Chapter 24

2K 162 32
                                    

"Seratus meter lagi belok ke kiri. " pinta Naret pada sang Driver.

"Restaurant? "

"Iya, feelingku mengatakan kau menunda makan malam demi membawakan ku americano. Apa mungkin rencana awalmu mengajakku dinner tapi gagal? "

Tin melebarkan senyum sambil menyetir dan menepi karena restauran yang di maksud sudah ada di depan mata.

"Exactly mam, "

Tebakan Naret sangat tepat. Perhatian sungguh... Ahh, Tin tidak bisa berkata-kata lagi. Pikirannya kini kembali di penuhi oleh Naret, Naret, Naret.

Mobil berhenti, Naret membuka seatbelt.

"Ayo turun, makanlah dan aku akan memesan jus buah."

Malam ini begitu cair. Ada banyak hal yang mereka bicarakan dengan santai. Tin menyuap makanan sambil menjawab pertanyaan dari Naret. Jus buah milik Naret pun hampir tandas.

"Lalu minggu depan, apa concern mu? " tanya Tin.

"Mmmm, masalah keuangan hampir selesai, jadi aku akan bergerak ke masalah asuransi dan hukum. Masih ada saja pelanggaran yang di buat oleh penyewa dan aku tidak ingin rugi sebanyak kemarin. Ada kebijakan baru yang kubuat, setelah aku konsultasi pada pengacara tentunya. "

"Apa kau butuh tambahan lawyer? Aku punya beberapa teman yang ahli. " tawar Tin.

Naret menegak tetes terakhir minumannya lalu mengusap mulut dengan tisu.

"No, thanks. Aku bisa atasi hal ini Tin. " jawab Naret.

"Baiklah."

Mereka selesai dan Tin mengantarkan Naret pulang.

Sesampainya, Naret keluar mobil terlebih dahulu lalu di susul oleh Tin. Di depan pagar rumah, mereka berpamitan.

"Rumah mu selalu sepi. " ucap Tin.

Naret mengamati sekitar meskipun dia sudah sangat hafal.

"Iya. Hanya aku yang tinggal di rumah. "

Tin mencoba memahami.

"Ok baiklah. Sebenarnya aku berniat mampir dan memberi salam pada keluarga mu jika mereka ada. "

"Sayangnya kau belum beruntung. "

Tin mengangguk faham.

"Jaga diri baik-baik saat kau sendirian phi,jangan pulang terlalu larut malam, pekerjaan tidak ada habisnya, sisakan untuk hari esok. " Tin mendekat dan dengan berani mengusap pipi alpha yang lebih tua itu.

Naret tersenyum sembari menggenggam jemari Tin yang ada di pipinya.

"Oke. Kau orang kedua yang memperingatkan ku tentang hal ini. " balasnya.

Tin mengernyitkan dahi. "Siapa yang pertama? "

Naret menjawab dengan sigap. "Kekasihku."

Wajah yang tadinya cerah milik Tin seketika menjadi mendung. Hatinya tiba-tiba terasa mengganjal.

Dengan cepat Tin mendekap tubuh Naret lalu mengeratkannya. Kedua tangan Tin menekan pinggang Naret begitu erat sampai kedua tubuh mereka saling menempel tanpa menyisakan jarak sedikitpun.

"Tin.... "

"Phi, please stop menyebut dia ketika sedang bersamaku."

"Tapi..... "

"Mulai sekarang hanya lihat aku, bisa? "

"No, sudah kubil.... "

Ciuman mendadak datang dari Tin , dia membungkam bibir Naret dengan bibirnya dengan lembut. Tidak ada paksaan. Semua di lakukan Tin penuh dengan ketulusan.

TINARET [ PoohPavel ]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें