Bercanda?

3.3K 249 37
                                    

"Ayo, Rene! Cepatlah sebelum semakin banyak orang yang masuk ke dalam!" Nessa menarik tanganku masuk ke dalam festival budaya di SMA Erikawa. Ya, sekolah tetangga yang memiliki segudang prestasi dan terkenal dengan murid-muridnya yang high class. Tapi jangan salah, tingkatan mereka masih kalah jauh dibanding dengan sekolahku.

Setelah tujuh hari aku mengurung diri di kamar, akhirnya Nessa dan Iru membawaku keluar untuk penyegaran. Dan disini lah sekarang kami berada. Karena ini rencana Nessa dan Iru—tidak, bukan hasil kerjasama mereka, hanya saja mereka kebetulan memiliki tujuan yang sama—tentu aku sudah mengira bahwa kami akan pergi bertiga. Tapi sayangnya kami punya satu personel tambahan, yaitu Pangeran Kutub—bukan, maksudku beruang kutub.

"Jadi mengapa kau membawa beruang kutub ini kemari, Nessa?" ucapku sambil berjalan mengikuti Nessa yang berlari kesana kemari untuk melihat stand-stand makanan.

"Hm? Bukankah itu bagus, Rene? Kau bisa berduaan dengan Iru bukan?" jawabnya masih menggandeng tanganku. Bola mata lebarnya masih sibuk memilah setiap stand makanan manis disana.

"Bilang saja kau yang ingin berduaan dengan beruang kutub ini. Aku—"

"AHHH!! Ada gula kapas!" Lagi-lagi tanganku tertarik mengikuti gadis ini. Akhirnya aku melepaskan tanganku dengan paksa.

"Jika begini terus hanya kau yang bersenang-senang bukan? Kau mengabaikanku, bodoh," ucapku dengan nada sinis.

"Ah, maaf Rene. Aku tidak bermaksud—." Sebelum Nessa menyelesaikan permintaan maafnya, tanganku kembali merasakan genggaman tangan yang lembut dan ukuran tangan yang lebih besar dari Nessa. Mataku dengan cepat menoleh ke arah tanganku dan menemukan tangan Iru sudah terpaut di antara sela jariku. Pandanganku beralih ke arah wajahnya dan menemukan bibirnya yang mengukir senyuman manis.

"Ya, Nessa hanya ingin bersenang-senang sendiri, Rene. Jadi bagaimana jika aku yang mengajakmu bersenang-senang?"

Pandanganku hanya terpaku pada wajahnya. Ah, aku merindukan wajahnya, yang tidak ku lihat selama tujuh hari enam malam. Aku masih terus memandanginya hingga tangannya melambai di depan wajahku dan membuyarkan lamunanku.

"Mengapa kau hanya diam? Kau terpesona lagi olehku? Kau wanita yang mudah ditaklukkan, Rene," ucapnya dengan senyum evil ciri khasnya.

Perasaan berbunga yang baru saja ku rasakan hilang seketika dan berganti menjadi api yang memusat di tanganku. Ingin ku hantamkan kepalan tanganku di wajahnya.

"Percaya diri itu lagi... Aku ingin memukulmu, Iru." Ia hanya tertawa. Mataku mulai mencari keberadaan Nessa yang kali ini sudah menghilang.

"Dimana Nessa?" tanyaku.

Iru tidak menjawabku dan hanya menggerakkan bola matanya ke arah sebuah stand penjual aksesoris. Mataku pun mengikuti ke arah pandangannya. Disana aku menemukan seorang gadis yang memegang kamera dengan tawa liciknya memotret seorang lelaki yang memakai bando telinga kucing. Oh, Nessa. Kau sungguh kejam. Tapi entah mengapa hal itu membuatku tersenyum. Tanpa ku sadari kakiku melangkah ke arah mereka, masih dengan tangan kami yang saling menggenggam.

"Kau sangat kejam, Nessa. Apa yang kau lakukan pada beruang kutub? Ah, tapi tidak terlalu buruk." Aku tertawa.

"Benar bukan? Risu terlihat sangat manis dan lucu saat memakai bando telinga kucing ini. Lihatlah, bahkan ekspresinya tidak berubah!" Nessa masih sibuk memotret wajah Risu yang tidak menunjukkan ekspresi apapun. Kemudian aku memikirkan sebuah ide yang bagus.

Tanganku mengambil sebuah bando maid dan memasangkannya di kepala Iru. Sempurna!

"Hei, lihatlah dirimu, Iru! Kau terlihat sangat manis!" Tanganku memegang kedua pipinya. Senyumku terukir dengan lebar.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang