04.

16 1 0
                                    


Ketujuh cowok itu tiba-tiba masuk ke kelas XI IPA 1 dengan wajah tak terbaca mereka berjalan mendekati meja seseorang yang sibuk mendengarkan lagu sambil membaca novel di tangannya sampai akhirnya kegiatannya terhenti karena ditatap 7 pasang mata seperti meminta sesuatu darinya.

"Lo kenal sama Agustine Arumi, kan?" tanya Hanung dengan wajah serius. "Apa urusannya sama lo kalo gue kenal?" Juliaa berbalik bertanya karena jujur saja dia masih kesal dengan Hanung karena kejadian beberapa waktu lalu.

"Tinggal jawab aja sih apa susahnya..." tangan Reza langsung menepuk bahu laki-laki itu memperingatkan sesuatu.

"Kata Marsi lo tahu sesuatu tentang Agustine Arumi," ucap Reza yang membuat Julia melirik ke arah Marsi.

"Dia kakak gue, kenapa?" semua yang mendengarnya terkejut bukan main karena ucapan Marsi benar bahwa Agustine Arumi adalah kakak perempuan dari Juliaa Aruma. Marsi tahu karena dia pernah satu sekolah dengan Juliaa dan sempat beberapa kali bertemu dengan Agustine.

"Kakak lo di mana sekarang?" tanya Marsi, "Kenapa juga gue harus kasih tahu di mana kakak gue sekarang?"

"Gini loh Jul, jangan emosi dulu kita bicara baik-baik kok," tenang Anugerah melihat semua temannya terlihat tegang. "Lo tinggal jawab kakak lo di mana karena kakak lo penting banget buat kita sekarang," ucap Hardin mencoba berbicara lembut.

"Iya, oke tapi kenapa kalian pengen tahu tentang kakak gue?" tanya Juliaa mencoba bersabar.

"Karena kakak lo tahu tentang semua yang terjadi saat ini Juliaa," jawab Adit dengan cepat. "Maksud lo?" tanya Juliaa yang masih belum paham.

"Semua ini setiap tanggal 24 karena kuncinya sekarang ada di kakak lo, satu hal lagi semua peristiwa ini dimulai dari Cantika." Penjelasan singkat dari Tian berhasil membuat Juliaa terkejut dan merinding. Cantika gadis yang pernah ribut dengannya itu adalah orang yang memulai semua ini.

"Sekarang kasih tahu kita kakak lo ada di mana," pinta Marsi yang terlihat menekan Juliaa. "Kakak gue di Korea, dia lagi kuliah di sana." Jawab Juliaa terbata-bata setelah mengerti maksud dari mereka.

Hari ini tanggal 22 bulan Maret suasananya sedikit berbeda karena 2 hari lagi kemungkinan besar seluruh siswa SMA Dharma Widya akan mendengar berita tidak baik. Kali ini bom milik siapa yang akan meledak entah sugesti ataupun tidak rasanya seperti bertarung nyawa untuk bisa tetap hidup di sekolah ini.

"Perhatian semuanya hari ini kita kedatangan siswa baru, ayo silahkan masuk dan perkenalan diri dulu!" perintah Pak Bintan pada gadis berambut gelombang itu.

"Wuih, cantik banget gila...."

"Buset, emang boleh secakep ini? Dah ada pacar belum neng?"

"Tipe gue banget nih cewek...."

"Si, Marsi cakep banget ya," ucap Anugerah yang langsung mendapat tatapan sinis membuat laki-laki yang duduk di sampingnya mengekspresikan rasa kesal.

"Halo semuanya, sebelumnya perkenalkan namaku Ayodhya Hayunggi," ucap gadis itu dengan menunjukkan wajah sedikit dingin.

"Lah namanya mirip sama gue Hayungga trus tuh cewek Hayunggi, jodoh gue kali ya," oceh Hanung yang mendapat sorakan tidak suka dari teman-temannya.

"Kalo boleh tahu kenapa pindah ke sini?" tanya Tasya yang membuat seisi kelas terdiam dari keributan memikirkan bahwa orang yang bernama Ayodhya mungkin sedikit gila atau dia tidak tahu sama sekali tentang kasus 24 yang sering terjadi setiap bulannya. Kini wajah setiap orang kembali menegang memikirkan 2 hari dari sekarang.

"Orang tuaku pindah di kerja di kota ini otomatis aku ikut pindah," jawabnya seperti tidak mencurigai sesuatu setelahnya Ayodhya diminta untuk duduk di bangku samping Juliaa dan pembelajaran dimulai seperti biasanya.

Juliaa mengetikan sesuatu di ponselnya, wajah gadis itu dari kemarin tidak pernah tenang. Bahkan dari semalam pesan dari kakaknya tidak berbalas sama sekali, jika kakaknya tahu sesuatu tentang sekolah ini kenapa Juliaa tidak diberi tahu dari awal dan tetap disekolahkan di Dharma Widya. Semua cerita dari temannya kemarin benar-benar membuat Juliaa tidak habis pikir tentang kasus di sekolahnya. Juliaa mengamati seisi ruang kelas teman-temannya yang tidak banyak berinteraksi satu sama lain, mungkin mereka sedang berpikir siapa kali ini yang akan menjadi korban berikutnya dari 24 Maret.

"Gimana, Jul dibales ga sama kakak lo?" tanya Anugerah yang mendekati Juliaa sebisa mungkin dengan tenang.

"Gue udah chat dari semalem, Nug, tapi ga ada balesan sama sekali" jawab Juliaa sedikit frustasi.

"Lo kenal sama temen kakak lo yang lain ga?" tanya Anugerah lagi mencoba mencari tahu siapa saja teman terdekat dari kakak Juliaa.

"Bentar deh, Nug...ada sih Kak Nila, tapi gue ga ada nomor Kak Nila setahu gue Kak Nila udah ga ada di Indonesia."

"Haloo, sorry gue ganggu, tapi suasana kelas emang kayak gini ya?" Ayodhya tiba-tiba menginterupsi kegiatan Anugerah dan Juliaa.

"Duh, sebenernya tuh...." Marsi menggelengkan kepalanya pelan seperti meminta Juliaa dan Anugerah untuk tidak menjawab pertanyaan anak baru itu.

"Hai, gue Marsi ketua kelas di sini. Mereka lagi kecapean aja kok kemarin habis olahraga disuruh lari 6 puteran," jawab Marsi mewakili teman-temannya.

"Oh, gitu kirain ada sesuatu," jelas Ayodhya cepat. "Ah, nama gue Juliaa Arumi," ucap Juliaa memperkenalkan diri pada temannya yang beda bangku dan berusaha untuk setenang mungkin.

"Gue Anugerah biasa dipanggil Cenug hehehe...."

"Nah gue Tian dan ini Hanung," ucap Tian yang baru saja muncul bersama Hanung.

"Oh ya, Mars waktunya kita kumpul sekarang dan lo juga harus ikut Jul," pinta Tian seperti menekan bahwa Juliaa harus ikut bersama mereka.

"Ah, kita pergi dulu ya Ayodhya ada rapat penting soalnya. Oy, Stefi temenin Ayodhya ya," ucap Marsi yang meminta anak paling terkenal di sekolah untuk menemani Ayodhya agar tidak merasa terasingkan.

Tacenda 24Donde viven las historias. Descúbrelo ahora