Part 40 - Testing Point

Start from the beginning
                                        

***

Ketika lift berhenti di lantai 5, Airi melangkah keluar bersama 2 orang lainnya yang mengantor di ujung ruangan sana.

Kepala Airi menengok ke arah meja dan kursi tinggi yang masih sepi. Tapi di salah satunya ada anak buah yang menunduk, menunggu dirinya untuk mendiskusikan sesuatu.

Airi melangkah mendekat dengan berisik karena gantungan kunci di tas ransel yang sepertinya mulai terlalu banyak. Tama menoleh ke PM nya dan turun dari kursi tinggi.

"Sori ya Mbak, pagi-pagi."

Airi mengibas tangan. "Aman. Gimana gimana?" katanya sambil meletakkan tas ransel di atas meja dan duduk di kursi tinggi, diikuti Tama juga.

"Gini Mbak—-" Tama memasukkan ponsel ke saku. "Aku udah dapet offering-nya."

Senyum Airi merekah, dia benar senang anak buahnya bisa mendapat yang lebih baik. "Lebih gede dari gaji di sini, kan?"

Tama mengangguk pelan, masih sungkan untuk mengakui.

"Sip kalau gitu!" Airi mengangkat dua ibu jari. "Mulai onboarding di sana kapan?"

"Bulan depan, Mbak."

Hidung Airi mengerut. Ternyata cepat juga. "Udah kontak HR?"

"Sudah Mbak. Katanya oke aja kalau one month notice. Aku udah bilangnya lebih dari sebulan malah."

"Good good..." Airi mengangguk-angguk. "Dokumentasi kerjaan? Hand over-nya? Udah mulai dibikin?"

"Dikit lagi selesai, Mbak," jawab Tama sambil menegakkan badan. "Nanti aku kasih ke Mbak Airi kalau udah selesai."

Ujung mulut Airi ditarik ke samping. "Ke Nabil juga ya. Emailnya jangan lupa."

Sepertinya Tama sedikit bingung, tapi kepalanya bergerak menurut saja.

"Dari gue itu aja sih Tam. Kerjaan diberesin dulu. Semua device dari kantor jangan lupa dikembaliin juga. Pokoknya list semua deh." Airi memasukkan tangan ke saku jaket yang belum dilepas.

"Selamat ya!" Tangan Airi menepuk pundak si anak buah yang paling muda. "Lulus duluan!"

"Makasih juga Mbak. Udah banyak ngajarin." Tama tersenyum tulus.

"Nanti pas rapat, gue infoin ke anak-anak, nggak apa?"

"Sok Mbak Airi. Sekalian ngasih tau mau pamit."

Airi mengangkat alisnya ke atas sambil tersenyum di balik masker. "Biar nggak kaget."

"Sip, Mbak."

Tama tiba-tiba menunjuk Airi. "Oh iya! Pepes pesenan Mbak Airi di kulkas bawah."

"YES!" Airi mengepalkan tangannya. "Nanti gue beli nasi doang di kantin!"

Airi ingin segera mencicipi pepes ayam buatan Ibunya Tama. "Bakal kangen ih sama masakan Mama Nora."

Tama turun dari kursi tinggi. "Masih bisa dipesen. Kan, aku di Jakarta-Jakarta aja, Mbak."

"Iya sih..." jawab Airi setengah ragu karena sepertinya Tama benar. Airi pun sepertinya juga akan tetap di Jakarta Jakarta saja.

***

Ca, gw beliin pepes ayam buat lo
tp masih disimpen di kulkas.

Airi mengirim pesan untuk Ranu sebelum memulai diskusi dengan tim Dev di ruang rapat lantai 3.

Ponselnya diletakkan di samping laptop yang terbuka. Anak buahnya sedang mempersiapkan diri untuk dimulainya rapat untuk testing fitur terbaru.

TouchpointsWhere stories live. Discover now