Bab. 23

1.5K 267 40
                                    

My Dear Queen
03.04.24




"Aku akan mengejar jenderal, jadi ibu duduklah dan jangan ke mana-mana. Hm?"

Wuxian menatap Nyonya Lan Yi yang mengangguk, setelah yakin bahwa wanita itu mendengarkannya, ia bergegas berlari mengejar sang jenderal yang rupanya telah memacu kudanya.

"Haish! Si tidak sabaran itu!" Wuxian segera berlari dengan kencang, mencoba mengejar Lan Wangji yang sekilas tadi ia lihat memiliki kilat menyeramkan dalam maniknya.

Namun, betapa pun kencangnya ia berlari, dan seberapa keras pun pangilan yang ia lontarkan, Lan Wangji seolah tidak berniat mengubah pikiran. Jenderal itu tetap memacu kudanya seperti yang telah diprediksi Nyonya Lan Yi. Menuju Istana.

"Hah ... cukup, aku akan mati jika begini." Wuxian berhenti berlari, pemuda yang terengah dengan keras itu menunduk dan menopang diri dengan kedua tangan di atas lutut. Berpikir cepat bagaimana caranya menghentikan Lan Wangji. Hingga ia kemudian menemukan sebuah ide di dalam kepalanya ketika melihat batu besar di sisi jalan.

Dengan tenaga tersisa, pemuda itu mengangkat batu di sana dan melemparkannya ke pepohonan hingga bunyi 'Gedebum!' terdengar begitu keras, dan ia lekas menjerit.

"Aaaaaaa!"

Wuxian melirik ke depan dan tersenyum saat Lan Wangji dengan kuat menarik tali kekang kudanya, hingga binatang yang melaju kencang itu sontak berhenti dan meringkik. Tepat sebelum jenderal itu membalikkan badan, Wuxian menjatuhkan diri ke tanah.

"Weiying!"

Derap langkah kuda yang berlari mendekat membuat Wuxian memalingkan wajah untuk menahan tawa. Sepertinya trik yang dikatakan para pelayan ini sunguh bekerja. Bahwa jika seseorang mencintaimu, mereka akan melupakan semuanya dan berlari begitu saja kepadamu saat mendengar atau melihat kau kesakitan. Karena bagi mereka, kau lebih penting dari segalanya.

Eh. Tunggu!

Wuxian berkedip beberapa kali untuk meluruskan pikiran. Apakah itu artinya Lan Wangji mencintainya?!

"Weiying."

Wuxian menoleh, terdiam dalam kebingungan saat Lan Wangji bergegas melompat dari kuda yang belum sepenuhnya berhenti dan langsung bersimpuh di depannya. "Apa yang sakit? Bagian mana?!"

Wuxian terdiam ketika dirinya dibantu duduk. Kini ia sunguh menjadi tidak tega untuk mengatakan 'hahaha, kau kena prank~' pada wajah tampan yang terlihat begitu khawatir di sana. Jadi pemuda itu hanya memegangi kepalanya dan berkata. "Kakiku sakit."

"Ha?" Lan Wangji cengo. Ia menatap bergantian antara kepala dan kaki Wuxian. "Sakit?" tanya jenderal itu kembali yang dianggukkan Wuxian. "Yang mana?"

"Kakiku," ucap Wuxian menepuk kepalanya.

"....."

"Jangan pergi! Kau harus membawaku pulang!" Wuxian meraih lengan Lan Wangji yang terdiam melihat bagaimana tangan putih pemuda itu merengkuhnya, sejenak terdiam, dan jenderal itu akhirnya memutuskan duduk di sisi Wuxian.

"Baiklah. Tapi bisakah kita pulang nanti saja?"

Wuxian mengangguk setuju. Asalkan jenderal ini tidak berkeliaran dengan tatapan seolah berniat memutilasi seseorang. Bagaimanapun tidak masalah.

"Apa kau terkejut?"

Wuxian menoleh pada Lan Wangji yang menatap pepohonan di depan mereka. Kendati wilayah di sekitar rumah sang jenderal telah dibersihkan dan dibuat lahan penghasil sayur dan buah untuk menopang perekonomian para prajurit kecil, tapi sebagian besar tempat itu memang masih dibiarkan menjadi hutan untuk bisa menampung air hujan demi mencegah terjadinya banjir dan longsor jika musim hujan datang. Karena sekalipun Gusu adalah wilayah pengunungan yang merupakan dataran tinggi, tapi penanggulangan bencana seperti ini tetaplah diperlukan.

My Dear QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang