Part 23

36.1K 2.3K 33
                                    

At Briand's Mansion, Marseille, Prancis

Alex menghentikan mobil Chevroulet berwarna silver-nya di seberang jalan menuju mansion mewah bergaya eropa. Tangannya lalu bergerak mematikan mesin mobil sembari mengalihkan pandangan buram mata hazelnya ke arah mansion yang terletak di sebelah barat daya kota Marseille tersebut. Dengan perlahan, Alex pun menurunkan kaca mobil dan memperhatikan sekeliling rumah seluas 30 hektar itu dengan seksama. Nampak sekumpulan polisi dan pengawal profesional sedang berpatroli dan menjaga ketat sekeliling mansion tersebut. Terbesit di pikirannya, bagaimana caranya ia bisa masuk ke mansion itu tanpa di curigai?

Awalnya Alex tak pernah mau tahu seperti apa sosok Briand, Ayah kandung Verynne. Tapi demi memuluskan rencananya, ia pun bergerak cepat mencari tahu semua hal tentang pria paruh baya itu termasuk tempat di mana ia bisa bertemu kembali dengan Verynne. Dan ternyata, di sinilah ia sekarang. Di depan mansion yang akan menjadi saksi awal perubahan dalam dirinya dan tempat berlangsungnya konferensi pers yang melibatkan media massa.

Alex menghembuskan napas lelah sembari menyandarkan punggung dan kepalanya di bangku kemudi. Benaknya memutar kembali semua rencana yang sudah tersusun rapi di dalam otaknya.

Aku harus meminta maaf dan menunjukkan perasaanku yang sesungguhnya pada Verynne. Aku juga akan menyatakan cintaku padanya. Tapi, bagaimana caranya aku memulai semua itu? Alex tentu tahu, tak akan mudah bagi Verynne untuk memaafkannya.

Mata Alex pun terpejam erat ketika hatinya tak juga mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu. "Bagaimana caraku untuk memulainya, mon amour?" bisiknya lirih pada diri sendiri. Entah kenapa ia bingung. Ia juga merasa kegelisahan menyelimuti hatinya saat ini. kira-kira apa respon Verynne ketika melihatnya lagi nanti?

Beberapa detik kemudian, pikiran Alex meloncat dari Verynne ke Ayah kandung gadis itu. Briand Adhelard, Sosok pemimpin tegas dan berwibawa. Seorang pria paruh baya yang berhasil melakukan tugasnya sebagai pemimpin National Assembly dengan baik. Briand juga seorang aktivis sosial yang masih mempunyai darah kebangsawanan Prancis. Ia tak kaget jika pria itu mewarisi tanah dan beberapa estat di daerah Marseille. Setahunya, sistem kebangsawanan Inggris dan Prancis tak jauh berbeda.

Tiba-tiba Alex mendengar suara deru halus mesin mobil. Ia pun menoleh dan memandangi sederetan mobil dan van media massa yang mulai berdatangan dan memasuki halaman luas mansion tersebut. Alex terdiam. Benaknya memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Tapi, nampaknya ia memang harus mengambil kesempatan langka ini tanpa memperdulikan masalah yang menunggunya nanti. Aku tidak peduli dengan tanggapanmu, Verynne. Apapun akan ku lakukan agar aku bisa bertemu denganmu lagi.

Dengan gerakan cepat, Alex mengenakan jubah panjang hitam, kacamata, syal dan topi berwarna hitam. Ia lalu memasukkan file dan sebuah benda ke dalam saku jubahnya. Kemudian melesat masuk mengikuti mobil lain ke dalam mansion mewah tersebut.

*****

Wartawan surat kabar L'equipe dan Le Figaro sudah menunggu kedatangan Briand sedari tadi. Mereka juga sudah menyiapkan notes, ballpoint, tape recorder dan segala macam peralatan penunjang pekerjaan mereka. Tak mau kalah, wartawan televisi berita La Chaine Parlementaire, Tv 5 Monde dan Direct 8 juga ikut ambil bagian dalam acara ini. Mereka bersikeras datang untuk mendapatkan beberapa fakta tentang kehidupan pribadi pemimpin parlemen National Assembly, Briand Adhelard, yang selama ini tertutup dari media.

Kehadiran kelima media massa itu sempat membuat polisi Prancis dan pengawal pribadi yang menjaga mansion kewalahan. Mereka tak menyangka kalau pengumuman yang di buat Briand akan menarik minat media massa sehingga mereka mengirim wartawan lebih dari 200 orang. Ruang tamu megah yang memang menjadi tempat ajang konferensi itu pun menjadi ramai dan bising.

Eternal Sunshine Where stories live. Discover now