029

1.3K 142 13
                                    

”Kenapa gak bisa tidur?”

Pertanyaan itu kembali terdengar dan Pasha hanya mampu menggelengkan kepala. Jujur saja, ia juga tidak bisa menjawab. Ia tidak tau mengapa di dalam otaknya terus memikirkan Guntur kala pria itu belum datang juga ke rumah.

”Egg tart-nya enak,” komentar Pasha.

Gadis itu tersenyum kemudian menunduk lagi. Fokus memakan kue yang Guntur bawa, ”saya ke kamar dulu ya.”

”Iya.”

Kemudian pria itu berlalu setelah mengusap rambut gadisnya. Mata gadis itu mengikuti langkah Guntur sampai pria itu masuk ke dalam lift seraya melambaikan tangan singkat. Haruskah ia juga masuk ke kamarnya dan mencoba tidur kembali meski susah? Atau, Guntur akan kembali turun.

”Aduh Bu, saya kaget lho kirain siapa.”

Pasha menoleh ketika ada suara lain, Bi Susi mengusap dada. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam dan gadis itu duduk tegap seraya melamun di atas sofa. Sendirian.

Pasha terkekeh, ”bibi mau?” gadis itu menawari egg tart yang Guntur bawa. Bi Susi mendekat melihat apa yang ada di kotak berwarna coklat tua yang terlihat berkelas dan elegan itu.

”Bibi belom tidur juga?”

Bi Susi tersenyum mengambil dua kue yang Pasha tawarkan.

”Belum, lagi pada nonton.”

”Ha? Nonton apa.”

”Yuk! Mau gabung?”

Pasha melirik ke depan pintu lift, tidak ada tanda-tanda Guntur turun kemudian Pasha mengangguk, membawa serta satu box kue yang baru ia makan satu. Bi Susi tersenyum lantas membuka pintu kamar dengan enam ranjang saling berhadapan itu lebar-lebar. Pasha sempat termangu, kamar ini luas sekali. Lebih nampak seperti asrama dengan masing-masing lemari kayu di setiap samping ranjang.

Di tengah-tengah mereka, ada satu TV yang menyala, sedang iklan. Kelima ART yang ada di dalam sana cukup kaget ketika melihat Bi Susi datang tak sendirian. Pasha melambaikan tangan singkat seraya tersenyum kemudian duduk lesehan di karpet bulu di antara mereka, ”di makan, enak lho.”

Pasha merasa sungkan, ia terlalu takut tidak di terima di sini.

Mereka juga terlihat lebih dewasa darinya, ”wah kue apa ini, bu?” Pasha tersenyum setelah menjawab. Kue itu di makan ramai-ramai membuat Pasha seketika merasa senang.

”Tuh kan, cowoknya pernah foto sama pak Guntur!”

Bi Susi menjelaskan ketika iklan sudah berlalu dan film berlanjut, Pasha memperhatikan aktor utama dari film barat yang tengah menjadi pembicaraan, ”oh pantes kayak gak asing liatnya.” Mina, asisten pengganti Nadine turut berseru ketika Bi Susi memberitahukan perihal pria itu pernah satu frame dengan Guntur, ”dia pernah ketemu mas Guntur?”

”Iya, bu. Kata pak Riki gala premiere film gitu.”

”Oh ya? Kapan bi?”

Bi Susi mengingat-ingat, ”kalo gak salah 2015 deh.”

”Emang dia siapa, Bi?”

”Kalo gak salah namanya Vin Vin gitu, bu. Aktor terkenal.”

Pasha mengangguk meski tak tau, ia turut menonton film di dekat Bi Susi, semula kepalanya ia benamkan di bahu wanita itu hingga kantuk melanda kepala Pasha berpindah di pahanya, Bi Susi tersenyum mengusapi rambut yang merupakan pasangan dari tuannya itu.

Sementara Guntur yang keluar dari lift dengan rambut agak basah, melihat ruang dimana ia sempat meninggalkan Pasha dan tidak menemukan gadis itu disana, Guntur mengernyit lantas mencarinya ke setiap sudut sampai dari kamar belakang ia mendengar suara TV dan tersenyum ketika menemukan Pasha tengah berbaring meringkuk dengan kepala di pangkuan Bi Susi, di elus dengan sayang.

[#2] GUNTUR ASKA BUMI Where stories live. Discover now