Enam puluh delapan

Start from the beginning
                                    

Keyla menatap Jessica dengan tatapan kecewa, marah, dan tidak percaya. "Kenapa Jess?" tanya Keyla, memundurkan langkahnya saat Jessica berjalan menuju ke arahnya.

Jessica masih dengan senyum seringainya, senyum yang tidak pernah Keyla lihat sebelumnya. "Gua engga bodoh Key. Lo dari awal udah curiga dengan gua kan? Lo juga udah lihat biodata asli gua kan? Gua engga senaif itu Key." tutur Jessica.

"Jess?" gumam Keyla, ia seperti melihat sisi lain dari seorang Jessica.

Jessica yang Keyla kenal sopan, selalu ramah dan tidak pernah menggunakan lo-gua sekarang seperti orang lain yang sedang mengendalikannya.

"Key, selama ini gua selalu berusaha baik dan memaafkan semua kesalahan yang dibuat oleh orang koma itu tapi sayang sekali Key. Dendam gua lebih besar dibandingkan rasa belas kasih. Dan, sebagai gantinya gua mau lo mati Key!" bentak Jessica diakhir kalimat, kedua tangannya terangkat ke arah leher Keyla. Lalu dengan gerakan cepat membuat Keyla tercekik saking kuatnya Jessica menyalurkan emosi dalam tubuhnya.

Seorang wanita duduk di dalam mobil, matanya fokus pada jalan di depan, terus memantau lalu lintas dan tanda-tanda arah. Tangannya bergerak dengan gesit di atas kemudi, menyesuaikan laju dan posisi mobil dengan keahlian yang terampil. Rambutnya tergerai di sekitar bahunya, tergerak oleh angin yang masuk melalui jendela mobil yang sedikit terbuka.

Di sekitarnya, terdapat aura kegaduhan yang tersirat, terutama jika dia terdengar berbicara di telepon genggamnya atau menggunakan navigasi GPS untuk menentukan arah. Saat mobil yang dikendarai menuju belokan tiba-tiba di kejutkan oleh anak kecil yang tiba-tiba menyebrang jalan.

Tabrakan itu tak terelakkan, mobil yang ditumpangi menabrak pembatas jalan sedangkan anak kecil itu berlumur darah.

"Adik!" teriak anak perempuan melihat adiknya sudah tidak sadarkan diri, sebuah bola yang anak perempuan sekitar berusia 8 tahun yang di pegang menggelinding begitu saja.

Kedua matanya menajam melihat wanita yang berada di dalam mobil. Kedua telapak tangan mungilnya terkepal. Semuanya pergi.

"Itu takdir Jess," ucap Keyla berusaha keras mengucapkan kalimat itu. Ia berusaha mengambil napas sebanyak-banyaknya, karena Jessica mencekiknya begitu kuat.

"Takdir lo bilang? Ibu lo! Ibu lo yang katanya engga mabuk. Dia mabuk Key! Dia mabuk, andai Ibu lo engga lewat jalan itu. Adik gua, hidup gua masih ada." Jessica mencekik kuat leher Keyla, menyalurkan emosinya yang mendalam. Dendamnya, selama ini akan berakhir.

"Lo tau?! Sebab Ibu lo, adik gua engga dapat keadilan. Seharusnya Ibu lo itu di penjara tetapi dia justru koma di rumah sakit. Sedangkan adik gua, dia sudah engga ada. Gua, orang miskin yang engga bisa nyewa pengacara dan hanya bisa nerima nasib di saat pengadilan membebaskan Ibu lo begitu saja. Padahal bukti bukti semua sudah mengarah ke Ibu lo itu! Gua benci lo Key! Wajah lo buat gua muak setiap hari!" teriak Jessica, tiba-tiba terjatuh saat sebuah balok kayu mengenai punggung Jessica.

Keyla terjatuh, gadis itu mengambil napas sebanyak-banyaknya. Kepalanya merasa pusing, ia mencoba melihat siapa yang memukul Jessica. Keyla memegangi kepalanya yang terasa berputar, ia dapat melihat Jessica yang tidak sadarkan diri karena pukulan kayu. Tetapi saat ia mencoba melihat seseorang yang berlari ke arahnya sembari memanggil manggil namanya pandangannya gelap seketika.

"Keyla! Key?"

"Keyla! Key?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Secret Key Where stories live. Discover now