"Macet Ay..." Ranu menggerutu sambil menjalankan kendaraan keluar gedung.
Airi mengusap lengan teman prianya yang serius menyetir di kemacetan. Wajahnya merah karena lampu dari kendaraan di depannya. "Iya tau. Maaf Aca..."
Jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam, dan ini hari jumat, plus hujan. Jelas saja Jakarta macet parah. Hampir 20 menit, tapi mereka masih di daerah yang sama.
Seharusnya jadwal Ranu hari ini adalah tenis bersama senior leader lainnya. Tapi dia beralasan akan pergi ke Cirebon keesokan paginya, maka dia bilang tidak bisa ikut.
"Mau gue yang nyetir?" Airi merasa bersalah. Karena berbeda 5 menit saja, sudah pasti berbeda tingkat kemacetan.
Tawa pelan terdengar dari mulut teman prianya. "Udah bisa diprediksi Aya. Jumat, macet gara-gara hujan," katanya sambil melirik sekilas. "Emang lo abis ngapain tadi?"
"Bahas buat besok," jawab Airi sambil merapikan rambutnya.
"Emang kurang apa lagi?"
"Enggak ada sih. Pokoknya jam 5 udah di kantor! Ola udah bilang Giska buat reminder," jawab Airi sambil melihat keluar. Wajahnya berubah muram ketika melihat bagaimana keadaan jalanan. "Kayaknya bakal kemaleman deh Ca kalau mau ke Fatmawati."
"Yah Ay..." keluhan terdengar dari pria di belakang kemudi. "Lapar..."
"Nanti gue temenin lagi ke sana." Airi menoleh ke Ranu yang dahinya mengerut. "Makan yang deket dulu aja. Mau? Biar lo nggak kelaperan banget."
"Ya udah, mau di mana?" Tanya Ranu sambil menyandarkan kepala ke belakang karena terkena lampu merah ke tiga kalinya.
Airi menggigit bibir sambil berpikir. "Sebenernya gue pengen sekalian beli snack buat besok. Ola cuma beli air mineral doang soalnya. Grand Lucky mau nggak?"
"Ada makanan nggak?"
"Ada lah! Namanya supermarket."
"Maksud gue restoran!" Ranu semakin tidak sabar karena perutnya keroncongan.
"Ada," jawab Airi geli. "Mau nggak?"
"Yo wes..." Ranu menjalankan mobil sedikit-sedikit karena memang macet sekali di depan.
Setelah 25 menit berkendara, akhirnya mereka sampai di slot parkir terbuka di supermarket yang ternyata juga ramai.
Sekarang tinggal gerimis kecil. Jarak antara tempat parkir dan pintu masuk supermarket sebenarnya tidak terlalu jauh. Jika berjalan cepat, tidak akan membuat basah kepala.
"Lari aja yuk!" Ajak Airi.
Ranu tampak tidak setuju. Tapi dia terlalu lapar untuk berpindah tempat lagi.
"Ya udah lari aja," kata Ranu pasrah sambil membalikkan badan ke belakang untuk mengambil jaket. "Tutupin ke kepala."
"Kepala siapa?"
"Kepala lo, Aya," ujar Ranu dengan ujung bibir melengkung ke atas. Jaket tipisnya diletakkan di atas kepala Airi.
"Ngapain? Gerimis doang," tolak Airi sambil mengembalikan jaket Ranu. Tangannya membuka pintu mobil sebelum Ranu bisa mencegah.
Ranu segera mengikuti dengan jaket yang disampirkan ke bahu. Airi sendiri sedang berdiri sedikit jauh dari mobil, dengan tangan di atas kepala, menunggu Ranu menghampiri.
"Buruan, Ca!" Satu tangannya diulurkan, membuat gestur agar Ranu cepat.
Mungkin karena salah mengerti, atau karena memang ingin. Ranu ikut mengulurkan tangan dan dilingkarkan ke bahu Airi yang mengerjap kaget.
YOU ARE READING
Touchpoints
ChickLitEnemy turns into friend? Or maybe a lover? Siapa yang bisa menebak? Hari-hari Airi, F30, sebagai PM (Project Manager) salah satu aplikasi yang sedang dikembangkan oleh perusahaan plat merah sudah cukup meriah. Dengan deadline, source code, bug error...
Part 43 - Nested Point
Start from the beginning
