Part 34

33.4K 2.2K 40
                                    

Masih inget sama plan B pimpinan the black syndicate? Di sini akan ada perpisahan Alex dan Raph. Kira-kira siapa duluan yah yang ngadepin pimpinan itu? Alex atau raph?

For my beloved readers, thanks you so much for your voted and comment.. I luv u.. And for dark readers, please... Be a good readers with your comment and voted.

Ok, langsung aj yah.. Happy reading:-)

***

Waktu terus berlalu saat Alex dan Raphael semakin melajukan mobilnya di tengah suara gemuruh yang mengelilingi pekatnya suasana sunyi di Yorkshire. Ketiga mobil yang mengejar mereka pun tak henti-hentinya menembaki mereka hingga mobil yang mereka kendarai semakin oleng dan hancur karena terjangan timah panas.

Ketika mobil mereka semakin memasuki kawasan hutan lebat, rintik-rintik air mulai berjatuhan. Suara halilintar pun semakin membuat waktu yang masih petang itu menjadi lebih pekat dan gelap seperti malam hari.

"Kenapa mobil kalian semakin menjauh dari tempat yang seharusnya kalian datangi?" tanya Alvaro, agen yang memantau pergerakan mobil Raph dan Alex di markas M15.

"Kau tidak akan bertanya jika tidak mengalami kesusahan seperti kami, Al." gumam Raphael melalui earphone sembari memfokuskan penglihatannya di tengah cuaca buruk yang mulai menghalangi jalanan berbatu di depannya.

"Apa kita tak punya alternatif yang lebih baik selain jadi buronan yang terus menerus di tembaki?" tanya Alex seraya memacu mobilnya tak jauh dari mobil Raphael.

"Sayangnya kita memang buronan saat ini, Lex." ucap Cole menimpali sambil kembali mengisi peluru kemudian mengarahkan pistol SIGP 250 ke arah mobil BMW dan menembaki mobil itu dengan brutal.

Raphael menajamkan matanya saat melihat dua jalur di depannya dan mendadak banting setir ke jalur sebelah kanan ketika muncul tiga mobil Range Rovers bertipe sama dan satu mobil Audy dari jalur kiri yang di kelilingi semak-semak lebat dan pepohonan besar. "Sial. Mereka sudah merencanakan hal ini!" geramnya sambil menggertakkan gigi menahan rasa frustasi. Dia menginjak pedal gas hingga kecepatan mobil menembus angka 150 km per jam.

"Merencanakan apa?" tanya Steve. Lalu steve membuka kaca atas mobil Alex dan menembaki mobil Nissan yang setia membuntutinya. Dengan timing yang tepat dan ketelitian matanya, akhirnya peluru yang dia luncurkan mampu menghancurkan kaca depan mobil itu hingga membuat lelaki yang mengemudikannya tak fokus dan menabrak pepohonan besar di sebelahnya. Lalu Steve kembali duduk dan mengisi ulang pelurunya.

"Mereka menjebak kita." seru Cole yakin.

"Tidak hanya menjebak, mereka juga berniat memisahkan kita." ungkap Raphael yakin saat menyadari laju mobilnya semakin berlari tak tentu arah karena desakan mobil Range rovers di belakangnya. "Al, bisakah kau mengetahui posisi mobil Alex sekarang?"

Alvaro menyahut. "Tentu saja. Memangnya kenapa?"

Raphael memikirkan keputusan di tengah hujan peluru yang terdengar di sekelilingnya. "Pastikan kau juga memantau pergerakan Alex."

"Tentu."

Mobil Range Rovers di belakang Raphael semakin mendesaknya untuk mempercepat laju mobil dan bergerak menaiki bukit serta jalanan becek yang penuh dengan kerikil-kerikil tajam, menghindari pepohonan dan semak-semak belukar. Dengan nafas menderu kesal, Raphael melirik mobil itu dan bergumam "Range Rovers idiot di belakangku sepertinya ingin menyudutkanku sampai di atas bukit paling tinggi. Alex, bisakah kau memutar balik mobilmu dan pergi dari sini?"

Eternal Sunshine Where stories live. Discover now