Sho nampak mencoba melempar jauh jauh pikiran itu dari kepalanya, ia terlihat tak mau mengakui hal itu. Ia hanya menanggapi Aynur dengan angukkan seakan ia mengiyakan perkataan Aynur padahal tidak.

  Aynur yang lagi ceramah no jutsu untuk menyadarkan Sho eh malah tiba-tiba Viera datang. Yaa mereka akan segera kembali melanjutkan perjalanan untuk mendaki keatas.

  Aynur maupun Shottofle memikirkan perkataan satu sama lain yang membuat keduanya menjadi gak fokus. Singkatnya mereka berhenti lagj untuk istirahat dan makan beberapa camilan untuk mengisi daya tubuh mereka. Aynur makan dengan tenang sebelum Viera memulai pembicaraan,

"Weeh, menurut klean kalau udah sampai puncak pemandangannya bakal gimana ya?"- Viera
 
  "Yang pasti bakal indah"-Laira

"Tapi kalau pagi atau malam bakalan dingin banget, setau gw suhunya bisa sampai 10° s/d 5° celcius"-Aynur

  "By the way, kebetulan aja kita suka gunung. Memang alasan kalian bisa suka gunung apa? Kalau gw karna pemandangannya indah"-Viera

  "Gw karna cukup tertarik dengan hal mistis yang sering di kaitkan ke gunung, apalagi gunung Herz ini.  Kalau lu Aymur? "-Laira

"Gw... gw gatau... Gw punya cukup banyak  kenangan bareng Serena di gunung... "-Aynur

  Aynur hanya menjawab ala kadarnya saja, tak ada alasan spesial seperti Laira maupun Viera. Rasanya kayak gamon dari mantan tapi Aynur vers gamon ama sahabat. Laira dan Viera kadang kerap kali heran dengan pola pikir Serena kayak, "Lu punya masalah kasih tau Aynur, lu punya problem kasih tau Aynur, eh tapi pas ada Zidyen lu malah berpaling kan Asang, Asu Bangsat" .

Setelah beberapa saat makan, barulah mereka  kembali mendaki. Beberapa saat berjalan, mereka akhirnya sampai di puncak dan melakukan ritual mengabadikan momentum itu, ya benar. Mereka berfoto-foto. Aynur dapat merasakan sedikit ke-nostalgiaan saat mereka sampai puncak, mengingat kembali kenangannya bersama Serena serta Kelly. Ah, ingatan itu datang lagi...

Sedangkan Sho yang tepat berada di sebelah Abiguel terlihat seperti memikirkan sesuatu yang berat, Abiguel yang menyadari hal itu menepuk pundak Sho.

"R u ok bro?"

"Gwencahana, gwenchana yoo teng neng neng neng neeng... Gw cuma lagi ada masalah ama bokap"

   "Masalah 9 tahun lalu?"

"Nah tuh tau"

    "Gak baik loh Shot kalau lu nyimpen dendam apalagi ama bokap lu, inget lu tuh lahir karna ada dia bukan cuma nyokap lu doang. Sesalah apapun bokap lu, nyatanya dia lah orang yang paling berduka "

"Yaa gimana ya...Gw rasanya masih belum bisa maafin bokap gw aja gitu"

   "Bokap lu adalah orang yang paling bersedih Sho, gw inget banget. Walau di pemakaman dia gak nangis kayak lu atau Aynur tapi dia cuma megang setangkai bunga, gw lupa itu bunga apa tapi itu adalah bunga kesukaan nyokap lu. Kalau misalnya bokap lu  gak bersedih atau gak peduli dengan kematian nyokap lu, harusnya dia nikah lagi, emang dia nikah lagi gitu? Kan enggak"

"Bacot lu, mirip si martabak manis..."

["Ayah... Apa gw udah keterlaluan?":batin Sho]

Mungkin iya..


'''

Sisi lain...

