12.

20 0 0
                                    


Malam ini mereka berkumpul di rumah Anugerah dan tentu saja Ayodhya ikut karena sudah menjadi bagian dari mereka untuk mengungkap kasus ini. Hanung yang baru saja datang mendapat umpatan karena membuat mereka harus menunggu sedikit lebih lama dari waktu yang telah ditentukan.

"Lo dari mana aja sih, anjir? Boker lagi ya?" tanya Adit sambil memakan semangka yang disediakan Anugerah.

"Seblak terus perut lo ga karatan tuh?" sindir Hardin yang membuat semuanya tertawa.

"Ya sorry ya, gue ada urusan tadi," jawab Hanung yang kemudian menatap Marsi dengan wajah tidak suka.

"Oke oke, sekarang ayo kita ke sekolah," ucap Reza dan mereka menuruti kecuali Hanung. "Gue ga ikut, gue udah ga bisa ikut lagi," ucap Hanung yang menghentikan mereka semua.

"Maksud lo apa?" tanya Tian mendekati Hanung. "Lo lagi ada masalah apa gimana, Nung?" tanya Hardin sambil menepuk bahu Hanung.

"Gue...gue ga bisa ikut selagi Marsi ga minta maaf ke Juliaa bahkan kita semua." Marsi menatap wajah Hanung dengan serius.

"Dia yang cari perkara, Nung. Kita ga perlu minta maaf, waktu kita ga banyak" ucap Marsi tidak ingin lama-lama di sini.

"Lo jangan egois gini, Van Wredjick. Lo ga kasian sama Jule dia gagal ikut turnamen Inter-High padahal itu mimpi dia buat bisa jadi atlet nasional dan lo ga tahu di rumah dia habis digebukin sama bokapnya. Dia korbanin mimpinya buat kita, sedangkan kita masih ketawa-ketawa dan seakan ga kejadian apapun buat lanjutin misi ini," jelas Hanung yang sudah bersiap untuk memukuli Marsi, tapi ditahan oleh Hardin. Semua orang diam tidak ada yang berani membantah ucapan Hanung.

"Gue ga peduli setan ya sama kejadian 24 ini, kalo sampe ada yang nyakitin Juliaa Aruma habis kalian sama gue. Dan satu hal lagi kalo kalian terutama lo, Wredjick ga ada itikad baik untuk minta maaf gue bakal ngomong ke semua orang kalo Ayodhya yang nyuri id card Dhiki," tambah Hanung dengan mata yang siap untuk menumpahkan emosinya.

"Ya, jangan gini dong, Nung. Ini demi kita semua juga, kan?" tanya Tian yang mencoba mencairkan suasana tegang di antara mereka.

"Iya pikir-pikir lagi, lo lagi emosi sekarang ini," timpal Adit yang mencoba berbicara dengan Hanung.

"Gue ga peduli anjing, temen gue nyampe kehilangan mimpi dia cuma karena ambisi kita buat nemuin jawaban dari semua ini. Kalian emang ga merasa bersalah sama Juliaa dia berbuat sampe sejauh ini karena siapa? Karena egoisnya kita semua. Pokoknya gue ga ikut terserah sekarang mau gimana." Hanung berbalik pergi dari rumah Anugerah dengan emosi yang sebeneranya dia ingin sekali memukuli Marsi.

"Gimana sekarang, kita mau ngapain?" tanya Tian kepada Reza. Reza menatap Marsi yang dari tadi terlihat bergelut dengan pikirannya sendiri.

Hanung membawa sekantong kresek besar dan duduk di mana gadis itu sedang mendengarkan lagu seorang diri. Hanung menyerahkan minuman kepadanya dan mendapat uluran tangan. Hening beberapa saat, hanya ada suara motor yang berlalu lalang tanpa memerdulikan mereka berdua.

"Lo gapapa?" pertanyaan itu lolos dari mulut Hanung. "Ya dipikir aja anjir gue digebukin pake sapu nyampe patah trus ditampar juga apa ga sakit," jawab Juliaa yang melepas earphone dari telinganya.

"Maaf ya Jul, gara-gara gue lo jadi harus berbuat sejauh ini," ucap Hanung dengan tulus sambil mengusap wajah Juliaa yang terluka di bagian pipi kiri dan bengkak dibagian mata kanannya. Tidak hanya itu tangannya terbalut kain, Hanung yang melihatnya langsung memeluk Juliaa berulang kali meminta maaf.

"Ga usah nangis, Nung. Gue gapapa kok, serius gue gapapa," ucap Juliaa yang ikut menangis. "Maafin gue Jul, maafin gue ini salah gue," ucap Hanung yang memeluk tubuh Juliaa yang bergetar merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

"Sakit banget, Nung. Badan gue kayak hancur rasanya." Malam itu Hanung dan Juliaa menangis cukup keras sampai Pak RT harus menampung mereka berdua untuk tidur di rumahnya karena melihat kondisi Juliaa yang cukup memprihatinkan dan Hanung diminta untuk menjaganya.

Tacenda 24Where stories live. Discover now