Aira tersentak dan menoleh.

" Arthur?" Aira pasi.

Arthur tersenyum manis padanya. Dia terlihat berbeda.

Tatapannya, senyumnya, Arthur terlihat sangat berbeda. Dia seolah lebih mempesona. Tapi tak cukup untuk membuat Aira berpaling. Cekalannya di tangan Aira juga terasa sangat kuat.

" Anda mau kemana nona?" Tanya Arthur dingin.

" A.. aku.. aku." Aira ragu. Dia kembali menatap ke arah Raidif yang tampak menyudahi permainannya. Dia tak mungkin jujur dan menyakiti hati Arthur lagi.

" Anda gugup?" Arthur menyindir

Ada apa dengannya?

" Aku.. aku mau .. aku.. aku ingin jalan jalan." Senyum Aira beralasan.

" Apa anda ingin menemui tuan Jack?" Tatapan Arthur meruncing.

" Tidak Arthur, aku hanya ingin jalan jalan."

Kenapa rasanya..
Aku takut? Ada aura aneh di mata Arthur
Sesuatu yang sangat dingin.

" Baguslah! Karna saya tidak suka anda terlalu dekat dengannya." Senyum Arthur manis. Aira mengangguk pelan kemudian menatap jauh ke arah Raidif yang tampak beranjak pergi dengan harmonika di tangannya.

" Mari kita menemui anak anak! Aku sangat merindukan mereka." Arthur memegang tangan Aira lembut lalu membawanya kembali ke kamar. Pemuda itu benar benar terlihat aneh. Dia hanya menatap Aiden setibanya di kamar. Mata ambernya seolah menyiratkan sesuatu pada bayi mungil itu. Perlahan, dia mengulas senyum tipis.

" Arthur semalam kau kemana?" Tanya Aira menyerahkan secangkir teh ke tangan pria berkemeja hitam itu.

" Kesebuah tempat." Senyumnya menjawab.

Aira duduk di sisinya lalu melihat guratan merah di leher Arthur.

" Kau.. kenapa.. bekas apa ini?" Aira memicing curiga menyentuh leher Arthur yang langsung berdiri menepis tangannya.

" Art.. kau tidak bersama wanita lain kan semalam?" Aira menatap Arthur tajam.

" Apa saya harus menjawabnya nona?" Pemuda berambut curly itu menatap Aira tajam. Gadis itu meradang. Dia menatap Arthur marah

" Kau lupa? Kau suamiku Arthur, kau tidak boleh sembarangan. Apa kau mengerti!" Urat leher Aira tercetak jelas. Tangannya mengepal marah.

" Saya ingat nona! Saya suami anda tapi anda belum menjadi istri bagi saya!" Senyum Arthur dingin.

Deg

Aira tercekat.

Arthur melangkah ke hadapan putri cantiknya itu.

" Saya sadar di mana posisi saya nona. Saya akan selalu di sisi anda. Tapi anda? Apa pernah anda sadar posisi anda?" Tanyanya pelan tapi terdengar menekan. Tangannya meraih wajah Aira lembut. Tangan yang hangat namun senyum di wajah pemuda itu sangat dingin.

" Ar.. thur." Aira tertahan saat perlahan Arthur mengecup bibirnya lembut. Diraihnya pinggang Aira mendekat. Pemuda itu menggigit perlahan bibir mungil Aira kemudian tersenyum melepasnya.

" Jangan terlalu berharap pada saya nona. Saya bukanlah Deril Anthonius." Ucapnya setengah berbisik membuat Aira mematung.

Dia..
Senyumnya..
Arthur..
Kenapa rasanya kau berubah?

" Arthur aku mohon maafkan aku."

" Sstt sudahlah." Pemuda berlesung pipit itu kemudian merapikan kemejanya lalu beranjak ke luar dari kamar Aira. Meninggalkan Aira yang terduduk lemah memegang bibirnya sendiri.

THE LORD NOBLASSE 2 ( The Devil Come Back ) - REVISIWhere stories live. Discover now