Praditama Adi
Mbak Airi, punten.
Nanti boleh ngobrol sebentar g?
Airi yang sedang berada di MRT, sedang membaca pesan dari anak buahnya, Tama. Ujung bibir Airi turun ke bawah. Dia sudah bisa menebak Tama ingin bicara apa.
Sepertinya offering atau tahap akhir dari lowongan yang dilamar oleh anak buahnya itu sudah ada keputusan. Dan Airi yakin, Tama pasti diterima dan menerima tawaran perusahaan marketplace kenamaan di dalam negeri.
Oke. Nanti diskusi di lantai 5 aja.
Bentar lg gw nyampe.
Lo lsg ke sana ya.
Airi segera mengirim balasan. Karena di lantai 5 memang diperuntukkan sebagai co-working place bagi pegawai yang bosan di meja atau ruangan.
Biasanya acara kantor seperti town hall juga diadakan di sini karena tempatnya terbuka, berundak dan luas.
Praditama Adi
Oke mba. Nuhun.
Setelah membaca balasan dari si bungsu di timnya, Airi memasukkan ponsel ke saku celana. Sekarang Airi tidak memakai TWS karena belajar dari kejadian lalu, yang malah membuatnya harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli yang baru.
Email yang ditunggu oleh Airi juga belum datang. Fauzan sama sekali tidak memberitahu lagi jika sudah dihubungi atau belum oleh tim HR Stld. Airi masih yakin emailnya terselip di kotak spam Lead PM-nya itu.
Sekarang sudah hampir satu bulan sejak interview terakhir. Enam bulan sebelum kontraknya habis. Dan satu setengah bulan sebelum pernikahan Isa.
Semua terjadi bertubi-tubi. Belum lagi persiapan perpisahan Tama yang entah mulai resign kapan. Airi harus mulai mengajari Nabil menjadi seorang PM sepertinya. Lalu berharap jika rangking anak buahnya berada di atas semua.
Fitur terbaru di aplikasi kesehatan juga butuh mulai dicoba ke user langsung. Airi harus mengadakan testing kembali sebelum fitur tersebut diluncurkan bulan depan.
Mungkin timnya bisa meminta bantuan dari tim Ranu. Sebagai orang di luar tim di aplikasi, tim CX bisa memberi penilaian lebih objektif dan tidak bias.
Setelah MRT berhenti di stasiun terdekat dari kantor Airi, dia melangkah keluar bersama orang lainnya. Airi turun dan berjalan ke arah tangga untuk menuju pintu keluar.
Langkah-langkah cepat, bau makanan hangat yang menguar, lalu suara gemerincing dari tas dengan banyak gantungan kunci membuat suasana hingar bingar.
Dengan langkah lebar, Airi sampai di lobi gedung bersamaan dengan pegawai dari lantai lain. Semua berhenti untuk mengantre lift yang sedang mengantar ke ruangan masing-masing.
Airi mengeluarkan ponsel dan memberi tahu Tama agar ke lantai 5 sekarang juga. Lebih baik lebih awal sebelum teman-teman Dev lain datang, atau malah membuat banyak pertanyaan.
Kepala Airi menunduk, ibu jarinya berhenti di atas layar ponsel, matanya terpaku pada aplikasi email yang masih tidak ada pesan baru.
Hembusan napas kecewa keluar dari hidung ketika Airi melangkah masuk ke dalam lift.
Ketika berbalik, dan sebelum pintu lift tertutup. Matanya bertemu dengan milik Ranu yang ternyata ada di luar sana, mengantre seperti dirinya tadi.
Alis ranu di balik kacamata terangkat sekilas untuk menyapa. Airi tidak bisa melihat teman prianya itu sedang tersenyum atau tidak, karena setengah wajah Ranu tertutup masker.
Tapi Airi tahu, Ranu senang melihat dirinya. Karena ujung mata Ranu membuat garis halus khas orang sedang mengangkat bibirnya ke atas.
Lalu pintu lift tertutup, meninggalkan sisa berbunga-bunga di hati Airi yang susah payah ditahan agar tidak berhambur keluar.
ESTÁS LEYENDO
Touchpoints
Chick-LitEnemy turns into friend? Or maybe a lover? Siapa yang bisa menebak? Hari-hari Airi, F30, sebagai PM (Project Manager) salah satu aplikasi yang sedang dikembangkan oleh perusahaan plat merah sudah cukup meriah. Dengan deadline, source code, bug error...
