Part 41 - Commit Point

4.6K 548 126
                                        

HAI! Sudah lama tidak menyapa.
Apa kabarnya? Semoga sehat-sehat yaa!


-------------------------

"Bang Fauzan, sibuk nggak?"

Airi berdiri di depan ruangan Fauzan yang terbuka. Lead PM nya sedang serius melihat laptop. Tapi ketika mendengar ada suara yang memanggil, kepalanya mendongak.

"Kenapa, Ri?"

"Sibuk nggak? Mau ngobrol sebentar..." Airi mendekat lagi.

Fauzan membiarkan laptopnya tetap terbuka. Tangannya menyuruh Airi duduk di kursi di depan meja.

Tanpa disuruh dua kali, Airi duduk dengan jantung yang sama sekali tidak santai ritmenya.

"Bang, beneran nggak dapet email dari Stld?" Airi langsung bertanya.

"Kenapa sih, Ri?" Fauzan menahan senyum. Mulai sedikit kasihan karena wajah Airi pucat sekali.

"Nggak. Soalnya kok gue udah dapet email buat bahas offering letter. Bukannya itu abis reference check, ya?" jawab Airi pelan.

Seringai lebar dari Lead PM-nya muncul perlahan. "Wih! Keterima nih, Ri!"

"Yang bener, Bang? Berarti lo udah dapet email, kan?"

Fauzan mengangguk puas. "Minggu lalu. Langsung gue reply."

Tiba-tiba Airi berdiri sambil berkacak pinggang. "RESEK BANGET PAKE NGERJAIN DULU!"

"Sabar sabar, Ri!" Fauzan mengangkat tangan sambil mundur ke belakang. Wajahnya masih terhibur. "Surprise kan? Biar ada cerita, pas lo resign dari sini."

"Dih!" Airi duduk lagi. "Satu kampus ini kok pada nyebelin semua. Nggak yang tua—" telunjuknya menunjuk Fauzan. "Nggak yang muda—" lalu telunjuknya ke arah bawa. "Sama aja!"

"Siapa yang tua? Gue cuma beda 4 tahun sama lo!" Fauzan tergelak melihat bawahannya kesal sekali. "Tapi gue bilang Ranu, kok! Dia nggak bilang?"

Airi membuang muka sambil melipat tangan. "Ya menurut lo aja deh, Bang. Kalau ada kesempatan bikin gue ngamuk, pasti diambil sama dia."

"Ya lo marahnya ke dia dong!" Tawa Fauzan makin kencang.

"Udah mau gue hajar tadi. Ketauan anak-anak. Dikira KDRT—"

"EMANG!"

"WOI!" Airi tidak terima. "Sama aja emang ini semua..."

Setelah sama-sama menguasai diri, akhirnya Fauzan dan Airi bisa mengobrol tanpa salah satunya tertawa dan satunya berwajah masam.

"Terus kapan offering?" Tanya Fauzan.

Airi mengangkat bahu. "Belum ada tanggal pastinya. Mungkin antara minggu ini atau minggu depan."

"Coba mana gue mau liat emailnya." Fauzan membuka telapak tangan, meminta ponsel Airi.

"Sek..." Airi mencari dulu email dari HR Stld yang dikirim tadi. "Nih..."

Fauzan yang menerima ponsel Airi, langsung membaca isi pesan. Ekspresinya puas, seolah anak atau adiknya sendiri yang diterima perusahaan bagus yang sudah diimpikan.

"Oke oke. Iya ini fix lo diterima," ujar Fauzan dengan mengembalikan ponsel. "Ya udah. Lo bilang dulu ke HR, biar tetep one month notice. Terus kerjain list yang gue bilang kemarin. Kudu selesai semua, Ri!"

Airi mengangguk. "Oke Bang. Nggak apa-apa, ya—gue resign?"

"Ya nggak apa-apa. Meskipun bukan ini, kan lo juga tetep keluar juga, kan?"

TouchpointsWhere stories live. Discover now