Tiba-tiba tangan Iru memegang kedua tanganku. Matanya menatapku serius. Jantungku mulai berdetak lebih kencang. Mataku pun membalas tatapannya dalam. Bibirnya mulai bergerak membuka hendak mengatakan sesuatu.

Ckrik

"Wuuu. Kalian dilarang bermesraan di tempat umum, Rene! Dan Iru! Maka dari itu kalian harus menjalani hukuman dari Nessa Clarievy!" Kamera Nessa mengambil gambar kami.

"Mengapa aku harus menjalani hukuman darimu? Dan terlebih lagi aku tidak—"

Nessa segera memotong ucapanku. "Ya, dan hukumannya adalah—"

"Hey! Dengarkan aku!—"

"Kalian harus... Hm, apa ya.. Menurutmu hukuman apa yang harus mereka dapatkan, Risu?" Nessa menoleh pada Risu tanpa menghiraukanku sedikit pun. Aku pun menghela nafas panjang dan mulai pasrah.

"Entahlah. Mungkin mendandani mereka sebagai badut dan menyuruh mereka keliling sekolah ini?" usul Risu.

"Apa? Hukuman macam apa itu? Iru, kau juga harus mengatakan sesuatu untuk menghentikan mereka!" Aku menatap Iru yang hanya diam sambil tersenyum.

"Hm? Apa yang harus ku katakan, Rene? Kita memang bermesraan di tempat umum. Kau yang memulainya. Mengenai hukuman.. aku tidak terlalu keberatan. Sepertinya akan menyenangkan. Kecuali hukuman yang diberikan oleh manusia itu." Mata Iru melirik ke arah Risu, senyuman di bibirnya tidak menghilang sama sekali. Tapi entah mengapa aku merasakan ada petir yang saling menyambar dari tatapan mereka.

"Siapa yang bermesraan di tempat umum? Aku hanya ingin melihat wajah konyolmu itu lebih jelas, Iru!" elakku.

"Biola!" seru Nessa membuat kami terdiam.

"Sudah lama aku tidak mendengarkan permianan biolamu, Rene. Aku ingin mendengarnya sekali lagi! Kau tahu aku sangat suka mendengarkan alunan melodi dari gesekan biolamu!" Nessa tersenyum.

"Biola? Hukuman yang aneh. Tunggu, kau hanya menghukumku, Nessa. Hukumlah Iru juga. Ia juga bersalah!" Telunjukku mengarah ke wajah Iru. Namun saat mataku menatapnya aku merasakan sesuatu yang aneh. Ia hanya tertunduk dan auranya sedikit berubah.

"Iru?" panggilku.

"Ah, maaf. Aku akan pergi ke toilet sebentar." Ia terlihat sedikit terkejut. Dahiku berkerut. Iru berjalan meninggalkan kami sambil melepas bando maid itu. Oh, aku baru sadar kalau bando itu masih berada di kepalanya sedari tadi.

"Mmm. Mari kita cari tempat untukmu menjalankan hukuman. Ah! Lihatlah, Rene! Mereka mengadakan pertunjukan kolaborasi piano dan biola!" Nessa menarik tanganku menuju gadis yang berdiri di pintu masuk sebuah gedung. Risu mengikuti kami sambil melepas bando telinga kucing yang juga masih bertengger di kepalanya.

"Hai, apa kalian mengadakan pertunjukan kolaborasi piano dan biola?" tanya Nessa ramah pada gadis berambut coklat itu.

"Ah, iya. Kami mengadakan pertunjukan kolaborasi piano dan biola. Kalian bisa melihatnya secara gratis. Silahkan masuk, pertunjukan akan dimulai sebentar lagi," jawab gadis itu sambil tersenyum manis tak kalah ramah dari Nessa.

"Ah, aku dan kekasihku memang akan datang melihat pertunjukan. Tapi temanku datang untuk bermain biola. Apa boleh?"

"Ap—? Apa yang kau katakan Nessa?" bisikku pada Nessa.

"Boleh saja. Tapi kami tidak akan menyediakan seorang pianis untuk kalian. Kami hanya akan menyediakan alat musik. Kami akan menyediakan waktu khusus untuk kalian setelah pertunjukan setelah ini." Gadis itu tetap tersenyum. Tapi senyumnya terlihat berbeda.

"Wah?! Benarkah?! Kalian sungguh baik! Tapi bukankah kalian sudah memiliki seorang pianis? Lalu mengapa kami juga harus menyiapkan seorang pianis sendiri?" Nessa bertanya dengan ekspresi kebingungan yang mendukung.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang