Sembilan

1.3K 93 0
                                    

🔑

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


🔑

“Jadi, cita cita lo jadi seorang pilot?” tanya Ridwan, menurunkan bukunya menatap Bayu yang sedang melipat kertas membentuknya sebagai pesawat dan menaruhnya di sebuah kotak kardus diatas meja.

“Tentu, gua mau rasain terbang kaya bokap gua dulu.” balas Bayu antusias membentuk pesawat.

Ridwan tersenyum kecil mendengar balasan Bayu. “Kalau lo jadi pilot, lo tau siapa penemu pesawat terbang?” tanya Ridwan mendadak.

Bayu menghentikan aktivitasnya membuat pesawat. “Penemu pesawat terbang adalah Orville Wright dan Wilbur Wright.” jawab Bayu tersenyum bangga kepada Ridwan.

“Tumben otak lo encer kadang kadang beku sampai langsung lari dari pertanyaan gua.” Ridwan, kembali fokus ke buku dihadapannya. Walaupun kelasnya sekarang begitu ramai karena jam kosong tapi tidak membuat Ridwan terganggu untuk membaca buku.

Bayu tersenyum misterius sebelum mengucapkan. “Dan sekarang gua mau nanya. Perbedaan antara air bening dan es teh apa?” Bayu menaikan satu alisnya, pasti Ridwan kejebak batinnya mempercayai itu. Jika benar Ridwan terjebak sudah pastikan Bayu akan tertawa senang.

“Orang bego pun bisa jawab,” Ridwan menjeda ucapannya tatapannya masih berfokus ke arah buku. “Air.” imbuhnya dibalas tawa gelegar oleh Bayu.

“Jawabannya adalah, beda 2.000 saja.” Bayu dengan kedua tangan bergaya dua jari, mengejek. Dibalas lemparan pulpen yang berada diatas meja oleh Ridwan.

Seorang Ridwan Radika dibegoin?

“Lo diam bisa! Bawel banget jadi cewek!” Andre meninggikan suaranya menatap tajam gadis yang sedang mendudukkan kepalanya.

“Maaf, Jess kan cuma khawatir sama kamu. Katanya kamu tadi jatuh.” Jessica memilin jemarinya, ia masih merasa khawatir kepada Andre. Apalagi tadi saat mendengar pacarnya jatuh saat bermain basket, hal itu membuat Jessica kepikiran sampai sampai langsung berlari untuk menemui pacarnya yang sedang tertawa bersama Rissa anak kelas IPS.

“Gua udah bilang kalau gua udah dibantu Rissa. Lo engga budeg kan? Telinga lo masih berfungsi, jadi tolong pahami. Engga usah ikutin gua lagi, gua masih sehat bisa jalan sendiri engga usah dipapah. Gua bukan bocah cengeng kaya lo. Bego!” Andre mendorong dahi Jessica kasar dengan telunjuk jarinya kemudian meninggalkan Jessica yang mematung di depan pintu kelas.

“Kan, aku cuma khawatir. Apa aku salah?” monolog Jessica, wajahnya murung berjalan pelan memasuki kelasnya. Hatinya tidak sakit mendengar ucapan dari Andre tapi ia justru dilanda khawatir karena melihat Andre yang merintih kesakitan.

“Lo kenapa? Ada masalah lagi sama pacar lo?” tanya Vanda melihat wajah murung Jessica. Gadis tomboy itu terlihat sibuk melipat jersey basketnya diatas meja.

“Vanda, aku khawatir banget sama Andre soalnya tadi dia jatuh pas main basket.” Jessica melipat kedua tangannya diatas meja dengan wajah cemberut.

“Terus? Dia marah sama lo? Dan lo diam aja saat pacar lo itu marah?” tanya Vanda beruntun dibalas anggukan kecil oleh Jessica. “Bego!” Vanda menggebrak meja sedikit keras.

Secret Key Où les histoires vivent. Découvrez maintenant