cinta ku sama dia."

Mendengar cerita nenek White Leona meneteskan air matanya.

"Bagaimana dengan mu,kau mencintainya?"
Leona mengangguk.
"Tapi aku enggak tahu gimana perasaan dia?"
"Kamu tahu kelemahan kita sebagai seorang perempuan, kita tidak bisa langsung mengutarakan perasaan kita. Leona terserah gimana pun perasaanya terhadap kamu, tapi satu hal KAMU HARUS PERCAYA DIA JUGA MENCINTAIMU. Aku yakin rasa percaya yang ada di hati mu akan membuka hatinya kepadamu."

*****

Rafael melihat Leona yang tertidur di sofa. Rafael mendekatinya dan duduk di samping Leona.

"Shofia. Apakah salah kalau aku mulai mencintainya? Shofia aku merasa benar-benar mencintai perempuan ini. Bukan karena dia mirip dengan kamu. Tapi aku takut kalau aku mencintainya aku akan kehilangannya sama seperti aku kehilangan kamu Shofia."

Rafael membelai wajah Leona yang terasa dingin. Lalu Leona membuka matanya.

"Apa kau kelelahan?"
"Sedikit."
"Besok aku janji akan membawa mu ke gunung.'
"Kau enggak capek apa? Nanti kalau penyakit kamu kambuh gimana?"
"Penyakitku?. Tenang aja sudah lama penyakit ku enggak kambuh. Kamu enggak usah khawatir. Kalau kamu mau tidur ayo ku antar ke kamar."
"Enggak. Oya raf. Mama kamu suka nonton film ya."
"Iya. Kenapa?"
"Gimana sebelum tidur kita nonton dulu."
"Nonton apa?"
"Endless Love kau tahu film itu?"
"Endless Love. kau suka film itu. Aku sudah menonton film itu lebih dari 20 kali."
"Serius. Aku juga."

Akhirnya Leona dan Rafael menonton film itu. Leona yang sudah menonton film itu berulang-ulang tetap meneteskan air matanya. Begitu selesai menonton film itu Rafael tertawa melihat Leona yang berlinang air mata.

"Jadi ini film favorite mu?"
"Iya. Karena bagiku film yang bagus itu film yang bisa membuatku menangis dan terus mengingat setiap detik kejadian di film ini."

Leona dan Rafael berbincang sampai akhirnya Leona tertidur diluan. Melihat Leona yang sudah tertidur Rafael mengambil selimut dan menyelimutinya.

"Aku janji Leona. Mulai besok saat kau membuka matamu, aku akan membuat kau mengingat setiap detik hal menyenangkan di kehidupanmu kedepannya bersama ku."

Sebelum pergi Rafael mengecup dahi Leona.

Rafael benar. Besok saat Leona membuka matanya. Itu akan menjadi awal ingatan Leona dengan Rafael. Bagi Leona besok saat dia membuka matanya, itu adalah kali pertamanya dia berjumpa dengan Rafael. Kedepannya Hanya memori itu yang akan diingat Leona saat dia bersama Rafael dan Leona tidak akan pernah melupakan setiap detik kehidupannya mulai besok pagi, tapi tanpa Rafael di sampingnya.

Hello my Lovely Readers...
Maaf sudah menunggu, maaf karena part ini ceritanya rada enggak nyambung, maaf juga kalau banyak Typo.
"Kira-kira ingatan apa yang akan tersisa di kepala Leona saat dia membuka mata keeseokan pagi ya?? Jangan-jangan Leona Amnesia??"
Terus ikuti ya. Bakal banyak hal yang mengejutkan loh.

Oya Lovely Readers. Vote yang banyak ya...

Nazla99^^


Bunga TerakhirWo Geschichten leben. Entdecke jetzt