Chapter 38

1.1K 148 27
                                    

Suasana ballroom sebuah Hotel mewah tampak cukup ramai dengan perbincangan masing-masing dari mereka. Banyaknya petinggi perusahaan yang saling bersaing dan hadir di sana membuat udara sedikit tegang.

Begitu juga dengan Naret yang tengah memegang ujung jas milik ayahnya karena ia merasa sangat gugup. Padahal mereka sedang berjalan bersamaan tapi entah mengapa Naret tetap merasa tidak nyaman karena banyaknya kamera serta wartawan yang terlalu menyoroti dirinya karena berjalan berdampingan dengan anak tunggal pemilik Hotel ini.

Berbeda dengan Naret, Nevil ayah Naret tampak tenang seolah sudah terbiasa dengan acara seperti ini.

Tin membawa Naret serta ayahnya untuk bertemu pada keluarga nya untuk mengenalkan mereka.

Saat keluarga besar Rathana Group dan Keluarga Naret berhadapan, tampak mereka hanya diam saling memandang. Selanjutnya, hanya ada ketegangan di antara mereka. Tin yang merasa tak enak dengan suasana ini segera mencari cara untuk mencairkannya.

"Oh, ayah... Kenalkan ini ayah Naret. Jika Naret tentu ayah sudah mengenalnya bukan. Kalian pernah bertemu sebelum nya di ruangan ku. " Tin tersenyum , namun ucapannya sepertinya tidak di dengar oleh kedua belah pihak.

Naret tetap berperilaku seperti tamu semestinya. Dia memberi salam 'wai' dan tersenyum sehangat mungkin. Namun, ada yang tetap mengganjal di hati Tin ayahnya dan ayah Naret hanya diam. Tak mau berjabat tangan ataupun tersenyum sedikitpun. Mereka hanya memandang satu sama lain , ekspresi Pravat tampak tegang dan terkejut, berbeda dengan Nevil yang tampak tenang dan tak memiliki emosi sedikitpun.

"Ayah? " Naret memanggil Nevil dengan sedikit menyenggol bahunya untuk membuat ayahnya berhenti melamun.

Saat sadar, Nevil sedikit membungkuk dan memberikan salam 'wai' kepada seluruh keluarga Rathana Group lalu memberikan senyum tipisnya.

"Perkenalkan, saya Nevil ayah dari Naret Ratanaporn. " ucapnya sesopan mungkin.

"Semuanya ... Hari ini Aku ingin memperkenalkan Naret sebagai tender ku malam ini, semoga kerja sama kita dengan tuan Rittirong berjalan dengan lancar." Tin langsung mengatakan hal ini, karena ia tak suka ketegangan ini terlalu berlarut.

Tuan Rittirong tampak terkejut. "Jangan gegabah dengan mengambil Tender sembarangan Tin, kau ingat ini adalah proyek besar, jangan kecewakan ayahmu. " peringatnya.

Tin menggeleng dan masih tetap tersenyum. "Aku yakin Naret bisa, karena selain menjadi Tenderku, malam ini aku akan menjadikannya sebagai pasangan resmi ku. Aku akan melamarnya dalam waktu dekat. "

Duarrrrrr!!! Bagai sebuah petir yang menyambar , Nevil yang tadinya bersikap ramah kini mendadak tegang dan berkeringat dingin. Dia tetap diam karena tak mau memang tak mau mengeluarkan sepatah katapun demi menjaga perasaan dan harga diri putranya di sana.

"TIDAK BISA! " tuan Rittirong menolak tegas.

"Mengapa? " Tin berkata heran.

"Kakak, ayo katakan sesuatu kak! " Rittirong mendesak Pravat untuk berbicara.

Namun, tampaknya entah itu Pravat ataupun Nevil keduanya hanya diam. Kemudian secara bersamaan keduanya pergi dari tempat itu secara berlawanan.

"Ayah.... " panggil Naret bersusah payah mengejar Nevil yang pergi begitu saja dari sana.

Tin di sana tampak bingung dengan apa yang terjadi, ketika dia ingin mengejar Naret, Rit mencegatnya. Namun, Tin memberontak dan sekuat tenaga menghempaskan tangan Rit dari lengannya. Dia segera pergi mengejar Naret  namun sayangnya dia sudah dulu kehilangan jejak mereka.

Tin menjadi frustasi dia benar-benar tak mengerti apa yang sedang terjadi, alpha muda itu tak bisa mengartikan situasi karena memang ayahnya dan ayah Naret hanya diam tanpa ada yang mau berbicara satu sama lain.

TINARET [ PoohPavel ]Where stories live. Discover now