Chapter 16

1.6K 168 101
                                    

"Daripada mengucapkan kata maaf, aku lebih suka mengucapkan Terima karena kau berada disini. Bibir ini adalah kado terindah di sepanjang ulang tahun ku."

Naret menatap mata Tin, tidak ada kebohongan di sana. Tapi ini terlalu picisan untuk ukuran pria dewasa seperti dirinya, namun Naret sedikit maklum karena Tin adalah pria yang masih muda. Naret memundurkan tubuhnya.

"Kau dan aku bukan lagi anak remaja, dan kau terus meracau tentang ulang tahun? "

Tin ikut menyandarkan tubuh seperti semula.

"Apa phi marah karena aku mencium mu secara tiba-tiba?"

"Tidak." sahut Naret cepat.

"Berarti kau memang marah, " tanggap Tin.

"Aku bahkan tadi berniat membunuhmu tapi aku sadar pada akhirnya aku tetap membalasnya. Ini tidak baik. "

"Aku tidak lagi bisa menahan rasa rinduku padamu phi, " jelas Tin.

Sungguh di luar kendali dari yang tidak mereka duga akan terjadi. Sebuah kerinduan yang memuncak. Tidak ada niat Tin untuk memaksa nya berciuman , namun karena Naret selalu menjawab dengan kalimat penolakan maka Tin perlu memberinya pelajaran. Namun, ternyata kini dia sendirilah yang kalah karena selalu terbayang rasa bibir Naret. Dia yakin bayangan ini tidak akan hilang dalam waktu dekat.

"Kuharap ini yang terakhir. " pinta Naret frustasi, lebih berbicara pada dirinya sendiri.

Sementara itu, Naret merutuki dirinya sendiri karena sempat tergoda. Mengapa dia tadi membalas ciuman itu?Malam ini sangat buruk, Naret merasa dirinya sudah goyah.

Tidak, tidak. Dia tidak boleh lemah hanya karena sebuah ciuman. Tapi entah kenapa hati kecil Naret selalu memberitahu nya bahwa Tin adalah orang yang akan selalu dia butuhkan mulai saat ini. Bocah itu adalah alpha yang manis, jujur dan juga pintar. Naret menyukai perpaduan itu.

•••••

Chen duduk tenang di lobby kantornya sambil sesekali memeriksa ponsel. Hari ini begitu santai karena beberapa pekerjaan sudah selesai lebih awal. Sampai tak lama seseorang datang dan tak ragu ikut duduk di samping Chen.

"Permisi, apa kau bekerja di sini tuan? " tanya nya.

Chen menoleh dan menunjuk wajahnya sendiri.

"Aku? Ya, tentu. Apa kau tidak melihat seragam yang kupakai? Oh, aku adalah pimpinan disini. " jawabnya.

Dengan bangga Chen memperkenalkan diri hingga membuat lawan bicaranya sedikit memunculkan senyum heran yang di tahan.

"Benarkah? Aku dengar pemimpin disini seorang alpha bukan beta. Ternyata aku salah. "

Chen terkejut bahwa pria di depannya ini bisa dengan mudah menebak jenis nya. Chen mengernyit karena penasaran.

"Maaf, anda siapa? Kenapa tiba-tiba berkata seperti itu?"

"Oh, aku lupa memperkenalkan diriku. Kenalkan, aku Tin Rathanakosin. Pewaris T-Group selanjutnya , kau bisa memanggilku Tin. "

Chen melebarkan netranya karena tak percaya dengan siapa kini dia berbicara.

"Wuah, tuan muda. Partnerku yang sekarang. Nama saya Joong Archen, tuan bisa panggil saya Chen saja. Senang sekali mendapat kunjungan dari anda. "

Tin mulai jengah dengan kalimat Chen.

"Jangan panggil aku seperti itu, panggil aku Tin saja. Aku lebih muda darimu. "

Chen mulai berpikir jernih karena dia kini berhadapan dengan orang penting. Tin pasti tahu yang sebenarnya tentang perusahaan.

TINARET [ PoohPavel ]Where stories live. Discover now