PROLOG

16.3K 906 16
                                    

"Mama, papa kemana sih? Kok dari kemarin belum pulang- pulang?"

"Papa kerja, sayang." Ibunya menjawab sambil membelai rambut putrinya yang berwarna pirang kecoklatan tersebut dengan lembut.

"Mama bohong! Kemarin Mama udah bilang kayak gitu! Tapi, papa gak pulang- pulang!" tangisannya meledak. Ibu dari anak tersebut hanya menatap wajah anaknya dengan penuh kesedihan. Dipeluknya anak perempuannya itu dengan hangat.

"Jean mau ketemu papa...Jean mau main lagi sama papa....papa ada di mana sekarang?" isak gadis tersebut di dalam pelukan ibunya.

"Papa pasti kembali lagi, kok. Kamu yang sabar ya, nak." Seakan- akan dapat mengerti kesedihan putrinya yang telah ditinggal oleh ayahnya, ibunya pun menitikkan air matanya.

"Jean mau papa...Jean mau papa-"

"Pa!" gadis yang berusia sembilan tahun itu pun menghilang. Kini, semuanya menjadi kenyataan. Seorang gadis berusia sembilan tahun pun telah berubah menjadi seorang remaja berusia enam belas tahun yang dewasa.

"Cuma mimpi ternyata." Gadis berambut pirang itu pun mencoba memejamkan matanya kembali. Akhirnya, karena tidak dapat kembali ke alam mimpi, si gadis pun bangun dari posisi 'tidur'nya dan duduk di atas kasur empuknya.

"Tanggal 9 Juli.." Ia menatap angka sembilan yang ia lingkari di kalender putih yang terpajang manis di meja belajarnya. Lalu, pandangannya dialihkan ke jam yang menempel pada dinding kamarnya. "...udah jam dua belas malam..." dengan pelan- pelan, ia turun dari tempat tidurnya, dan mengambil album foto yang ia simpan di dalam laci meja belajarnya.

Dengan hati- hati, ia membuka album foto tersebut. Matanya memandangi foto- foto yang terdapat di setiap halaman. Satu foto yang ia tatapi dengan penuh kesedihan-foto keluarganya.

Di sana, ia dapat melihat satu keluarga yang lengkap, harmonis, hangat, dan bahagia. Tak terasa, matanya mengeluarkan setitik air dan terjatuh tepat di atas foto tersebut. "Papa....selamat ulang tahun...." dengan senyuman yang pahit, gadis tersebut berkata lirih.

"Ini sudah tujuh tahun sejak Papa pergi meninggalkan aku, meninggalkan kami, meninggalkan keluarga ini." Ia mengadah ke atas, mencoba untuk memasukkan kembali air matanya.

"Papa ada dimana sekarang? Aku kangen banget sama Papa." Gadis tersebut mengelap pipinya yang basah karena air mata. Lalu, pandangannya beralih ke foto yang lainnya, foto dimana terdapat gambar dirinya ketika berusia dua belas tahun, dengan kedua anak laki- laki yang sebaya dengannya. Baiklah, kini ia tidak dapat mengingat nama kedua anak laki- laki itu.

Ketiga orang lelaki ini merupakan seseorang yang spesial dalam hidupnya, yang mampu merubah hidupnya, dirinya, dan segala sesuatu tentangnya. Namun, seiring berjalannya waktu, satu persatu orang- orang ini pun pergi meninggalkannya, dan menimbulkan luka yang sangat dalam di dalam hatinya.

Jeannie Harrington. Itulah namanya. Nama perempuan yang telah merasakan kepahitan hidup sejak usianya yang masih belia. Rambut berwarna pirang kecoklatan yang sepundak dan bola matanya yang berwarna hitam menjadi ciri khasnya. Berpenampilan sederhana, namun elegan. Itulah sosok Jean yang dikenal oleh banyak orang.

Ia memiliki paras yang elok dan sifat yang sedingin es. Murid- murid di sekolah menjulukinya 'Puteri Es' karena sifatnya itu. Setinggi apapun tingkat kegantengan seorang laki- laki, pasti akan ia tolak. Namun, hal itu membuat para lelaki menjadi semakin tertarik pada sifat cewek yang satu ini.

Masa lalunya-lah yang menyebabkannya bertingkah seperti ini. Bahkan, ia pernah beranggapan bahwa 'yang namanya cinta dari seorang lelaki itu, tidak akan abadi.' Apakah anggapannya ini benar?

Atau mungkin, ada saatnya dimana akan ada seorang laki- laki yang masuk ke dalam kehidupannnya yang gelap dan dingin ini, lalu mampu merubah seluruh pemikirannya, dan membuatnya jatuh cinta?



StarlightWhere stories live. Discover now