031

1.4K 157 19
                                    

Luka goresan aspal di tulang pipi turut melebar akibat cakaran dari Cleo. Ditambah robek di satu sudut bibir hingga mengeluarkan darah yang membuatnya perih. Mahira dengan senantiasa membantu Pasha, ia mengobati luka di wajah Pasha dan di samping brankar ada Danial dan Rika yang berdiri memperhatikan sesekali meringis ngilu.

”Lo ngapain disini? Gak guna!” Rika bicara pada Danial.

Pemuda itu mengedikan bahu, ”lo juga ngapain? Gak guna.”

”Lah gue temen Ira sama Shasa, kalo lo?”

”Lah gue malah yang temen mereka, gue juga sekelas.”

Mahira berdecak seraya melempar kapas bekas pada dua orang yang ribut di sampingnya. Rika menjauh dari Danial dan duduk di kursi lain seraya bersungut kesal karena pemuda itu, ia di marahi oleh temannya sendiri.

”Lo mending keluar deh, Dan! Ngapain coba, berisik.”

”Temen lo tuh cocor bebek.”

Rika yang mendapat julukan itu berdiri dari kursi dan mendorong tubuh Danial keras, keduanya keluar dari UKS dan meneruskan keributan yang sedari tadi tertunda.

”Sakit gak, Sha?” tanya Mahira.

”Lumayan.”

”Lo mau gue temenin nemuin Bu Henny?”

Pasha menatap Mahira, ”sorry ya, Ra. Gue repotin lo terus.”

”Apa sih, Sha. Jangan gitu deh.”

Demi tuhan Pasha terbiasa hidup sendiri sebelum bertemu dengan Guntur. Terbiasa merasakan sakitnya sendirian. Namun, sekarang Pasha seolah menjadi peran utama dalam kehidupan dan mendapat kebaikan dari orang di sekitarnya.

”Cleo gak di UKS?” tanya Pasha.

Mahira mengedikan bahu, sedikit heran karena Pasha terlihat masih peduli dengan orang yang menyebarkan fitnah.

”Mati kali, Sha. Udahlah! Dia juga pingsan cuma pura-pura.”

”Ha?”

”Iya, njir. Caper sama Danial.”

”Dia emang suka beneran sama Danial, ya?”

Mahira mengibaskan tangan, ”udah jadi rahasia umum.”

Keduanya terinterupsi ketika seseorang datang. Mahira mundur dan berlalu ketika melihat siapa yang masuk. Pasha lemah di depan Guntur, gadis itu menerima pelukan dan dapat merasakan usapan lembut di rambutnya.

”Sakit.”

Guntur menyingkirkan anak rambut Pasha dengan gerakan pelan, ia menatap wajah Pasha dengan luka disana.

Don't cry, you're hurt, I'm hurt too.”

Pasha menarik ingus menatap Guntur. Pria itu terlihat mengeluarkan sekotak tisu dari tas yang ia bawa, pria itu sedang di perjalanan menuju kantor dan mendapat telepon dari Bu Henny, guru kesiswaan yang menyuruhnya untuk ke sekolah hari ini juga. Mendengar Pasha berkelahi dengan Cleo, anak Gunawan jelas membuat Guntur merasa geram.

Pria berumur empat puluh tahun itu rupanya belum membawa si anak keluar dari sekolah setelah ia memberikan cek berisi uang dengan jumlah besar. Dan, sekarang Pasha juga menjadi korban sampai sudut bibirnya robek.

”Ke dokter ya.”

Pasha menggelengkan kepala ketika mendengar kata itu.

”Luka goresnya basah lagi ini.”

”Iya, sakit tau.”

Guntur mengusap rambut Pasha lagi, ”makanya kita ke rumah sakit ya, darahnya masih rembes ini, di obatin siapa?”

[#2] GUNTUR ASKA BUMI Where stories live. Discover now