??? Terlihat sedang mengatur sebuah dokumen dan ia juga dibantu oleh ajudan setianya yaitu Alford. Pria itu memandang sebuah foto keluarga kecil yang berisikan 3 orang, dirinya, istrinya, dan seorang bayi perempuan berumur 4-5 bulan. Rasa rindu mulai menyelimutinya sebelum ia memberikan perintah yang mungkin sudah ke 12.813 yang sama ke ajudannya--Alford-- utnuk mencari istri serta anaknya yang telah ia tinggalkan belasan tahun lamanya.

"Alford, cepat carikan aku Althea dan... putri tunggal Mitternacht-ku. Ugh sialan, aku bahkan melupakan nama putriku sendiri"

"Ayolah kepala  Mitternacht, kau sudah meminta hal itu sebanyak 12.813 kali, sejak Althea berhenti mengabarimu. Perlu lu tahu bahwa nyari istri dan anakmu itu tak semudah kau mendapatkan uang apalagi mereka dijaga oleh iparmu yang bahkan kita sendiri tak tahu siapa. Semenjak 'perang' kau kehilangan 64% ingatanmu dan hal yang kau ingat hanyalah istri-mu serta pekerjaanmu, bahkan anakmu saja kau lupa namanya. Gw jadi kasihan ama anak lu, percuma lu buat dia trus lu tinggal" celoteh Alford, ia sudah berteman baik dengan kepala keluarga Mitternacht itu jadi ia juga tak takut padanya.

"Heh Alford, mendingan lu kunci mulut lu rapet rapet sebelum gw potong lidah lu trus gw jadiin makanan anjing liar"

"Iihh atutt, hahahaha... Lu ini memang gak berubah ya. Sejak sebelum dan setelah 'perang' serta kehilangan ingatan, lu masih saja memikirkan Althea dan putri-mu atau harus ku panggil putri tunggal Mitternacht? Atau sang putri agung Mitternacht? Hahahaha, kurasa semua bagus.. hahha".

  Sesaat setelah Alford tertawa, tepat 0,5 milidetik setelahnya terdapat pisau yang tertancap di dinding sebelahnya sedangkan Alford hanya bergidik ngeri saat menoleh ke arah pisau yang tertancap dengan sempurma tepat 0,7 inci dari pipinya itu.

"Lebih baik kau turuti perintahku, Alford Kievandra... sebelum gw bener bener potong lidah lu"

Alford hanya menelan ludah sebelum kembali bicara dengan nada santai-nya.  "Ayolah, lu ini sensi banget sih. Malahan kek nya lu lebih sensi daripada adik perempuan gw pas mens... Tapi soal anak lu itu, gw bakal berusaha sebisa gw. Bukan hanya kita gatau nama nya dan dia juga tinggal bareng adek ipar lu atau singkatnya paman anak lu yang lu bilang kalau dia adalah petinggi mafia terkuat ke2 dan  juga ketua serta pemimpin dari sebuah organisasi Bratva yang bahkan gak kita ketahui  namanya, huh... Percaya lah, ini bakal 7 kali lipat lebih sulit dibandingkan kita nyoba ngalahin GWD (GrayWolf Dominion) atau si Staria itu"

"Ya... Gw tau, tapi entah kenapa gw punya firasat kalau putri gw bakal jadi seorang anggota mafia atau pembunuh bayaran yang hebat di bawah pengajaran pamannya" .


_________________________________________

Sierra note's

Gimana nih ceritanya, dari setelah cerita Sho kita bisa bikin kesimpulan kalau bapaknya Aynur itu adalah boss Alford tapi... Kalian sadar gak?  Di chap ke 01- Awal mula nama bunda Aynur itu Lyra bukan? Lalu siapa yang dimaksud oleh ayahnya Aynur? Baca terus ya biar tau kelanjutannya
_________________________________________

2018- kata

"Sierra Agatha Forestry"

~MoonShiny~◇Donde viven las historias. Descúbrelo ahora