Ekstra part (end)

650 90 6
                                    

Dulu manusia hidup saling berdampingan didalam perbedaan. Bender dan Non-bender. Mereka hidup dengan damai. Namun semua berubah saat sebuah tragedi besar pecah 20 tahun yang lalu. Sekelompok Bender kejam menyerang manusia Non-bender untuk menguasai dunia. Mereka membunuh ribuan nyawa dan menimbulkan kebencian.

Sejak saat itu manusia normal memutuskan untuk memperpanjang Bender agar keseimbangan dunia kembali tercapai. Walaupun sebenarnya tidak semua Bender melakukan kejahatan, tidak ada yang memuatnya untuk itu. Bender harus musnah. Perang dua kelompok yang berbeda ini tidak dapat dihindari lagi. Atas dasar perdamaian dunia, perburuan Bender dimulai dari sekarang.

Cast

Shani Indira
Shania Gracia
Gita Sekar
Feni Fitriyanti
Yessica Tamara
Angelina Christy

Zee, Jinan, Marsha, Indah, Katherina dan masih banyak member lain yang hadir sebagai cameo

.
.
.

Chapter 43 (end)
.
.
.

4 Tahun Kemudian…

Tin! Tin! Tin!

"Hey! Bisa nyetir nggak, sih?"

Suara klakson kembali terdengar dengan keras memekakan telinga pengendara lain yang tengah lewat. Cuaca hari ini sedikit dingin namun jalanan terlihat begitu padat. Kenapa pula harus ada pengendara gila yang memperburuk mood­-nya hari ini. Wanita muda itu membenarkan posisi topinya sebentar dan kembali meneriaki orang yang menutupi jalannya. Sepertinya pengemudi mobil di depannya itu masih sangat amatir, untuk berputar saja dia harus bolak-balik mundur ke belakang dan maju lagi ke depan seperti seorang yang baru belajar berkendara.

"Hh~ ada ada aja, sih yang bikin lama," keluh gadis itu kesal. Setelah pengendara gila tadi pergi, si gadis kembali menjalankan mobilnya, pelan-pelan diinjaknya pedal gas sembari menoleh ke belakang berusaha menghindari tabrakan yang sudah pernah ia lakukan 3 kali saat awal memiliki legalitas untuk berkendara.

Tak berapa lama kemudian, si gadis telah sampai di tempat tujuan. Setelah memarkirkan mobilnya, Ia lantas meraih tas sebelum keluar dari mobil. Kedua kaki jenjangnya melangkah percaya diri melewati jalan menuju pintu masuk sebuah gedung besar bertuliskan Rumah Sakit Harapan.

Seorang satpam tersenyum ramah padanya seakan sudah sering melihat wanita muda ini di rumah sakit. "Pagi mbak Christy,"

"Pagi, pak," jawab gadis yang bernama Christy itu dengan senyum ramah miliknya.

"Udah lama nggak keliatan. Mau kontrol, ya?"

“Iya dong, pak. Kan emang udah nggak tiap bulan,"

Si satpam hanya mengangguk sambil mempersilahkan Christy masuk yang tentu di sambut dengan ucapan terimakasih oleh Christy.

Ruang tunggu rumah sakit sudah terlihat ramai walau ini masih pukul 10 pagi. Tidak mau menunggu lama, Christy langsung menuju meja resepsionist untuk mengkonfirmasi pertemuannya dengan seorang dokter.

"Selamat pagi, mbak Christy,"

"Pagi juga, mbak. Dokter Firman nya udah dateng belum ya, mbak?"

"Oh udah. Kata dokter Firman kalo mbak Christy dateng suruh langsung ke ruangannya aja."

"Oh, makasih ya, mbak."

"Sama-sama,"

Christy segera bergegas menuju ruangan dr. Firman. Ia mengetuk 2 kali sebelum mendengar jawaban dari balik pintu ruangan tersebut. Pria dengan rambut yang sudah hampir rata memutih itu duduk bersandar di kursinya sambil membaca catatan medis milik Christy. Karena memang sebelum datang kemari Christy telah membuat janji dengan dokter Firman.

Number NineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang