Part 8

43.2K 2.6K 29
                                    

Part ini sebelum dan sesudah sekomplotan penjahat beraksi yah. Jgn lupa komen and voted ok:-)

Sorry for typo and EYD.

Happy reading...

****

Green Mall and Hypermart at Kensington High Street, London.

Jam telah menunjukkan angka delapan malam waktu inggris. Namun Louisa masih saja sibuk memilih dan memasukkan bahan makanan ke dalam trolley yang di dorong oleh Verynne. Petang itu, mereka berencana menghabiskan waktu dengan berbelanja bulanan karena bahan makanan telah habis. Termasuk bahan-bahan untuk membuat kue dan keperluan harian mereka.

Louisa terus melangkah seraya menelisik barang apa lagi yang akan mereka beli ketika Verynne sudah mulai mati kebosanan.

"Kak, apa belum selesai? Apa lagi yang kau cari? Trolley-nya sudah penuh." ucap Verynne sambil mendorong susah payah trolley berat tersebut.

"Sebentar lagi, Verynne. Aku sedang mencari deodorant dan perfume. Aku tak mau kehabisan stock barang itu lagi."

Verynne nampak kelelahan mendorong trolley itu. "Cepatlah kak, aku lelah sekali dan lapar." ujarnya tak sabar.

"Hhh... Baru ku ajak berbelanja selama 2 jam saja kau sudah protes seperti itu. Bagaimana jika aku mengajakmu berbelanja baju di lantai atas juga?" tukas Louisa seraya meletakkan shampoo dan conditioner ke dalam trolley.

"Kau tahu, aku tak pernah sanggup berbelanja denganmu selama ini. Please, kakiku sudah letih sekali kak." ucap Verynne seraya memohon.

Louisa menoleh ke arah Verynne kemudian mendengus geli. Sejak kapan Verynne bisa memasang wajah memelas seperti itu?

"Kenapa kau malah tertawa?" tanya Verynne nampak kecewa.

"Karena wajahmu itu seperti anak kecil yang sedang merengek minta pulang, Verynne." jawab Louisa sambil tertawa kecil.

Seketika wajah Verynne merengut. Membuat tawa Louisa semakin berderai. Lalu Louisa menghentikan tawanya dan berkata "Kenapa kau ingin cepat pulang? Apa kau ingin bertemu kembali dengan pria tampan bernama Alex yang mengantarmu pulang tadi siang?" goda Louisa.

Wajah Verynne terkejut dan langsung memerah mengingatnya. Tentu saja ia tak melupakan adegan ciumannya dengan Alex di apartemen Alex siang tadi. Ciuman paling indah yang pernah ia rasakan selama ini. Ia akui, ia seperti memiliki ketertarikan khusus pada Alex. Entah itu apa, ia belum berani menamai perasaan itu.

"Kenapa kau jadi malu seperti itu? Atau jangan-jangan kau menyukainya ya?"

Verynne tergagap. "Ap.. Apa? Tidak... "

Louisa terus saja menggoda Verynne. "Benarkah? Sudahlah, jangan berbohong padaku, kelihatan sekali bahwa kau menyukainya. Semua itu terlukis di wajahmu, Verynne."

Verynne tetap berusaha menampik. "Tidak, kak. Aku....."

"Jangan menyangkalnya, Verynne. Omong-omong, di mana kau kenal dengan pria itu?"

"Di gedung kantor Harrison dept. Store. Saat aku pergi mengantar pesanan welsh cake itu, kak."

Louisa mengernyitkan dahinya. "Dia pria yang memesan kue itu?"

"Bukan. Yang memesan kue itu Mr. Raphael Jordan. Pria itu saudara Mr. Raphael." saudara kandung tapi lain Ibu. Tambah Verynne dalam hati. Ia tak akan menceritakan jalinan persaudaraan kedua pria tampan tersebut pada Louisa. Karena ia tak punya hak untuk menceritakan hal yang bersifat pribadi pada orang lain.

Eternal Sunshine Where stories live. Discover now