Mengenai Iza, dia adalah sahabatku. Seseorang lainnya yang bisa membuka hatiku (selain Richard) dan percaya bahwa tiap orang, khususnya laki-laki itu tidak semuanya sama. Dia mampu memberikanku rasa nyaman. 

Iza adalah teman satu fakultas sewaktu aku mengenyam pendidikan di kampus biru, yang mana mayoritas mahasiswanya adalah laki-laki. Kami bersama-sama sebagai teman hampir 4 tahun lamanya. Hingga suatu ketika dia menyatakan isi hatinya padaku. Dia sendiri tidak tahu kapan munculnya rasa suka itu. Dia memintaku untuk mencoba menjalin hubungan itu, meski aku sudah mengatakan padanya bahwa rasa sayangku tak lebih dari seorang teman.

Demi menghargainya, akupun memutuskan untuk mencoba menjalin hubungan dengan Iza. Baru sebulan kami menjalin hubungan, Iza mendapatkan tawaran pekerjaan di pulau Kalimantan di sebuah perusahaan pertambangan. Hubungan jarak jauh pun kami jalani. Tak ada yang berubah darinya, perhatiannya, semuanya masih sama.

Hingga akhirnya aku menyadari. Aku merasa tak adil kepadanya. Perasaanku padanya masih tak bisa lebih dari teman. Pada bulan ketiga, ketika dia libur, dia mengunjungiku yang saat itu aku masih berada di Jakarta (perusahaan cabang dari perusahaan yang sekarang), aku memutuskan untuk kembali pada status hubungan kami sebelumnya. Sebagai seorang sahabat. Itu lebih membuatku nyaman. Dan dia menghargai keputusanku.

Sampai saat ini, hubungan kami masih baik-baik saja. Bahkan tahun lalu dia mengambil waktu liburnya untuk berlibur kesini. Dan memintaku untuk menjadi guide-nya. Padahal waktu itu aku sendiri juga masih belum paham seluk beluk kota ini. Masih banyak hal yang belum kutahu. Namun  hal itu tidak menjadi kendala. Karena ada 2 penyelamatku. Haneul dan Richard, hihihi... Jadilah hampir setiap hari, sepulang kerja (pada hari kerja), kami berempat membawa Iza berpetualang.

Sang surya sudah menampakkan sinarnya dengan terangnya. Sepertinya aku harus segera kembali ke kamar Haneul untuk bersiap-siap pergi ke kantor, mengingat hari ini masih terbilang hari kerja. So, hari ini aku berangkat ke kantor bersama Haneul.

---------

Pagi itu, Fara berangkat ke kantor bersama Haneul. Mengingat semalam dia menginap dirumah Haneul. Sesampainya Fara diruangannya, dia tidak menyangka kalau bosnya sudah tiba terlebih dahulu. Andai saja bosnya itu tidak menyapanya ketika dia melewati ruangannya.

“Pagi, baby girl. Tumben yah datangnya pagi. Sepagi bos malah.”, sapa Richard dengan kata sarkasmenya disertai dengan cengiran jahilnya.

“Oh, Poo. Tumben kau udah datang. Ada apa ini?”

“Ngga ada apa-apa sih. Hanya pengen saja berangkat ke kantor pagi tanpa disambut kemacetan.”, ucapnya dengan tersenyum.

Yah memang dikantor masih belum begitu banyak staff yang datang. Dan Richard juga tidak biasanya datang sepagi itu. Biasanya dia tiba diruangannya tepat waktu masuk jam kerja dimulai.

“Gimana tidurmu semalam? Nyenyak?” Tanya Richard pada Fara.

“Sangat nyenyak!”, jawab Fara puas. “Kau?”, tanyanya balik.

“Aku? Tidak. Insomnia.”, ucapnya tampak lelah.

“Oh. Ada apa? Apa ada masalah yang menganggumu hingga membuatmu tidak bisa tidur?”, selidik Fara dengan tatapan cemasnya.

“Tidak, sayang. Tidak ada. Oh ya, nanti makan siang denganku ya? Aku traktir dech”, ucapnya serta merta untuk mengalihkan pembicaraan sebelum Fara bertanya lebih lagi.

“Um.. Boleh ajak Haneul ngga?”

“Tentu saja boleh. Ajak saja dia.”, ucapnya Richard sambil tersenyum. “Sekarang….. Waktunya bekerja!! Buruan balik ke mejamu sana! Hush… Hush..”, jawab Richard dengan kedua tangannya yang menyiratkan Fara untuk segera pergi dari ruangannya dengan cara seperti menghalau anak ayam.

Fara yang diperlakukan seperti itu hanya bisa mendengus kesal.

---------

Fara, Haneul dan Richard makan siang di salah satu kedai ramen langganan mereka. Suasana tampak ramai karena memang saat ini waktunya makan siang. Walaupun demikian, mereka masih mendapatkan tempat duduk tak jauh dari pintu masuk. Dimana memang hanya itu tempat yang tersisa.

Suasana di dalam kedai sungguh riuh oleh suara-suara pengunjung yang mengobrol asik selagi mereka makan ramen. Tak terkecuali mereka bertiga tentunya. Seperti mereka membicarakan banyak hal dan tak lupa diselingi dengan ejekan, gurauan dan godaan. Dan tak jarang pula mereka melakukan kontak fisik. Terutama Fara dan Richard. Entah itu Fara yang memukul lengan Richard hingga membuatnya tertawa pada mulanya menjadi mengaduh pada akhirnya. Richard yang membelai lembut rambut panjang Fara, memegang puncak kepala Fara dan mengacaknya sedikit hingga membuat Fara bersungut-sungut karena otomatis dia harus merapikan rambutnya karena ulah Richard padanya. Kegiatan itupun berlangsung hingga mereka pergi meninggalkan kedai menuju ke mobil Richard yang terparkir di depan kedai. Mereka tampak gembira tertawa bersama.

Dan dari semua aktivitas itu, tanpa mereka sadari ada seseorang yang telah memperhatikan mereka dengan seksama. Mulai dari mereka memasuki kedai hingga mereka pergi meninggalkan kedai.

---------

True LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora