Chapter 4

953 74 4
                                    

Dulu manusia saling hidup berdampingan didalam perbedaan. Bender dan Non-bender. Mereka hidup dengan damai. Namun semua berubah saat sebuah tragedi besar pecah 20 tahun yang lalu. Sekelompok Bender kejam menyerang manusia Non-bender untuk menguasai dunia. Mereka membunuh ribuan nyawa dan menciptakan kebencian.

Sejak saat itu manusia normal memutuskan untuk memusnahkan Bender agar keseimbangan dunia kembali tercapai. Walapun sebenarnya tidak semua Bender melakukan kejahatan, tidak ada pengecualian untuk itu. Bender harus musnah. Perang antar dua golongan berbeda ini tidak dapat dihindari lagi. Atas dasar perdamaian dunia, perburuan Bender dimulai dari sekarang.

Cast

Shani Indira
Shania Gracia
Gita Sekar
Feni Fitriyanti
Yesicca Tamara
Angelina Christy

Zee, Fiony, Jinan, sisca, Freya, Marsha, Khatrina dan banyak member lain yang akan jadi cameo di FF ini.

.


.

.

 [Chapter 4]

Gita  terlihat tengah berjalan menyusuri koridor lantai teratas dari gedung bertingkat 5 ini. Ia merasa bosan setelah mendapatkan pengobatan dari tim medis atas luka tembak yang cukup parah di lengannya. Sebenernya tim medis menyuruhnya untuk beristirahat di rumah sakit kecil gedung ini, tapi ia lebih memilih untuk berjalan berkeliling gedung yang biasa disebut sebagai ‘Hideaway’ ini.

Bibir gadis cantik itu terlihat bersenandung menyanyi lagu yang tak terlalu jelas liriknya. Langkah Gita terhenti ketika netranya menangkap seorang gadis yang telah ia kenal selama lebih dari 15 tahun lamanya. Gadis itu terlihat tengah berdiri menatap keluar jendela, memandang kota dibawah sana yang terlihat seperti mainan miniatur kota.

Gita tersenyum kecil dan berjalan menghampirinya. “Ci Shani ngapain disini?" Ucap gita sambil menepuk punggung Shani.

Shani pun terkejut akan ulah Gita, gadis cantik ini sukses mengacaukan konsentrasinya. Berikutnya Shani menoleh dan menatap intens Gita dari atas sampai bawah. “Oh Gita, kamu masih hidup toh.” ucapnya santai dan kembali menatap pemandangan diluar jendela.

“Ci Shani kok Ngomongnya gitu? Emangnya Cici kira aku udah mati?"

“Aku dengar Hunter Bender nembak kamu pake peluru tajam, kamu juga nggak pulang ke rumah bareng yang lainnya. Jadi, aku kira kamu beneran udah mati.” jelas Shani cuek.

Gita membuang nafasnya kasar. Ci Shani ini emang enteng banget kalo ngomongin soal kematian, nggak ada raut sedih-sedihnya sama sekali.

“Aku emang ditembak pake peluru tajam, tapi di lenganku, bukan di kepala atau di jantungku! Jadi, karena itu aku belum mati.” ucap Gita kesal.

“Oh” hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Shani dan kemudian kembali menatap keluar jendela. Mengabaikan Gita yang kini membuka mulutnya, mengaga tak percaya atas reaksi leadernya itu.

"Ci Shani kenapa?” tanya Gita ketika melihat tatapan kosong Shani. Awalnya dia akan memprotes, namun setelah melihat wajah Shani ia tersadar bahwa Shani sedang berusaha menyembunyikan emosinya.

"Ci Shani marah?"

“Enggak.” ujar Shani tanpa menoleh sedikitpun kearah Gita.

Gita memposisikan dirinya berdiri tepat disebelah Shani, dan ikut menatap keluar jendela. “Jangan bohong!" ujar Gita. "Aku udah menghabiskan lebih dari separuh hidup aku bareng Ci Shani, jadi, jangan berbohong. Jika sedang marah, marah aja, lampiasin, jangan dipendem sendiri."

Number NineWhere stories live. Discover now