Putri Dongeng

3.8K 308 8
                                    

"Rene, aku harus segera pulang. Ayah membutuhkanku. Sampai bertemu besok!" teriak Nessa sambil melambaikan tangannya dan berlari ke luar kelas. Aku membalasnya dengan senyuman.

Cih! Dimana Iru? Seharian ini ia tidak kembali ke kelas. Ini semua gara-gara Kaneshima Hansei!

Aku membereskan barangku dengan kesal. Mataku tak sengaja melihat ke jendela yang menuju ke koridor di depan kelas. Ada seorang laki-laki berlari mengikuti Nessa dari belakang. Laki-laki itu... Ah! Dia laki-laki yang tadi pagi! Ia akan berbuat jahat kepada Nessa. Dengan segera kakiku menyusul mereka berlari.

            "Rene!!" aku mendengar sebuah teriakan memanggil namaku. Suara itu milik Iru. Aku tidak mempedulikannya dan terus berlari mengejar lelaki itu. Sial! Larinya begitu kencang. Aku bahkan kehilangan jejaknya. Tidak putus asa, aku terus berlari hingga akhirnya kakiku sampai di halaman sekolah. Aku melihatnya! Dan  Nessa yang akan pulang dengan bodyguardnya. Mulutku ingin segera berteriak mencegahnya. Namun lelaki itu berhenti tepat di depan Nessa. ia membungkukkan badannya dan meletakkan kedua tangannya di lututnya. Sepertinya ia berusaha menstabilkan nafasnya. Aku tertarik untuk melihat apa yang selanjutnya terjadi. Aku menyembunyikan diriku di balik semak-semak.

            "Nessa Clarievy" lelaki itu berkata dengan nafasnya yang masih belum benar.

            "Siapa kau?" Nessa bertanya dengan heran. Bodyguardnya bergerak semakin waspada untuk melindunginya.

            "Buku catatanmu tertinggal di laboratorium biologi" ia menyerahkan sebuah buku—yang aku tahu itu memang milik Nessa.

            "Rene! Mengapa kau tetap lari begitu saja saat aku memanggilmu. Seharusnya—" Iru tiba-tiba berada di sebelahku. Dengan cepat tanganku menutup mulutnya tanpa mengalihkan pandanganku sedikit pun padanya. Mataku tetap terfokus pada lelaki berkacamata tebal itu.

            "Oh, baiklah. Terima kasih. Emm... siapa namamu?" Nessa menerima bukunya dan terlihat tertarik dengan lelaki itu.

            "Risu. Namaku Risu. Kau sedang tidak ingin pulang ke rumah, bukan?" Lelaki itu—yang mengaku namanya Risu—mengatakan sesuatu yang tidak terduga. Sesuatu yang juga sangat tiba-tiba.

            "Apa...maksudmu?" Nessa memberikan jeda pada jawabannya yang berarti..tebakan Risu benar. Lelaki itu tersenyum.

Dalam sekejap tangan kanan Risu menarik pergelangan tangan Nessa dan membawa tubuh Nessa ke dalam gendongannya—seperti putri di buku sebelum tidur yang diselamatkan pangerannya. Sedangkan tangan kirinya menebar bubuk—yang sepertinya bubuk merica—membuat bodyguard Nessa kelabakan dan bersin-bersin. Salah satu tangan bodyguard Nessa menyenggol tubuh Risu dan membuat kacamata tebalnya terjatuh. Persis seperti di negeri dongeng, pangeran yang sebelumnya buruk rupa kini beerubah menjadi tampan. Semuanya terjadi dengan cepat. Walaupun bodyguard Nessa sangat terlatih, mereka tak berdaya saat bubuk merica masuk melalui saluran pernafasan mereka.

"A-apa yang kau lakukan?!" suara Nessa terdengar melengking karena kaget. Namun tak dapat ku elakkan, bahwa aku merasakan kebahagiaan dari suaranya.

"Aku akan membawamu lari, putri" Risu tersenyum dan segera berlari meninggalkan bodyguard-bodyguard itu.

"Apa kau tidak ingin menyelamatkan Nessa, Rene?" suara berat itu tiba-tiba membuyarkan fokus pada peristiwa yang terjadi di hadapanku.

"Tidak, Iru. Itu tidak perlu. Aku tahu Nessa akan baik-baik saja" aku menjawab dengan enteng dengan masih memandangi bodyguard Nessa yang kebingungan mengejar Risu dan Nessa.

"Bagaimana bisa begitu? Bukankah kau tidak mengenal lelaki itu, Rene? Bagaimana jika Nessa dalam bahaya? Jika kau menyuruhku, aku akan segera membawa Nessa kembali dalam tiga menit"

MineWo Geschichten leben. Entdecke jetzt