slice of past 1

73 10 6
                                    


hai semua, mian author baru muncul.

ke asyikan liburan soalnya. hehehe..

lanjut yuk, tapi follow dulu ya bagi yang belum follow.

jangan lupa votes dan komennya.

***

28 Tahun silam,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

28 Tahun silam,

Duduk berjajar di tepi ranjang tanpa ada yang bicara, dua sejoli yang baru saja menyelesaikan serangkaian acara pernikahan itu tampak tertunduk dengan segala isi di kepala mereka yang riuh.

Mahira melirik sekilas sosok pemuda yang kini telah sah menjadi suaminya, tampak jelas sorot takut dan salah tingkah dari raut wajah Mahira, sementara pemuda itu kini tengah menatapnya sambil tersenyum lembut.

"saya tidak akan memaksa kamu kalau memang kamu belum siap, istirahatlah.

biar saya yang membereskan koper" kata pemuda itu, kemudian berdiri untuk membongkar barang bawaan mereka dan memasukkannya ke dalam lemari.

"maafkan aku pradipta.." lirih Mahira, membuat pemuda itu menghentikan kegiatannya.

"maaf untuk..?"

Sedikit ragu, mahira pun menjawab lirih " maaf karena menjadikan kamu alasan agar aku bisa keluar dari rumah itu. Nggak seharusnya aku menerima perjodohan ini tanpa berfikir panjang dan melibatkan kamu dalam masalah keluargaku"

Pradipta tersenyum lembut lalu berjongkok di hadapan Mahira, tangannya terulur untuk mengusap air mata di pipi Mahira.

"tidak apa, saya sudah memilih menerima perjodohan ini dan kenyataannya sekarang kita sudah berakhir menjadi suami istri.

Sekarang kita adalah keluarga, kedepannya kita harus bisa saling menjaga.

Jika cinta itu belum ada, tidak perlu memaksa atau buru-buru.

atau jika memang perasaan itu tidak pernah ada, saya pun tidak apa-apa.

Saya akan tetap berusaha menjadi suami yang baik untuk kamu, karena kamu adalah tanggung jawab saya mulai sekarang" pungkas pradipta sambil tersenyum lembut.

Hati Mahira seketika terenyuh, tatapan teduh dari mata Pradipta seolah menyiratkan ketulusan dan kejujuran yang perlahan meyakinkan hatinya.

Mahira terlahir dari keluarga ternama yang sangat menjunjung tinggi perkara bibit, bebet, bobot dalam memilih pasangan, selain di tuntut menjadi yang terbaik dalam pendidikan, Mahira juga di tuntut patuh dan taat terhadap peraturan keluarga dan juga perintah kedua orang tuanya yang merupakan tokoh terhormat di masyarakat.

ELUSIFWhere stories live. Discover now