Kepala Airi mengangguk, kemudian berputar ke belakang. Teman prianya, Ranu, sudah datang dan sedang mengobrol dengan Tama, Alex, dan Riko di sana.
"Nah itu mereka!" Tunjuk Giska ke arah parkiran. Dua teman mereka datang dengan tas ransel di punggung dan sudah memakai batik rapi untuk ke undangan.
"Udah lengkap ya?" Airi mengecek semua anak buahnya dan Ranu. Entah kenapa, hari ini manusia yang diurus jadi semakin banyak.
"Muhun, Mbak. Let's go berangkat. Udah jam segini," ajak Eina sambil mengangkat tangan untuk memanggil semua peserta tamasya.
"Duduknya bebas?" Tanya Airi. Sebenarnya dia agak khawatir ketika melihat tempat duduk untuk 12 orang.
Karena kursi bertiga hanya ada 1 di depan, dan yang lainnya dua kursi berjajar dan dua kursi single.
Ola dan Giska bertukar pandang dulu sebelum menjawab.
"Samping supir kosong ya." Ola makin tegang. "Yang kursi bertiga depan, buat cewek-cewek tim CX."
Airi melipat tangan di depan, berusaha tidak menahan napas. Sekarang semua sedang berkumpul di dekat mereka.
Airi tahu Ranu berdiri tepat di belakangnya. Karena wangi parfum kesukaannya bisa tercium dari tempatnya berdiri.
"Baris paling belakang buat cowok-cowok; Tama, Tesar, sama Alex. Yang kursi satuan Riko sama Findra. Gue sama Eina di kursi berdua baris ke tiga. Terus—" Ola melirik ke Airi yang sudah memasang wajah masam.
"Terus Mbak Airi sama Bang Ranu di baris ke dua..." Ola mundur selangkah. Reflek menjaga jarak agar tidak masuk jangkauan tangan Airi.
"Kenapa kok gue duduk sama dia?" Tanya Airi dengan nada kesal.
"Mbak, ini udah pasnya kayak gitu. Mbak Airi mau duduk sama Findra?"
"OGAH!"
Findra memegang dada dengan wajah dibuat pura-pura kesal. "Tersinggung gue, Mbak. Segitunya nggak mau duduk berdua," sungutnya di belakang dan langsung ditertawakan Ranu.
"Nggak apa ya, Mbak?" Giska menyentuh tangan Project Manager yang sedang memijat kepala. Belum berangkat saja sudah pusing seperti ini.
"Ya udah lah. Ayo masuk, selak macet!" Perintah Airi sambil menggeleng pasrah.
Penumpang barisan belakang masuk dulu. Disusul Eina dan Ola, baru Riko. Ranu menepuk pundak Airi untuk menyuruh naik ke mobil. Terakhir yang masuk adalah Helen, Giska, dan Cila.
"Aman semua?" Giska memutar kepala ke belakang. Dan dibalas seruan kencang dari yang lain. Kemudian pak supir melajukan kendaraan menuju acara pernikahan Nabil.
Suara orang bicara bersahut-sahutan memekakkan telinga. Padahal ini masih pagi. Semua terlihat senang karena liburan bersama, meskipun hanya satu hari.
Airi melihat ke luar jendela dengan tangan di atas rok lilit batiknya. Ranu sendiri bersandar, melipat tangan, dan melihat ke depan.
Belum ada yang mengajak bicara. Anak buahnya pun belum berani mengajak bicara karena semua masih menekan perasaan gemas yang ingin lompat dari dada.
Helen yang duduk paling depan mengangkat ponsel di tangan. Kamera belakang mengarah ke semua peserta liburan.
"Foto dulu! Ayo liat sini!" Seru Helen bersemangat.
Semua segera berpose heboh. Kecuali dua orang di baris ke dua yang duduk berdampingan.
Wajah keduanya masih datar, mencoba tidak mengundang yang lain makin mengangganggu. Apalagi Findra duduk di bangku single samping Ranu.
Helen melihat hasil foto. "Lagi lagi! Mbak Airi sama Bang Ranu nggak senyum, ih!" Katanya dengan ujung bibir turun ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touchpoints
ChickLitEnemy turns into friend? Or maybe a lover? Siapa yang bisa menebak? Hari-hari Airi, F30, sebagai PM (Project Manager) salah satu aplikasi yang sedang dikembangkan oleh perusahaan plat merah sudah cukup meriah. Dengan deadline, source code, bug error...
Part 43 - Nested Point
Mulai dari awal
