Part 43 - Nested Point

Start from the beginning
                                        

Tanpa bertanya, Ranu segera meletakkan jaket yang awalnya di bahu, ke kepala Airi dan mengarahkan teman perempuannya ini untuk segera pergi dari sana.

Mau tidak mau, tangan Airi ikut melingkar di pinggang Ranu, dan keduanya berlari menembus gerimis yang makin deras lagi.

Setelah sampai di depan supermarket, jaket di atas kepala Airi segera ditarik ke bawah, dan membuat rambutnya berantakan.

Masih saling melingkarkan tangan, Ranu mengajak Airi masuk ke dalam sambil tangannya membantu merapikan rambut yang setengah basah.

"Ay, makan dulu."

"Oke," Airi berusaha mendahului tapi ditahan tangan Ranu yang masih ada di pundaknya.

Ranu masih ingin berlama-lama merangkul Airi. Karena kapan lagi ada kesempatan seperti ini.

"Aca! Tangannya mesti kok," gerutu Airi dengan menggerakkan bahu agar tangan Ranu terlepas.

"Bentar-bentar..." Ranu ingin merangkul sedikit lebih lama.

Kepala Airi menggeleng pasrah.

Lalu pinggang Ranu ditarik mendekat oleh Airi sampai kepalanya bersandar ke bahu teman prianya. "Wes. Lepas."

Senyum Ranu puas sekali. Dia memegang kepala Airi sekilas lalu benar melepas tangannya dan disimpan di saku celana.

***

Setelah menghabiskan dua porsi ayam hainan, Ranu dan Airi melaksanakan rencana yang diutarakan Airi tadi, membeli snack untuk dibawa besok.

Ranu yang mendorong troli dan Airi yang memasukkan makanan ringan dan minuman untuk 12 orang.

"Ay..." panggil Ranu sambil melihat ke arah bahan segar di samping kiri.

"Hmm..." Airi menoleh ke teman prianya yang rambutnya sedikit basah.

Ranu kembali mendorong troli ke depan. "Beneran nggak usah gue temenin minggu depan?"

Tangan kiri Airi memegang bagian depan troli di belakangnya. Kepalanya menggeleng. "Nggak usah. Udah sama Irsa," katanya sambil menoleh lagi.

Minggu depan, Airi akan pergi ke Singapura untuk melihat apartemen yang sudah masuk ke dalam list untuk disewa.

Interview untuk membahas offering sudah dilakukan dua minggu lalu. Dan Airi menyetujui semua gaji, benefit, dan pekerjaan yang akan dilakukan sebagai Solution Architect di sana.

Waktunya sebelum pergi adalah 2 bulan ke depan. Jadi, mau tidak mau, Airi harus segera mencari tempat tinggal. Dan, Irsa menawarkan diri untuk menemani.

Visa kerja sudah dibuat oleh perusahaannya. Sekarang dia hanya menunggu hari demi hari sebelum benar-benar pergi dari Jakarta.

"Irsa sendirian di rumah katanya. Ravan ke luar negeri, ngurus bangunan apa gitu, gue lupa," kata Airi sambil memasukkan beberapa minuman teh kotak kemasan ke dalam troli. "Nggak apa-apa, kita berduaan. Udah lama nggak liburan bareng Irsa."

Kepala Ranu bergerak mengerti. Airi butuh bersama sahabatnya juga. Apalagi setelah ini, Irsa pindah lebih jauh.

"Berapa apartemen yang mau didatengin?"

Airi menghentikan langkah lalu mengambil ponsel di saku. Dia menggulirkan layar untuk memberitahu Ranu list apartemen yang akan dilihat.

"Ini..." Airi mendekat ke samping Ranu dan memberikan ponsel. Lalu menggantikan teman prianya mendorong troli.

Kerut halus muncul di dahi Ranu ketika tangannya menggeser layar ke bawah. "Ada yang paling disuka, nggak?"

Airi mengangguk. "Ada. Deket banget sama kantornya. Tapi harganya ya gitu..." Senyum Airi dipaksakan untuk Ranu.

TouchpointsWhere stories live. Discover now