035

1.2K 139 11
                                    

Pasha keluar dari Ballroom hotel untuk mencari keberadaan toilet. Panggilan alam sudah tidak tertahankan sedari tadi, ia sampai tidak izin pada Guntur ketika pria itu sedang berbincang dengan orang yang tak Pasha kenal. Memangnya siapa orang disana yang Pasha tau disana? Tidak ada.

Kenapa ya Pasha baru merasa jika ia tak pantas untuk Guntur.

Kamu mau kan nikah sama saya?

Pria itu terlalu sempurna, hidupnya begitu tertata. Keduanya teramat jauh, tidak setara, tidak sebanding. Jauh sekali.

Pasha menatap dirinya di pantulan cermin, meraba pipinya.

”Hai, kamu yang dateng sama pak Guntur, ya?”

Pasha menoleh pada seseorang yang baru saja masuk, ia pikir, gadis yang memakai lipstik merah maroon di bibirnya hendak masuk bilik dan menuntaskan urusannya, namun gadis itu justru membuka pouch kecil dan berdandan, menambah make up yang sebenernya masih bagus sekali.

Pasha tersenyum mencoba ramah, ”iya.”

”Kaget lho aku, kirain dia masih single.”

Pasha tidak membalas, ia hanya tersenyum menanggapinya.

”Udah lama pacaran sama pak Guntur? Setau aku, terakhir dia sama Melati. Eh, pas liat snapgramnya si Melati ini nikah sama Alexander, kamu tau 'kan petinju itu? Katanya sih mantannya pas sekolah. Jadi cinta bersemi kembali. Kasian ya pak Guntur, ganteng gitu ditinggal nikah. Ibarat kata nih si Melati ini ninggalin mangkok demi batok. Parah banget emang.”

”Oh, saya gak tau sih, mbak.”

Wanita itu melototkan mata ketika dipanggil mbak oleh Pasha. Sementara Pasha tidak menyadari jika wanita itu menahan kesal dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Pasha mencuci tangannya di wastafel.

”Emangnya pak Guntur gak pernah cerita?”

Pasha menatap wanita itu dari pantulan cermin kemudian menggelengkan kepalanya sebagai tanggapan.

”Cantik lho mantan tunangannya itu, the best Melati.”

”Tapi masih cantikan aku sih,” wanita itu terkekeh-kekeh.

Pasha tidak menanggapi lagi dan mengeringkan tangannya membuat mesin pengering itu bersuara meredam ucapan wanita yang tak ia ketahui namanya itu.

”Kamu tau, hotel ini juga tempat pak Guntur sama Melati tunangan lho. Mau liat gak fotonya? Aku kan sempet dateng.”

Pasha terdiam sebelum kemudian ia mengangguk. Ia sedikit penasaran dengan masa lalu Guntur yang tak pernah pria itu bicarakan, wanita itu mengeluarkan ponsel dan membiarkan Pasha melihat-lihat dimana Guntur berdiri dengan pasangannya di atas podium yang di sulap sedemikian rupa. Ada Arianna, juga Guruh. Orang-orang disana tampak bahagia. Melati dengan balutan kebaya modern juga nampak cantik dan anggun. ”Boleh kirim ke hape saya gak?”

Wanita yang memakai dress hitam tanpa lengan itu mengangguk, ”boleh. Coba sebutin nomor hape kamu.”

Akhirnya, keduanya saling bertukar nomor ponsel. Wanita itu tersenyum sebelum melambaikan tangan untuk keluar lebih dulu dari toilet. Pasha membuka kiriman foto dari wanita yang baru ia ketahui namanya, Agiesta Miranda Tampubolon.

Pasha melangkah keluar dari toilet, ia mencebikkan bibir menatap sekitar. Rasanya malas sekali masuk kembali ke Ballroom. Tapi perutnya lapar sekali, padahal hidangan makan malam baru ia telan. Mengetik pesan pada Guntur, Pasha melangkah keluar setelah dapat ia lihat jika tak jauh dari hotel ada banyak sekali gerobakan yang memenuhi bahu jalan.

Aku nyari makan keluar

Untung saja ia membawa dompetnya, ”bang, nasgor satu.”

[#2] GUNTUR ASKA BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang