Part 36

36.9K 2.3K 35
                                    

"Sayang, apa kau tidak mau makan?"

Pertanyaan Briand menyentak perhatian Verynne pada sosok yang tengah berbaring tenang di kasur putih itu. Sosok lelaki yang dia cintai, lelaki kuat dan tangguh yang kini harus berbaring lemah paska operasi darurat yang lelaki itu jalani tujuh jam lalu. Lelaki yang berada di ruang perawatan intensif dalam kondisi koma karena pendarahan hebat dan gangguan fungsi ginjal akibat peluru panas yang bersarang di perut sebelah kiri. Di ruang serba putih itu juga nampak alat bantu pernafasan, selang infus dan elektrokardiogram yang setia mendampinginya setiap waktu.

Verynne menolehkan wajahnya yang memerah, nampak jelas airmata tak pernah habis membasahi pipinya. "Tidak, Ayah."

Briand mendesah sedih lalu beranjak perlahan mendekati Verynne, mengusap bahu putrinya dengan lembut. "Dari kemarin kau tidak makan dan tidak tidur. Ini sudah pagi, sayang. Ayah mohon, pikirkan juga kondisi tubuhmu." seharusnya ruang intensif tidak boleh di masuki lebih dari satu orang secara bersamaan, namun karena desakan Briand dan keluarga Alex, akhirnya pihak rumah sakit memperbolehkan dua orang memasuki ruangan itu termasuk orang yang akan menemani pasien.

Verynne menggeleng. "Aku tidak lapar." sahutnya cepat.

"Kau tidak boleh seperti ini, sayang. Makanlah sesuatu. Jika kau mengabaikan kondisi tubuhmu sendiri, kau juga akan sakit nanti." desak Briand. Dia merasa cemas dengan kondisi Verynne yang tidak mau makan. Putrinya itu bahkan terlihat lelah karena tidak mau tidur. Kantung matanya menghitam dan penampilannya yang biasanya selalu rapi, kini terlihat sangat kacau. Terdapat banyak bekas airmata di pipinya yang memerah. Sebagian rambutnya pun terlepas dari sanggul dan nampak berantakan. Jika Briand tidak memaksa, mungkin saat ini Verynne masih mengenakan dress merah yang basah seperti kemarin malam.

"Aku tidak bisa makan apa pun sementara kondisi Alex masih seperti ini." sahut Verynne seraya terisak lagi. Entah kenapa benaknya memutar kembali waktu di mana dia menemani Ibunya di rumah sakit dulu. "Cukup sekali aku di tinggal pergi oleh Ibu. Aku tidak mau di tinggal pergi oleh orang yang aku sayangi lagi, Ayah." bisiknya pedih.

Briand duduk di kursi sebelah Verynne lalu mendekap putrinya itu, mencoba menenangkan hati Verynne yang kini di penuhi kesedihan. Dia tahu dan bisa mengerti apa yang kini di rasakan oleh Verynne.

Awalnya dia sempat menyesal dan marah pada diri sendiri karena membiarkan Verynne pergi ke Inggris tanpa pengawalan sedikit pun. Tapi ketika mendengar penjelasan dari Raphael mengenai kasus penculikan dan datang langsung ke tempat pimpinan the black syndicate itu, seketika hatinya berteriak tak percaya. Tak mengira kalau Alex, lelaki yang di tolak cintanya oleh Verynne ketika lelaki itu datang ke kediamannya di Prancis, menyelamatkan Verynne dan sepuluh anak laki-laki yang entah kenapa bisa berada di sana bersama Louisa dan Rebecca. Hal itu tentu saja membuatnya sadar bahwa Alex benar-benar mencintai putrinya. Lelaki itu menunjukkan cintanya yang begitu besar tanpa memperdulikan nyawanya sendiri. Sebuah tindakan bodoh dan juga ... Mulia. Tidak semua lelaki mau berkorban seperti apa yang Alex lakukan. "Tenanglah, sayang. Tidak ada yang akan meninggalkanmu lagi. Kau punya Ayah, Mr. Tremayne, Louisa, Rebecca dan tentu saja Alex. Dia pasti sembuh dan sehat kembali seperti dulu." hiburnya seraya mengusap punggung putrinya dengan gerakan halus.

"Ini gara-gara aku... Ini karena aku tidak mau mendengarkan kata-kata Ayah sebelum aku pergi ke Inggris. Seharusnya aku mengikuti perintah Ayah. Seharusnya aku tidak bersikeras pergi ke sini jika akhirnya akan seperti ini." isak Verynne semakin kacau. Dia mengubur wajahnya di lekukan leher Briand hingga airmatanya turut membasahi kemeja putih dan jas yang Briand kenakan.

"Kau tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri, ma felle. Ini sudah di luar kehendak kita. Ini sudah takdir Tuhan. Kita tak bisa mengubah apa pun yang sudah Tuhan gariskan pada kita. Yang harus kau lakukan sekarang adalah berdoa. Jangan pernah berhenti berharap untuk kesembuhan lelaki yang kau cintai. Dia membutuhkan wanita yang kuat untuk menemaninya. Wanita yang bisa mencintai dan merawatnya dengan tulus." Briand mendongakkan wajah Verynne dan mengusap airmata itu dengan lembut. "Kau mencintainya kan?"

Eternal Sunshine Where stories live. Discover now