Part 48 [After History] : Discomfort

109 24 12
                                    

----- d i s c o m f o r t -----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----- d i s c o m f o r t -----

.

.

Agenda terakhir dari serangkaian seminar dokter itu ditutup dengan tepuk tangan meriah. Satu per satu tamu yang hadir mulai meninggalkan aula, begitu pun dengan Kyuram yang berjalan keluar ruangan bersama beberapa dokter spesialis kenalannya. Di sela obrolan, matanya mencuri lihat ke arah sofa yang ditempati So Eun sebelumnya. Gadis itu tidak di sana. Tempatnya diisi oleh pasangan paruh baya.

"Kudengar kau mendapat tawaran dari rumah sakit di Kanada." Perhatiannya teralihkan. "Bagaimana? Sudah punya keputusan?"

"Sedang kupertimbangkan." Jawabnya tenang diselingi senyum tipis sebagai bentuk keramahan.

"Itu bisa jadi jalan untuk keberlangsungan karirmu di masa depan. Seharusnya kau tidak perlu berpikir terlalu lama."

Kyuram tersenyum kecil. "Kanada sudah punya lebih dari cukup dokter spesialis dan alat-alat canggihnya. Jika memang harus, aku lebih berminat ke wilayah Timur Tengah atau Afrika yang angka tenaga medisnya masih rendah." Niat mulianya tak selalu direspon balik.

Kyuram memaklumi itu. "Kalau begitu aku permisi. Ada pasien yang harus kucari." Ia undur diri menjauhi kerumunan menuju kursi tunggu. Memeriksa dengan lebih teliti untuk memastikan keberadaan So Eun.

Matanya berpendar ke area lebih luas, mencari siluet ramping dengan rambut coklat yang tergerai di antara banyak orang berlalu lalang.

"Apa dia menunggu di kamar?" Skeptis. So Eun bukan tipikal penurut. Gadis itu pasti tak mengindahkan pesannya. Tapi mengingat kondisi terakhirnya yang gamang, kemungkinan kecil bisa saja terjadi.

Kyuram menarik keluar ponsel dari saku celana kemudian. Bermaksud memastikan langsung lewat panggilan saat sentuhan ringan mendarat di pundak, membuatnya urung membuat panggilan.

"Kyuram-ah." Chaeryeon muncul bersama bucket bunga dan senyum manisnya. Lumayan mengejutkan bagi Kyuram.

"O-oh... Aku tidak tahu kau di sini." Spontan mulutnya menanggapi.

"Aku menerima undangan." Chaeryeon mengeluarkan lipatan kertas warna putih berlogo Jaeguk Medical Center dari dalam tas tangan. "Kurasa belum ada yang tahu bahwa pertunangan kita batal." Imbuhnya, mengingat tidak sembarang dokter yang mendapat undangan tersebut. Hanya kalangan dokter spesialis, selebihnya adalah kerabat dekat atau undangan khusus dari penyelenggara acara.

"Maaf... aku memang tidak memberi tahu siapa pun tentang hubungan kita." Ungkapnya, menyesali keadaan yang memaksa wanita itu datang ke Busan.

"Kenapa?" Chaeryeon tergelitik untuk bertanya. Raut wajahnya penuh pengharapan.

"Hanya tidak ingin mengumbar kehidupan pribadi. Itu saja." Kyuram menegaskan batasan yang mengundang raut kecewa di paras lawan. "Selanjutnya, aku akan menjamin masalah seperti ini tidak terulang."

Found You In JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang