034

1.3K 137 14
                                    

Kalian tau CT Arsa 'kan?

Itu lho, perusahaan pak Chairil Tanjung si anak singkong.

Nah, Guntur mendapat undangan makan malam olehnya. Hotel Kempinski menjadi tempat syukuran disana dan bersama Pasha, Guntur akan pergi kesana dengan setelan serasi meski ia hanya kemeja batik corak mega mendung.

Sementara Pasha memakai dress batik dengan corak yang sama, dress sepanjang selutut itu nampak lucu dipakainya dengan tali pinggang yang terlihat manis.

"Motor aku nginep deh di sekolah, kata Ira mau di anter ke rumah tapi dia bawa motor, Farhan juga. Mau di anter Rika tadinya, eh Rika lupa kalo dia gak bisa bawa trail. Gapapa?"

"Gapapa, sayang."

Guntur mencolek Pomade dan meratakannya di telapak tangan sebelum mengusapkannya ke rambut, menyisir dengan jemari sebelum mengambil sisir kecil di meja rias.

Pasha duduk di ranjang dengan iPad pria itu, memainkan game masak baby bus. Gadis itu juga sudah siap, bahkan sepuluh menit lebih awal karena ditangani dengan baik oleh Suster Rina. Masih ingat tidak, rupanya suster yang merawat Pasha kala itu mempunyai usaha sampingan berupa make up artist yang bisa di panggil jika libur.

"Terus tas aku juga di simpenin ke loker sama Ira."

"Baik ya temen kamu itu," ujar Guntur kecil.

"Baik, pacarnya juga ketua OSIS lho."

Ketika sampai kantor tadi siang, Pasha meminta maaf kembali pada Mahira dan Rika karena jadwal mereka yang seharunya ke pasar Senen gagal lagi. Ia juga mengatakan jika Guntur berbaik hati akan mentraktir mereka termasuk Danial nanti, pria itu juga sudah menambahkan saldo uang di kartu debit yang ia pegang.

Guntur bergumam waw membuat Pasha terkekeh kecil.

Sore tadi, Guruh Kala datang menggemparkan seluruh kantor, bersikap layaknya manusia paling berkuasa dan menggoda resepsionis dengan kedipan mautnya. Satpam bahkan sempat mengusir Guruh jika saja Guntur tidak menyusul ke bawah. Jarangnya ke Indonesia membuat karyawan asing melihat Guruh, katanya pria itu hendak ke Semarang namun mampir lebih ke Jakarta untuk melihat kantor mas-nya yang tinggi menjulang ke langit.

"Mas Kala ikutan, mas?"

Guntur berdeham seolah meminta Pasha mengulang.

"Mas Kala ikut?"

"Enggak, dia langsung terbang ke Semarang."

"Mau ngapain sendirian? Sama Mommy?"

"Sendiri, mau mandi kembang katanya."

Pasha membulatkan bibir meski penasaran untuk apa Guruh mandi kembang tanpa tau jika Guntur sudah lebih dulu.

"Mandi kembang yang kayak di Bali gitu, ya?"

Guntur terkekeh kecil kemudian mengambil sepatunya yang tersimpan rapi di dalam almari, mengambil pentopel tali coklat mengkilap. Sementara Pasha ia bebaskan memakai sepatu dengan hak setinggi tiga centi meter.

"Enggak juga sih, sayang."

Polos banget atau memang tidak tau ya bocah ini.

"Aku cantik?"

Pasha beranjak dari ranjang kamar Guntur dan bercermin kembali. Menatap wajahnya yang terias tipis meski lukanya masih terlihat jelas, dibiarkan terbuka tanpa di tutupi agar cepat kering dan sembuh. Coba saja kalau tidak ada, mungkin Pasha akan lebih percaya diri. "Always beautiful."

"Makasih, mas."

Guntur tersenyum seraya mengusap rambutnya, "yuk!"

Berjalan bersisian setelah keluar dari lift, Pasha mempercepat langkah yang selalu tertinggal ketika berjalan bersama Guntur, ia memberanikan diri untuk menggandeng lengannya. Guntur menghentikan langkah dan menatap Pasha dengan sebelah alis terangkat ke atas.

[#2] GUNTUR ASKA BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang