Chapter 24

578 64 11
                                    

Dulu manusia hidup saling berdampingan didalam perbedaan. Bender dan Non-bender. Mereka hidup dengan damai. Namun semua berubah saat sebuah tragedi besar pecah 20 tahun yang lalu. Sekelompok Bender kejam menyerang manusia Non-bender untuk menguasai dunia. Mereka membunuh ribuan nyawa dan menciptakan kebencian.

Sejak saat itu manusia normal memutuskan untuk memusnahkan Bender agar keseimbangan dunia kembali tercapai. Walapun sebenarnya tidak semua Bender melakukan kejahatan, tidak ada pengecualian untuk itu. Bender harus musnah. Perang antar dua golongan berbeda ini tidak dapat dihindari lagi. Atas dasar perdamaian dunia, perburuan Bender dimulai dari sekarang.

_NUMBERNINE_

CAST

Shani Indira
Shania Gracia
Gita Sekar
Feni Fitriyanti
Yesicca Tamara
Angelina Christy

Zee, Fiony, Jinan, Sisca, Khatrina, Freya, dan member lain yang akan muncul jadi cameo

.

.

.

Chapter 24

.

.

.


Shani memainkan sendok teh yang tercelup didalam cangkir berisi ekspreso panas pesanannya. Ia menatap kepulan uap yang mengudara tepat diatas ekspreso-nya dengan wajah datar. Rasanya ia tidak ada semangat untuk menikmati minuman yang tersaji dihadapannya itu. Hanya karena seorang pramusaji menghampirinya ia jadi harus memesan sesuatu sebagai syarat diperbolehkan duduk di caffe ini. Shani bahkan tidak berniat untuk menikmati minuman hasil biji kopi itu sama sekali.

"Nggak diminum kopinya?" tanya Sehun yang sudah jengah melihat kelakuan Shani yang sejak tadi hanya memainkan minuman itu tanpa mau menyicipinya sedikit pun.

Shani mengembuskan napasnya pelan, "Langsung ke intinya saja." Pinta Shani tanpa ekspresi.

Sehun hanya bisa menghela napas pasrah. Ia lupa jika mahluk dihadapannya adalah Shani, mahluk paling dingin di seluruh alam semesta. Padahal Sehun berani bersumpah jika Shani sangat cantik jika sedang tersenyum. Sehun pernah melihatnya sekali, Ia masih ingat senyum manis Shani meski itu sudah sangat lama sekali. Sangat disayangkan, lesung pipi yang dimiliki gadis Bender itu jadi mubadzir karena jarang sekali terlihat.

"Buru-buru amat, Shan." Ucap Sehun sambil menyesap kopinya. "Santai sedikit nggak ngaruh."

"Santai kamu bilang? Kamu lupa sekarang kita lagi ada dimana? Kenapa kamu memilih tempat seperti ini hanya untuk bicara denganku?"

"Jika kita membicarakan ini di Hideway, seseorang bisa saja mendengar kita dan semua orang akan tahu siapa Number Nine itu. Kamu paham kan maksudku?" Jawab Sehun masih dengan nada santainya, sementara Shani sudah berdecak kesal.

"Kalau begitu, percepat saja. Agar kita bisa segera pergi dari sini." Tukas Shani dingin.

"Shani Shani...." Sehun menggeleng melihat tingkah Shani, "Baiklah. Intinya begini. Apapun yang terjadi, jangan pernah meninggalkan Hideaway tanpa persetujuanku. Mengerti?"

"Aku nggak mau!" tolak Shani.

Sehun mengeraskan genggaman sendoknya lebih kuat. Ia benar-benar tidak bisa bersikap sabar dengan bender satu ini. Selalu bersikap semaunya sendiri.

Number NineWhere stories live. Discover now