Chapter 15

1.4K 148 9
                                    

Naret dan Tin kini duduk saling berhadapan dengan Pete dan Way. Mereka sudah berhasil menyelesaikan kekacauan yang di buat oleh teman-teman Tin di lobby Hotel.

"Apa aku harus mengucapkan itu juga? Tidak bermutu." keluh Pete.

"Aku menyesal punya teman seperti mu. " tambah Way.

"Aku juga sekarang jadi sulit percaya lagi padamu. " protes Naret tak mau kalah.

Mereka bertiga menampakkan wajah kesal sedangkan Tin malah tersenyum bangga.

"Hahaha.... Aku tidak menyangka bahwa teman-teman semasa kuliah ku masih mengingat hari ulang tahunku dengan baik. Sebuh big prank yang menyenangkan bukan?" Tin menanggapi.

"Persetan dengan itu. Yang ku tahu kau begitu bodoh menukar sebuah kue dengan sepuluh voucher menginap gratis di resort mu. " Way menimpali.

"Ayolah. Aku tidak akan bangkrut dengan hanya memberikan mereka sepuluh voucher. Aku bahkan sampai lupa kalau hari ini aku berulang tahun. " di akhir kalimat Tin merasa pilu. Perubahan ekspresi itu di tangkap oleh ketiga orang yang berada di sana.

Way segera memungut potongan kue yang ada di meja lalu memakannya. "Beruntung kue ini terasa mahal. Jadi kerugian mu tidak terlalu besar. " hiburnya.

"Jangan tanggung mengeluarkan uang. Kami juga sahabatmu yang perlu kau bahagiakan. " tambah Pete.

"Happy Birthday. " kalimat terakhir ini datang dari Naret. Meski dia mengucapkan dengan ekspresi dingin, namun hal tersebut mampu membuat senyum Tin kembali muncul.

"Cih." dengus Pete dan Way bersamaan. Mereka tahu jika Naret sedikit banyak mempengaruhi hidup boss mudanya.

Setelah pertikaian yang bermula di lobby Hotel. Kini Tin mengajak Pete, Way dan termasuk Naret untuk makan bersama hitung-hitung mengadakan pesta kecil-kecilan untuk ulang tahun nya.

Di awal tentu saja Naret menolak dengan tegas, namun bujukan Way sahabatnya mampu membuat Naret akhirnya pasrah.

"Ayolah, hitung-hitung ini untuk merayakan reunian kita juga Naret. " bujuk Way.

Tidak di sangka di tengah acara makan malam, Tin menawarkan diri untuk bernyanyi bersama satu grup yang sedang melakukan 'live music' di dalam restoran itu.

Sebuah lagu berjudul 'perfect ' - Ed Sheeran menjadi pilihan Tin. Tak lupa, jari jemari Tin jugalah yang memainkan piano hingga para pengunjung di sana tak mampu berkedip karena pesona alpha muda tersebut.

Tin mulai bernyanyi dengan penuh perasaan.

[ I found a love, for me
Darling, just dive right in and follow my lead
Well, I found a boy, beautiful and sweet
Oh, I never knew you were the someone waiting for me

'Cause we are just kids when we fell in love
Not knowing what it was
I will not give you up this time
But darling, just kiss me slow
Your heart is all I own
And in your eyes, you're holding mine..... ]

Pandangan kagum dan memuja datang dari berbagai arah, namun Tin hanya memandang ke satu arah, yaitu Naret.

Pete berbisik pada Way karena ia ingin ke toilet. Tersisalah Naret dan Way yang masih mendengarkan nyanyian romantis Tin.

"Sudah bertahun-tahun aku tak mendengarnya bernyanyi." ucap Way.

Suara Way menginterupsi Naret, dia sedikit terkejut. Awalnya Naret hanya memandang makanan karena tidak berani menatap Tin yang sudah pasti akan semakin berkharisma . Dia harus bisa mengontrol dirinya untuk tetap dingin. Dia masih harus menghimpun kekuatan dan tidak boleh terlihat lemah. Baginya, terlena dan terpesona adalah sebuah kelemahan. Hal yang kurang baik untuk saat ini.

TINARET [ PoohPavel ]Where stories live. Discover now